10 Fakta Kisah Pilu Anak yang Depresi Seusai HP Dijual Orangtuanya

Pernah dibawa untuk rukiah hingga pengobatan medis

21 Mei 2024

10 Fakta Kisah Pilu Anak Depresi Seusai HP Dijual Orangtuanya
Freepik
Ilustrasi

Kisah viral nan memilukan yang melibatkan anak kembali terjadi di Indonesia. Kisah viral ini berasal dari Cirebon, dimana seorang bocah (ARP) yang berusia 13 tahun menjadi depresi karena handphone pribadinya dijual oleh sang ibu.  

Kisah viral ini berawal dari unggahan video di Youtube oleh oleh YouTuber Pratiwi Noviyanthi di kanal pribadinya pada Rabu (8/5/2024). 

Karena depresinya ini, ARP seringkali menunjukkan emosinya pada sang ibu dan juga kabur dari rumah. Lantas, bagaimana sebenarnya kondisi ARP dan keluarganya? 

Kali ini Popmama.com akan membahasnya dalam 10 fakta kisah pilu anak yang depresi seusai HP dijual ibu.

1. Kondisi ekonomi keluarga yang tidak mencukupi

1. Kondisi ekonomi keluarga tidak mencukupi
Freepik/jcomp

Kisah pilu bocah Cirebon, ARP, viral di media sosial karena dugaan depresi setelah ponsel kesayangannya dijual oleh sang ibu demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Menurut ibu ARP, Siti Anita, ponsel tersebut adalah barang kesayangan ARP dan dibeli dari hasil menabungnya sendiri. Namun, kondisi ekonomi memaksa Siti untuk menjualnya. 

Selain itu, sudah delapan bulan sang ibu tidak diberi uang untuk memenuhi kebutuhan harian dari suaminya.  

2. Sebelum dijual sudah ijin sang anak dahulu

2. Sebelum dijual sudah ijin sang anak dahulu
Freepik

Sebelum Siti menjual hp anaknya, ia mengaku bahwa dia sudah menanyakan hal ini terlebih dahulu kepada sang anak. Siti menjelaskan bahwa hp dijual tidak dilakukan sembarangan tanpa sepengetahuan ARP dan berjanji akan mengembalikannya saat memiliki cukup uang. 

Meskipun ARP telah mengizinkan ibunya untuk menjual ponselnya, ARP kerap terlihat sedih dan melamun setelah hp dijual. Ponsel tersebut biasanya digunakan oleh bocah di Cirebon untuk bermain game dan belajar, terutama saat masa pembelajaran jarak jauh di masa pandemi COVID-19. 

3. Hampir satu tahun tak bersekolah

3. Hampir satu tahun tak bersekolah
Freepik

Siti tak menyangka bahwa dijualnya ponsel ARP menimbulkan masalah besar hingga sang Anak tak lagi bersekolah.  Dalam pengakuan sang Mama, anak sulung dari tiga bersaudara ini sudah lama putus sekolah dan hampir satu tahun. 

ARP diketahui terakhir bersekolah di kelas 6, namun hanya 2 bulan. Lalu kondisinya yang kambuh-kambuh, sehingga ia tidak pernah berangkat lagi.   

4. ARP menjadi anak yang tertutup

4. ARP menjadi anak tertutup
Pexels.com/Inggil Reka Sonia

Selain memutuskan untuk berhenti bersekolah, anak tersebut juga diketahui suka melamun dan menjadi tertutup. Dalam pengakuan Siti Anita,  berkata bahwa anaknya merupakan anak yang tertutup dan lebih suka memendam perasaannya sendiri.  

Selain itu, di sekolah suka melamun dan tidak mau bergaul dengan teman. ARP juga sudah sering diajak bermain oleh teman seusianya, namun selalu menolak.  

Editors' Pick

5. Suka menghayal seakan-akan Mamanya tidak ada

5. Suka menghayal seakan-akan Mama tidak ada
Freepik

Dalam kondisi depresinya seperti ini, ARP awalnya marah-marah kepada sang Mama. Bahkan, ia seringkali membanting pintu atau meja untuk meluapkan rasa emosinya. 

Selain itu, sang Mama juga mengaku bahwa anaknya seringkali suka menghayal bahwa Mamanya tidak ada. Meski sang Mama berada di sampingnya, ARP sering berkata pada tantenya untuk mencari Mamanya ke Kuningan. 

6. Pergi dari rumah

6. Pergi dari rumah
Freepik

Selain menjadi anak yang pemarah seperti itu, Bocah berusia 13 tahun itu juga pernah pergi dari rumah dan menghilang. Anita berusaha menemukannya dengan cara meminta tolong melalui Facebook.  

Syukurnya, sang Anak ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat. 

7. Sudah dua kali di rukiah dan berobat medis

7. Sudah dua kali rukiah berobat medis
Freepik

Dengan kondisi anaknya yang tidak stabil itu, membuat sang Mama ingin anaknya kembali ke kondisi awalnya dengan segala cara. Siti pernah membawa ARP ke poli jiwa berharap anaknya sembuh dengan cara medis. 

Namun, karena tidak memiliki uang, akhirnya pengobatan ARP tidak berlanjut. Selain dirujuk secara medis, Siti juga membawa ARP untuk di rukiah sebanyak dua kali. 

8. Sebelumnya ARP merupakan anak yang rajin

8. Sebelum ARP merupakan anak rajin
Freepik

Sebelum menjadi depresi dan tidak stabil seperti saat ini, ARP dikenal sebagai anak yang rajin. Perubahan yang drastis ini tentunya terjadi setelah sang Mama menjual HP nya.  

Dalam pengakuan sang Mama, ARP merupakan anak yang tidak pernah marah-marah, penurut, serta rajin sholat dan rajin mengaji. Namun, setelah HP nya dijual, sang anak menjadi berubah 180 derajat. 

9. Mendapat perhatian dari pemerintah setempat

9. Mendapat perhatian dari pemerintah setempat
Youtube.com/Disdik Kota Cirebon

Kasus viral ini pun menarik perhatian berbagai pihak, termasuk dari pihak RT RW dan Dinas Pendidikan Kota Cirebon. 

Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Kota Cirebon, Ade Cahyaningsih, telah menyambangi kediaman ARP. Ia melihat ARP menangis meraung-raung dan berusaha menenangkannya. 

Ade mulanya ingin mengajak Arya berkeliling untuk jalan-jalan sebagai salah satu upaya menenangkan kondisi ARP.  

Namun, ajakan itu ditolak ARP dan rombongan Disdik Kota Cirebon memilih meninggalkan dan membiarkan ARP tenang di dalam rumah oleh ibunya. Ade juga menekankan pentingnya terapi yang berkelanjutan untuk membantu ARP pulih dari kondisinya saat ini.  

10. Mendapat perhatian dari presiden

10. Mendapat perhatian dari presiden
Youtube.com/SekretariatPresiden

Tak hanya dinas pendidikan kota Cirebon, presiden Joko Widodo pun turut memberikan perhatiannya terhadap hal ini.  

Hal ini disalurkan melalui Staf Khusus Sekretariat Pribadi Presiden, Puput Hariadi yang memberikan langsung bantuan ke kediaman ARP di Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, Senin (13/5/2024).

Ia mengatakan, bantuan ini berupa biaya pendidikan yang merupakan amanah dari Presiden Jokowi yang merasa prihatin usai mendengar kabar melalui media sosial. 

Jadi itu 10 fakta kisah pilu anak yang depresi seusai HP dijual ibu. Meskipun berbagai bantuan sosial seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP), Program Indonesia Pintar (PIP), dan Program Keluarga Harapan (PKH) telah diberikan oleh pihak terkait, termasuk bantuan dari kelurahan dan warga, namun penanganan terkait masalah psikologis dan mental Arya memerlukan pendekatan yang lebih khusus. 

Semoga anak ARP dapat kembali pulih seperti sedia kala dan dapat kembali bersekolah. 

Baca juga:  

The Latest