Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Film Merah Putih One For All
Youtube.com/CGVKreasi

Belakangan ini dunia perfilm-an Indonesia sedang dihebohkan oleh sebuah film animasi yang akan tayang pada tanggal 14 Agustus nanti.

Film animasi tersebut berjudul Merah Putih: One For All. Film ini mengangkat tema mengenai semangat nasionalisme dan persatuan anak-anak dari berbagai daerah di Indonesia.

Film ini disutradarai oleh Endiarto dan Bintang Takari, sedangkan untuk produser filmnya adalah Toto Soegriwo. Lalu, film ini diproduksi oleh rumah produksi Perfiki Kreasindo yang merupakan bagian dari Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail.

Namun, di balik kisahnya, ada banyak kontroversi publik yang muncul terhadap film tersebut. Film yang digarap oleh Perfiki Kreasindo ini dinilai sangat kurang dalam kualitas visualnya.

Lalu, apa saja fakta yang ada dalam film ini? Sebab itu, Popmama.com telah merangkum informasi mengenai fakta film Merah Putih: One For All.

1. Penggunaan anggaran yang dinilai habiskan biaya miliaran rupiah

Youtube.com/CGVKreasi

Menurut berita yang beredar, produksi film ini menghabiskan dana sampai Rp6,7 miliar. Namun, dibalik dana besar yang dihabiskan, cuplikan trailer yang telah dirilis memperlihatkan animasi yang kaku dan visual yang kurang nyata.

Produser eksekutif Sonny Pudjisasono juga mengakui biaya produksi lebih dari Rp6,7 miliar. Namun, menurut Sonny, angka tersebut terbilang kecil jika dibandingkan dengan produksi film animasi lainnya.

2. Produksi film yang sangat singkat

Youtube.com/CGVKreasi

Produser film ini Toto Soegirwo mengatakan bahwa film ini diproduksi selama kurang dari satu bulan. Waktu produksi yang singkat ini dilakukan karena mengejar momen hari kemerdekaan RI. Akibat dari waktu produksi yang singkat, film ini diragukan kualitasnya.

Waktu produksi film ini menjadi sorotan karena proses pengerjaannya dikabarkan kurang dari satu bulan pada tahap akhir, yaitu post-production yang dilakukan pada Mei hingga Juni 2025.

3. Tantangan film Merah Putih: One For All di antara film bioskop

Youtube.com/CGVKreasi

Tantangan film animasi Merah Putih: One For All di tengah persaingan film bioskop di Indonesia cukup besar. Yaitu, film ini tayang satu hari setelah film Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba tayang di bioskop.

Film Demon Slayer tersebut sudah memiliki basis penggemar kuat dan kualitas animasi tinggi. Hal ini membuat Merah Putih harus bekerja ekstra menarik minat penonton terutama keluarga dan anak-anak di Indonesia.

Ditambah lagi banyaknya kontroversi publik yang muncul membuat film ini semakin diragukan para penikmat film di Indonesia.

Nah Ma, itu dia beberapa kontroversi yang muncul ke publik mengenai film animasi Merah Putih: One For All. Kalau Mama, bagaimana tanggapannya?

4. Aset yang digunakan diduga membeli dari marketplace

Facebook.com/Frossh Indra

Seorang konten kreator YouTube, Yono Jambul menemukan beberapa kejanggalan, yaitu sejumlah aset film dibeli dari marketplace Daz3D, termasuk salah satu yang ada dalam latar "Street of Mumbai". Latar tersebut dinilai tidak mencerminkan nuansa lokal Indonesia.

Tak hanya itu, hal menghebohkan lainnya adalah harga aset-aset tersebut disebut hanya sekitar USD 43,50 atau Rp700 ribuan per item. Fakta ini memicu sindiran keras, apalagi anggaran produksi film dikabarkan menghabiskan dana hingga Rp6,7 miliar.

5. Situs produksi tidak bisa diakses

Perfiki.com

Perfiki Kreasindo memiliki situs resmi tersendiri. Namun, situs tersebut tidak bisa diakses oleh publik. Ketika upaya dilakukan untuk mengakses situs tersebut, berakhir error dengan "403 Forbidden".

Sehingga publik tidak bisa mengetahui orang-orang di balik layar yang mengerjakan film tersebut karena situs resmi yang tidak bisa diakses.

Nah Ma, itu dia beberapa fakta yang muncul ke publik mengenai film animasi Merah Putih: One For All. Kalau Mama, bagaimana tanggapannya?

Editorial Team