PDSKJI menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor — antara keluarga, sekolah, tenaga kesehatan, dan pembuat kebijakan. Tapi langkah pertama tetap dimulai dari rumah.
Berikut 5 langkah sederhana yang bisa Mama Papa lakukan:
1. Kenali tanda-tandanya sejak dini.
Jika anak mudah marah, sulit fokus, atau cepat menyerah, jangan langsung dimarahi. Amati pola dan bantu mereka mengenali perasaan sendiri.
2. Bangun rutinitas harian yang seimbang.
Pastikan anak punya waktu tidur cukup, aktivitas fisik, dan waktu tanpa layar setiap hari. Rutinitas membantu otak belajar disiplin dan fokus.
3. Latih kemampuan berpikir dan membuat keputusan.
Libatkan anak dalam hal kecil, seperti memilih baju sendiri, menentukan waktu belajar, atau merencanakan kegiatan akhir pekan.
4. Jaga komunikasi yang hangat.
Anak yang merasa didengar akan lebih mudah belajar mengendalikan emosi. Dengarkan dulu sebelum menasihati.
5. Cari bantuan profesional bila perlu.
Jangan ragu berkonsultasi ke psikolog anak atau psikiater bila Mama Papa merasa anak sulit mengatur diri, mudah stres, atau menunjukkan tanda depresi.
Selain itu, PDSKJI juga merekomendasikan langkah besar di tingkat masyarakat:
Screening rutin kesehatan mental di sekolah.
Pelatihan untuk guru dan orangtua.
Integrasi edukasi pengendalian emosi dalam kurikulum sekolah.
Kampanye nasional tentang kesehatan mental berbasis sains dan empati.
5 fakta fungsi eksekutif otak anak, kunci kesehatan mental kala remaja adalah fundamental untuk masa depan anak yang sama pentingnya dengan nilai akademik atau gizi harian.
Ketika anak mampu berpikir sebelum bertindak, menenangkan diri saat marah, dan mencari solusi saat gagal, berarti otaknya sedang bekerja dengan baik.
Seperti kata dr. Suzy dari PDSKJI, “Tanpa penguatan fungsi eksekutif, kita berisiko kehilangan generasi yang mampu berpikir kritis, empatik, dan resilien.”