90% Otak Anak Berkembang Sebelum Usia 5 Tahun, Maksimalkan Golden Age!

- Optimalkan potensi kecerdasan anak sebelum usia 5 tahun di masa golden age-nya!
- Bangun fokus, ingatan, kontrol emosi, ketajaman berpikir, dan kreativitas anak lewat permainan dan aktivitas sehari-hari
- Rutinitas yang kontinu dan konsisten membantu perkembangan otak anak secara optimal
90% otak anak berkembang sebelum usia 5 tahun, manfaatkan golden age anak sebab masa ini sangat efektif dan urgen untuk dilakukannya optimalisasi berbagai potensi kecerdasan yang dimiliki oleh anak manusia untuk menuju Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
Tingkat optimalisasi peran pengasuhan orang tua yang kontinu dan konsisten terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak pada priode tersebut sangat menentukan kualitas anak dikemudian hari. Bukan sekadar tentang “belajar cepat,” tapi tentang bagaimana otak mereka tumbuh melalui pengalaman sehari-hari yang penuh cinta, rasa aman, dan eksplorasi.
Berikut Popmama.com rangkum lima hal penting yang bisa Mama lakukan untuk membantu otak anak berkembang optimal di masa golden age-nya!
Bangun Fokus dan Ingatan yang Kuat

Otak anak tumbuh kuat lewat repetisi. Kegiatan sederhana seperti bermain petak umpat, mencocokkan kaus kaki, atau menyembunyikan mainan yang sama berulang kali bukan tanda bosan melainkan latihan alami bagi otak.
Setiap pengulangan membantu memperkuat jalur saraf yang berhubungan dengan ingatan, fokus, dan kemampuan bernalar. Kecerdasakn dilihat dari 8 dimensi yakni, linguistik, matematis-logis, visual-spasial, musikal, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Kecerasan ini dibantun lewat fokus dan daya ingat yang kuat sejak kecil.
Jadi, ketika si Kecil minta main hal yang sama lagi dan lagi, biarkan saja. Otaknya sedang belajar bekerja dengan lebih efisien!
Latih Kontrol Emosional Sejak Dini

Sebelum bisa mengendalikan emosinya sendiri, anak akan meminjam ketenangan Mama. Saat ia tantrum, bukannya langsung memarahi, cobalah ajarkan cara menenangkan diri dengan teknik napas dalam atau pelukan lembut.
Latihan sederhana ini membantu otak anak khususnya bagian yang mengatur kendali diri dan kesabaran berkembang lebih baik. Setiap kali mereka belajar “berhenti dulu sebelum marah,” mereka sedang membangun kemampuan penting untuk kehidupan sosial dan sekolah nantinya.
Kontrol emosi dapat dilakukan dengan menciptakan suasana kondusif di dalam keluarga. Selain itu, orang tua harus bisa membiasakan anak agar tidak mudah dipancing amarah.
Asah Ketajaman Berpikir dengan Tantangan Kecil

Biarkan anak merasakan proses berjuang sebelum Mama turun tangan membantu. Misalnya, saat ia kesulitan membuka tutup botol atau merangkai balok, biarkan ia mencoba dulu. Lalu beri apresiasi seperti, “Kamu sudah bekerja keras! Apa lagi ya yang bisa kamu coba?”
Ucapan sederhana ini mengaktifkan korteks frontal, bagian otak yang bertanggung jawab atas pemecahan masalah dan berpikir kritis. Anak jadi lebih gigih dan percaya diri saat menghadapi tantangan baru.
Ketajaman berpikit merupakan potensi intelektual pada anak. Tidak terbatas pada kemampuan membaca, menghitung, dan menulis namun juga berkaitan dengan akal, pikiran dan logika.
Dorong Kreativitas dan Rasa Penasaran

Mainan yang memiliki banyak manfaat ternyata bisa ditemukan di rumah, lho, Ma. Cukup sediakan barang-barang sederhana dan aman seperti sendok, kardus, kain, atau gelas plastik, lalu biarkan anak berimajinasi bebas.
Permainan yang tidak terstruktur justru mengasah kreativitas, fleksibilitas berpikir, dan rasa ingin tahu. Otak anak tumbuh paling baik ketika ia bebas bereksperimen dan menciptakan dunianya sendiri.
Bangun Rutinitas yang Menenangkan

Otak anak berkembang optimal ketika tubuhnya merasa aman dan tenang. Bantu dengan rutinitas yang konsisten, seperti jam tidur dan jam makan yang teratur. Kebiasaan ini mengurangi stres dan membuat otaknya siap menyerap hal-hal baru. Pembiasaan menjadi salah satu poin penting yang tidak boleh diabaikan.
Kebiasaan akan menjadi sebuah karakter kepribadian, namun prosesnya sangat panjang, kontinu dan berkelanjutan. Dalam hal ini, anak tidak hanya dididik untuk tahu (kognitif), mampu (keterampilan), dan mau (kesadaran), tetapi juga menjadi bagian dari kepribadiannya.
Ketika si Kecil tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, ia belajar merasa aman dasar penting bagi kemampuan belajar dan pengendalian diri di masa depan.
Mama semakin memahami, 90% otak anak berkembang sebelum usia 5 tahun, manfaatkan golden age yang hanya datang sekali dengan menjadikan setiap harinya berarti.



















