Selain Menyita Ponsel, ini 5 Cara Mendisiplinkan Anak Remaja

Ada cara yang lebih efektif dalam mendisiplinkan remaja selain menyita ponsel lho Ma!

7 Februari 2022

Selain Menyita Ponsel, ini 5 Cara Mendisiplinkan Anak Remaja
Pexels/Karolina Grabowska

Dalam alasan apa pun, mendisiplinkan anak remaja seringkali merupakan salah satu hal tersulit yang Mama lakukan sebagai orangtua. Ada kalanya anak justru memberontak dan membuat Mama semakin kewalahan.

Alih-alih melihat manfaat dari respons terhadap tindakan anak, Mama justru dihadapkan pada lebih banyak masalah daripada yang asli. Sehingga, terkadang timbul pemikiran bahwa Mama tidak pernah melakukannya dengan benar.

Karena waktu layar telah menjadi bagian besar dari kehidupan anak-anak dalam beberapa tahun terakhir, kebanyakan orangtua menyita ponsel anak setiap kali terjadi kesalahan. Namun, mengambil ponsel ternyata tidak selalu efektif.

Sebagai gantinya, ada beberapa strategi disiplin yang bisa diterapkan. Berikut Popmama.com telah merangkum lima cara mendisiplinkan anak remaja, selain menyita ponselnya. Yuk simak Ma!

1. Pastikan respon Mama sesuai dengan masalah yang terjadi

1. Pastikan respon Mama sesuai masalah terjadi
Freepik/Bearfotos

Dilansir dari Child Mind Institute, selalu lebih baik untuk memastikan konsekuensi tindakan remaja sesuai dengan perilaku bermasalahnya.

Dengan melakukan ini, anak dapat memahami di mana kesalahannya, dan kemungkinan besar ia akan memperbaiki perilakunya di masa mendatang.

Sebaliknya, jika seorang anak menerima hukuman yang tidak sesuai dengan perilaku buruknya, ia sering merasa buruk dan tidak mengerti mengapa hal itu dapat menyebabkan kebencian atau kelanjutan dari perilaku buruk.

Misalnya, jika anak remaja melewatkan jam malam, maka Mama harus melarang atau membatasi aktivitasnya di luar rumah dalam jangka waktu tertentu.

Jika Mama malah mengambil teleponnya, Mama memutuskan semua jalur komunikasinya dengan teman-temannya. Bukan membuat anak mengingat pelanggarannya, namun ia lebih mungkin untuk memberontak.

Maka itu, yang terbaik adalah selalu menemukan konsekuensi yang jelas yang sesuai dengan aturan yang dilanggar

Editors' Pick

2. Biarkan anak mengalami konsekuensi alami

2. Biarkan anak mengalami konsekuensi alami
Freepik/user15160105

Tergantung pada kesalahan apa yang dilakukan anak, Mama mungkin tidak perlu melakukan banyak hal sama sekali. Faktanya, dilansir dari Verywell Family, sebenarnya penting bagi orangtua untuk menggunakan konsekuensi alami dalam peristiwa sebanyak mungkin.

Konsekuensi alami adalah apa yang terjadi sebagai akibat langsung dari sesuatu. Misalnya, jika remaja memilih tidak belajar saat ujian, nilai yang buruk atau dimarahi guru adalah konsekuensi yang wajar.

Demikian pula, jika remaja mengatakan sesuatu yang jahat tentang temannya, konsekuensi alaminya mungkin adalah teman tersebut tidak lagi berbicara dengannya.

Konsekuensi alami ini mengajarkan pelajaran hidup kepada anak, dan pelajaran ini lebih cenderung melekat daripada hukuman apa pun yang diberikan.

3. Memberikan tanggung jawab tambahan

3. Memberikan tanggung jawab tambahan
Freepik.com/pvproduction

Terkadang mengambil hak istimewa tidak berhasil, terutama dengan anak-anak dan remaja yang lebih besar. Sebaliknya, mereka membutuhkan sesuatu yang hampir kebalikannya, seperti tanggung jawab tambahan.

Tergantung pada perilakunya, mungkin masuk akal bagi anak untuk mendapatkan lebih banyak tanggung jawab di rumah, untuk "mengatasi" tindakan negatifnya. Seperti selama seminggu membantu Mama menyapu atau mengepel rumah, atau menyikat kamar mandi, dan lain-lain.

Dengan memberikan anak tanggung jawab tambahan, Mama tak hanya mengajarinya nilai kerja keras. Namun, juga mengajarkannya tentang pengorbanan, perjuangan, dan ketekunan.

4. Puji perilaku positif anak

4. Puji perilaku positif anak
Freepik/Master1305

Ketika berpikir tentang disiplin, kebanyakan orang mungkin berpikir tentang hukuman dan konsekuensi untuk tindakan negatif. Meskipun konsekuensi negatif bisa efektif, terkadang konsekuensi positif juga berdampak sama, terutama bagi remaja yang terbiasa terlibat masalah.

Misalnya, alih-alih memarahi anak setiap kali ia meninggalkan pakaiannya di tengah lantai, berikan pujian pada saat ia benar-benar meletakkan pakaiannya di tempat yang tepat.

Hal ini meningkatkan kepercayaan diri anak, yang pada gilirannya akan mendorongnya untuk melakukan perilaku positif lagi alih-alih melanjutkan dengan perilaku negatif.

Untuk beberapa anak, segala jenis perhatian baik adalah bentuk motivasi. Jadi alih-alih mengatakan hal-hal negatif yang membuat emosi meningkat, dorong anak untuk mengusahakannya dengan kalimat positif.

5. Tetapkan batas penggunaan ponsel sebagai gantinya

5. Tetapkan batas penggunaan ponsel sebagai gantinya
Freepik

Ketika mengambil ponsel tidak efektif, dilansir dari Stay Sane Mom, mengatakan bahwa pengaturan batas atau kontrol orangtua pada perangkat anak bekerja jauh lebih baik daripada menyitanya sepenuhnya.

Dengan menyetel batas baru atau kontrol orangtua, Mama dapat menolak akses anak ke aplikasi tertentu dan menggunakan pengatur waktu pada penggunaan perangkat atau penggunaan aplikasi tertentu.

Ini bisa menjadi cara yang bagus untuk menangani remaja yang tidak menyelesaikan PR-nya, kurang tidur, atau menunjukkan perilaku lain yang merupakan akibat langsung dari penggunaan perangkat elektronik.

Selain itu, cara ini masih memungkinkan anak untuk menggunakan ponselnya, seperti berkomunikasi dengan keluarga, mencari informasi untuk PR-nya, atau terhubung dengan teman-teman dengan cara yang sehat.

Nah itulah beberapa cara mendisiplinkan anak remaja, selain menyita ponselnya. Mendisiplinkan anak adalah hal yang sulit bagi kebanyakan orangtua. Namun, dengan strategi yang tepat, Mama dapat membantu anak mengembangkan kebiasaan yang lebih baik dan bertanggung jawab.

Baca juga:

The Latest