10 Panduan Pengasuhan Digital yang Aman, Ajarkan Anak Tanggung Jawab

Bagi remaja yang aktif di media sosial, segera ajarkan beberapa hal penting ini Ma

12 Februari 2021

10 Panduan Pengasuhan Digital Aman, Ajarkan Anak Tanggung Jawab
Freepik

Kemajuan teknologi juga tidak dapat dipisahkan dengan media sosial, di mana anak bisa bertemu dan bersosialisasi dengan orang-orang lain di sekitarnya dan bahkan orang asing yang tak dikenal. Sehingga keamanan media sosial menjadi perhatian bagi setiap orangtua.

Salah satu media sosial yang saat ini banyak digunakan remaja adalah TikTok, aplikasi ini menyediakan penyuntingan, efek, dan suara video, untuk membantu remaja dalam menciptakan konten video yang kreatif dan imajinatif.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, penting bagi Mama agar memastikan keamanan anak dalam menggunakan perangkat digital. 

Bertepatan dengan Hari Internet Aman Sedunia (Safer Internet Day) pada 10 Februari 2020, TikTok meluncurkan Toolkit Keamanan Keluarga TikTok. 

Kali ini Popmama.com akan membahas 10 panduan pengasuhan digital dalam menggunakan aplikasi media sosial yang aman dan bertanggung jawab di bawah ini.

1. Periksa kesiapan teknologi yang digunakan anak

1. Periksa kesiapan teknologi digunakan anak
Freepik/user9736801

Mama perlu memiliki kebijakan yang jelas tentang kapan anak dapat berinteraksi dengan aktif di dunia digital, termasuk kapan waktunya anak memiliki perangkat digital atau membuka akun media sosialnya sendiri.

Selain itu, pastikan anak menggunakan aplikasi sesuai batasan usia yang tercantum dalam aplikasi tersebut. Misalnya TikTok, menerapkan batas usia remaja 14 tahun ke atas, dan muncul rating 12+ di aplikasi playstore/app store.

Maka dari itu anak di bawah usia 14 tahun belum boleh menggunakan aplikasi tersebut. Mama dapat mengaktifkan kontrol orangtua di perangkat digital anak.

Kontrol orangtua ini disediakan oleh Google maupun Apple untuk memblokir aplikasi dari ponsel anak di bawah usia.

2. Menyepakati batasan teknologi dalam keluarga

2. Menyepakati batasan teknologi dalam keluarga
Freepik

Orangtua didorong untuk menetapkan kesepatakan batasan teknologi keluarga dengan jelas, tentang kapan dan di mana Mama dan anak remaja boleh mengakses serta menggunakan perangkat digital. Kebiasaan ini juga menghindari remaja yang kecanduan dalam menggunakan media sosial.

Mama dan anak dapat mengatur “zona bebas handphone” atau menetapkan waktu tertentu. Misalnya tidak boleh ada yang main handphone saat makan malam atau saat belajar. Kesepakatan ini juga mencakup konten apa saja.

Seperti aplikasi, situs web, game video, media sosial, dan lain-lain, yang sering ditonton, digunakan, dan dimainkan oleh remaja mama. Namun tentunya peraturan ini perlu disesuaikan menurut usia dan disepakati bersama, dengan adanya konsekuensi yang jelas bila terjadi pelanggaran.

Peraturan tersebut juga tidak hanya diikuti oleh anak saja, namun orangtua juga perlu menaatinya agar mencontohkan yang baik pada anak.

Jika Mama melihat remaja menyaksikan video atau konten yang di luar batasan teknologi yang disepakati, Mama bisa meminta anak menekan video itu dengan lama dan memilih "Tidak Tertarik" agar TikTok tidak sering menampilkan video yang sejenis itu lagi.

Selain itu, anak juga bisa mengaktifkan “Mode Terbatas” yang merupakan pilihan untuk membatasi tampilan konten yang tidak pas untuk pengguna. Mode Terbatas ini dapat selalu disesuaikan jika remaja sudah cukup usia.

3. Tetapkan batasan waktu layar

3. Tetapkan batasan waktu layar
Freepik/Khromkrathok

Untuk mendapatkan kesehatan secara jasmani, maka anak perlu mengembangkan kebiasaan makan sehat, hal ini juga sama jika anak mengembangkan kesehataan secara digital, maka baik juga untuk kesehatan fisiknya.

Dengan menetapkan kesepakatan waktu layar setiap hari, Mama bisa membantu remaja untuk mengembangkan kontrol diri dan kemampuan manajemen waktu. Misalnya, remaja menggunakan media digital karena ingin mengalihkan perhatian dari kesulitan atau masalah.

Untuk menghindari hal tersebut, Mama dapat membantu anak untuk melihat bagaimana anak menghabiskan waktu layarnya, bertanggungjawab atas keadaan mental, serta mencari solusi yang tepat untuk menghadapi masalah, bukannya mencari pengalihan.

Mama juga dapat mengatur waktu layar anak untuk bermain TikTok, fitur ini berfungsi dengan kode sandi dan bisa diaktifkan untuk beragam batasan waktu hingga 2 jam. Di perangkatnya, waktu layar bisa juga diatur langsung oleh kontrol orangtua di pengaturan perangkat Androld dan iOS.

Selain itu, aplikasi ini juga bekerjasama dengan top kreator untuk membuat video singkat yang muncul di aplikasi dan mendorong pengguna untuk menjaga waktu layarnya.

Video singkat ini menggunakan nada yang bersemangat dan menawarkan usulan untuk beristirahat dari ponsel dan melakukan sesuatu secara offline, seperti membaca buku. Anak bisa menonton video tersebut di fitur Manajemen Waktu Layar.

4. Bicarakan pada anak tentang perundungan/bullying secara siber

4. Bicarakan anak tentang perundungan/bullying secara siber
Freepik

Dikutip dari survei Child Online Safety Index dari Do Institute, 50 persen anak usia 8-18 tahun pernah mengalami perundungan siber di tahun lalu. Maka itu, penting bagi orangtua untuk terlibat dalam diskusi yang terbuka, jujur, dan membantu anak mengatasi perundungan siber.

Mama juga perlu menjaga jalur komunikasi tetap terbuka agar lebih mudah menanyakan pengalaman daring anak remajanya. Selain itu Mama dapat menanyakan apakah anak mengalami kesulitan dalam pergaulan.

  • Mama juga perlu bertanya secara spesifik jika terjadi perundungan pada anak atau pada teman terdekat anak yang pernah mengalaminya. Kemudian, jika Mama merasa anak mengalami perundungan siber, bicarakan dengannya secara suportif dan empati. Mama juga dapat memberi tahu anak bahwa Mama tidak akan mengambil akses ponsel, kemudian yakinkan dan ingatkan anak bahwa Mama akan selalu mendukungnya dan menemukan solusinya bersama-sama.
  • Namun, jika Mama merasa anak melakukan perundungan siber pada anak lain, bicaralah tentang perilakunya. Dorong anak untuk bersikap jujur dan bertanggung jawab. Bantu ia memahami perilakunya yang dapat memengaruhi citra di dunia daring dan akan ada konsukuensinya. Selain itu, tuntun anak dengan serangkaian pertanyaan yang akan membantunya menyadari risiko dari perilakunya, kemudian, ajarkan tentang bagaimana tanggung jawab sebagai pengguna internet, khususnya media sosial.

Apapun pengaturan akun TikToknya, remaja tetap bisa menentukan apakah ia akan mengomentari video atau konten pengguna lain. Remaja di atas usia 16 tahun bisa memperbolehkan ada komentar dari semua pengguna, hanya dari pengikutnya saja, atau sama sekali tidak boleh.

Sementara anak berusia 14 dan 15 tahun bisa memperbolehkan komentar hanya dari pengikutnya atau tidak sama sekali. Ini bisa diatur di akunnya, atau bisa disesuaikan di video yang diunggah.

Bahkan dengan menyalakan kolom komentar, anak juga dapat menentukan kata-kata yang akan secara otomatis diblokir dari komentar apa pun di videonya. Mama juga bisa mengajarkan anak untuk melaporkan komentar dengan menekan lama videonya dan mengikuti langkah yang muncul di laman pop-up.

Editors' Pick

5. Bicarakan pada anak tentang privasi pengguna

5. Bicarakan anak tentang privasi pengguna
Freepik

Penting sekali bagi remaja untuk memahami privasi di dunia daring sebagai dasar hak asasi manusia. Mama dapat membahas tentang nilai dari informasi personal, misalnya, Mama bisa menggunakan gambaran bahwa data informasi pribadi Itu bagaikan uang yang perlu dihargai, dimiliki, dan dilindungi.

Mama juga perlu mendorong anak untuk membaca dengan tepat tentang kebijakan privasi sebelum mendaftar ke aplikasi atau situs web apa pun. Lalu, peringatkan anak untuk tetap hati-hati tentang apa yang ia bagikan di internet daring, dan bersikap selektif terhadap informasi yang ia bagi.

Penting bagi anak untuk tahu bahwa apa yang ia unggah bisa bertahan selamanya, viral, dan mustahil untuk ditarik kembali. Ajarkan ia tentang manajemen jejak digital dan kemampuan manajemen keamanan siber untuk mencegah potensi serangan privasi, pembajakan, dan/atau rekayasa sosial dengan berbagi informasi pribadi secara berlebihan.

Lalu bantu anak untuk menentukan pengaturan privasi yang ketat di aplikasi yang digunakan. Dorong anak untuk tetap terinformasi dengan mempelajari teknologi baru dan cara berbeda untuk menjaga privasinya, salah satunya adalah membuat akun anak menjadi privat.

Akun privat ini diterapkan secara otomatis jika pengguna berusia 14-15 tahun, namun jika usianya lebih dari 15 maka pengaturan akun anak pertama kali adalah terbuka untuk publik. Mama bisa mengaturnya melalui pengaturan privasi dan keamanan.

Jika anak memiliki akun privat, maka ia bisa menerima atau menolak permintaan pertemanan, dan konten anak hanya bisa dilihat dari pengguna yang telah diterima saja.

6. Membahas tentang kontak dan konten beresiko

6. Membahas tentang kontak konten beresiko
Freepik/Peoplecreations

Cara anak menerima dan berbagai informasi serta konten ini semakin terintegrasi. Terutama bagi anak remaja, yang belajar melalui video, menerima berita melalui teman daring di situs media sosial, atau bertemu teman baru selagi bermaiin game online.

Konten berisiko merupakan konten berbahaya dan tidak patut untuk anak remaja, ujaran kebencian, dan lainnya. Sedangkan kontak berisiko merupakan konten seksual yang tidak diinginkan, seoerti pelecehan, eksploitasi, dan radikalisasi.

Konten dan kontak berisiko ini saling terhubung di media sosial dan harus dibicarakan dengan anak. Penting bagi Mama untuk bicara dengan anak tentang aplikasi, game, atau situs web kesukaannya dan minta ia jelaskan bagaimana cara menggunakannya serta siapa yang ia temui di sana.

Mama juga perlu mengingatkan anak, bahwa orang di media sosial tidak selalu seperti apa yang terlihat di sana. Bahas dengan anak tentang siapa yang menghubunginya dari media sosial, atau cara membatasi kontak yang tidak dinginkan melalui pengaturan aplikasi.

Misalnya, Mama harus secara proaktif berbicara dengan anak tentang batasan menerima permohonan berteman, orang yang mungkin tidak dikenal, serta siapa saja yang bisa melihat informasi tentang anak, atau men-tag foto atau berbagai foto.

Mama juga bisa memperingatkan anak pada risiko bertemu langsung orang yang tidak mereka kenal di kehidupan nyata. Intinya, Mama harus meyakinkan remaja mama bahwa Mama melakukan yang terbaik untuk menjaga keamanannya dan anak bisa selalu mendatangi Mama kapan pun.

Namun, jika Mama memiliki otoritas untuk menjalankan akun media sosial anak, gunakan kesempatan ini untuk membahas dan berbagi nilai-nilai keluarga dengan menggunakan konten media sebagai bahan obrolan.

Tanyalah pendapat anak tentang konten tersebut dan bantu ia memikirkan arti di balik konten itu. Bahas isu-isu serius secara santai, seperti tentang pacaran, seks, dan perkelahian, jika topik tersebut muncul.

7. Mengawasi anak agar terhindar dari sexting

7. Mengawasi anak agar terhindar dari sexting
Freepik/Odua

Sebagai orangtua yang mencoba melindungi remaja, coba periksa apakah anak mama berbagi atau diminta berbagi pesan, foto atau video seseorang atau dirinya sendiri, yang terkesan intim atau vulgar.

Saat ini, ada banyak anak remaja cenderung berpikir bahwa berbagi foto yang intim itu lucu atau menggoda, tanpa memahami risiko berbahayanya. Anak perlu tahu bahwa begitu konten tersebut dibagi secara daring, sehingga sulit untuk ditarik kembali atau dikontrol.

Bahkan konsekuensinya pun bisa serius serta berjangka panjang. Jika Mama mencurigai anak terlibat dalam sexting. Jika terjadi, mama perlu berusaha memahami cerita lengkapnya dengan secara tenang, memeriksa apa yang sudah anak bagi atau sebar. Kemudian, Mama harus bergerak cepat dalam meminimalisir risiko.  

Bertukar pesan bisa menjadi cara baik untuk bertukar ide kreatif dengan pengguna loin. Tapi di TikTok, hanya pengikut anak saja yang bisa mengirim Pesan Langsung. Anak juga bisa meng-unfollow atau memblokir pengguna agar ia tidak bisa mengirim Pesan Langsung.

Atau juga menonaktifkan tukar pesan sepenuhnya dari pengaturan privasi, tujuannya tentu untuk melindungi anak remaja dari eksploitasi seksual melalui pesan secara privat, tidak ada foto yang bisa dikirim melalui Pesan Langsung di TikTok.

Namun, anak harus waspada pada konten yang berisiko menggiring perbincangan di luar TikTok atau bertukar pesan di aplikasi lain, di mana anak bisa berbagi foto, dan itu sangat berisiko.

8. Mengajarkan anak tentang dis atau mis-informasi

8. Mengajarkan anak tentang dis atau mis-informasi
Freepik

Tentunya Mama telah memahami bahwa saat ini kita hidup di era digital, atau ada yang bilang, era mis-informasi.

Dengan hal ini, Mama perlu bicara dengan anak tentang "berita palsu" atau dis/mis-informasi yang dirancang untuk terlihat seperti berita atau informasi terpercaya, dan bagaimana informasi seperti itu  bisa menyebar dengan cepat di media sosial.

Mama harus mendorong anak untuk berpikir kritis tentang apa yang mereka lihat di daring, termasuk apa tujuan dari informasi tersebut, dan ingatkan anak untuk memeriksa fakta dari setiap sumber Informasi, serta melakukan riset kecil tentang masalah tersebut.

Selain itu, Mama juga bisa bicara dengan remaja tentang pengaruh daring dan penempatan produk yang mungkin ia lihat, dan bahas bagaimana pesan tersebut mungkin mempengaruhi anak. Misalnya bagaimana tubuh perempuan harusnya terlihat, dan apa yang bisa pengguna lakukan untuk meningkatkan penampilannya.

Jujurlah tentang apa yang Mama tahu dan yang tidak diketahui. Mama bisa bertanya pada anak remaja tentang mengapa hal-hal digambarkan seperti itu, pandangan siapa yang dipakai dan siapa yang tidak, apa motivasi penulisnya, apa dampak dari melihat konten seperti itu. Hal ini juga akan membantu anak untuk menilai pesan media secara lebih kritis.

Terdapat beberapa tips tambahan agar memastikan konten/berita yang dilihat di media sosial bukan dis/mis-informasi yang dapat Mama terapkan pada anak:

  • Verifikasi sumbernya: mendorong anak untuk memeriksa dan mengevaluasi sumber informasi. Periksa ulang grafis mencurigakan dan belajar menginvestigasinya sendiri: mengajarkan anak untuk selalu mempertanyakan grafis yang berdasarkan klaim.
  • Pertanyakan bias: mengajarkan anak bahwa pandangan kuat seseorang kadang merupakan pemikiran bias, dan Mama harus mempertimbangkan ini selagi memahami bahwa orang lain mungkin memiliki perspektif berbeda.
  • Kapan berbagi vs Kapan melaporkan: mendorong anak untuk berhenti dan berpikir sebelum membagikan berita atau memverifikasinya terlebih dahulu, serta memblokir akun atau konten yang berbagi misinformasi.
  • Fakta vs Opini: membantu anak dalam menentukan apakah suatu pernyataan menunjukkan kebenaran yang meyakinkan anak untuk melakukan riset serta memverifikasi klaim.

9. Terhubung dengan jaringan pendukung baik di rumah atau di sekolah

9. Terhubung jaringan pendukung baik rumah atau sekolah
Freepik/shurkin_son

Mama juga bisa membangun jaringan pendukung dan perlindungan yang baik di sekitar anak remaja mama. Dimulai dengan memiliki kebijakan pengasuhan digital yang konsisten, dan dukungan di antara para orangtua di dalam keluarga.

Anak bisa mendapatkan bantuan dari anggota keluarga yang dekat dengannya, untuk memberikan dukungan emosional. Selain dari keluarga, Mama harus secara proaktif bekerjasama dengan guru di sekolah untuk hal yang berhubungan dengan sekolah online dan perlindungan siber untuk anak remaja.

Selain itu, jika Mama menyadari bahwa anak berbicara atau menunjukkan tanda-tanda perubahan perilaku yang serius, misalnya tiba-tiba sedih, menyendiri, atau enggan bersosialisasi, sensitif, atau menunjukkan kegelisahan, dan/atau depresi, atau terlibat dalam kejahatan slber.

Mama perlu mempertimbangkan mencari bantuan eksternal, termasuk dari guru bimbingan konseling, psikolog, polisi, atau ahli profesional lainnya.

10. Membuat video bersama anak di TikTok

10. Membuat video bersama anak TikTok
Freepik/Karlyukav

Membuat video bersama menjadi kegiatan yang menyenangkan dan mudah, ikuti tren atau sekadar bersenang-senang dengan membagikan momen sehar-hari bersama-sama.

Membuat konten seru dengan anak bisa jadi cara bagus untuk terlibat, untuk belajar tentang ketertarikan anak, dan saling memahami dengan empati.

Ini juga cara efektif untuk bicara dengan anak tentang jenis konten apa yang pantas dan tidak pantas untuk dibuat. Namun, Mama juga harus mengetahui bahwa anak bisa membuat video bersama dengan orang lain di TikTok menggunakan fitur Duets dan Stitch.

Fitur Duets bisa jadi cara yang menyenangkan bagi remaja untuk membuat video dengan pengguna lain. Meskipun begitu, anak memiliki kontrol untuk menentukan siapa yang bisa membuat duet dengannya atau memberikan reaksi atas kontennya.

Anak bisa mengatur preferensi hanya sekali di akunnya, dan menerapkan pengaturan itu ke semua video, atau memilih untuk menentukan pengaturan berbeda di masing-masing video.

Mama juga bisa membuat duets dan stitch dengan anak dan mencoba fitur-fitur lainnya.

Duets dan Stitch ini hanya tersedia untuk konten oleh pengguna di atas usia 16 tahun.

Nah itu dia ma, 10 tips pengasuhan digital anak di media sosial seperti TikTok. Namun, penerapan pengasuhan digital ini bisa dilakukan pada akun media sosial lainnya. Melindungi anak dari kejahatan siber dapat memudahkannya untuk mencari pertemanan dan terhindar dari penyimpangan yang merugikannya.

Lakukan tips-tips di atas ketika anak mulai menggunakan ponsel atau sudah memiliki media sosial sendiri, agar anak mengetahui batasan jelasnya dari awal dan menghindari perilaku yang menyimpang di media sosial.

Baca juga:

The Latest