Psikolog Unair Ungkap Bahaya Anak Main Roleplay di Medsos

Bisa menimbulkan ketergantungan pada anak

4 Juli 2023

Psikolog Unair Ungkap Bahaya Anak Main Roleplay Medsos
Freepik/DCStudio

Perkembangan teknologi dan media sosial telah memberikan dampak signifikan terhadap kehidupan anak-anak. Namun, tidak semua pengaruh tersebut dapat dikategorikan sebagai positif.

Seorang psikolog dari Universitas Airlangga (Unair) mengungkapkan bahaya yang terkait dengan anak-anak yang terlalu sering terlibat dalam roleplay di media sosial.

Roleplay merupakan sebuah aktivitas yang di mana para penggunanya berpura-pura menjadi karakter fiktif atau mengasumsikan identitas yang berbeda secara online.

Viral Video Anak 11 Tahun Dimarahi sang Ayah Akibat Bermain Role Play

Viral Video Anak 11 Tahun Dimarahi sang Ayah Akibat Bermain Role Play
TikTok/@journalwith_melody

Sebuah rekaman video viral di media sosial menunjukkan situasi di mana sang Ayah memarahi anak perempuannya yang berusia 11 tahun. Hal ini disebabkan karena ia menemukan anaknya yang sedang bermain Game Roleplay (RP).

Ia sangat marah karena anak perempuannya tersebut terlibat dalam RP dengan pengguna TikTok lain yang tidak dikenalnya sama sekali.

Konten yang dilakukan anaknya juga sudah memiliki unsur dewasa, bahkan sampai-sampai anak tersebut memainkan peran sebagai 'orangtua' dengan pengguna TikTok lain yang tidak dikenal.

Dalam video yang diunggah oleh akun @jeshagalau, terlihat anak perempuan tersebut merasa sangat malu dan menangis, dan mengatakan "Nggak usah kaya gitu ayah!", sambil menebas ponsel yang di pegang sang Ayah.

Editors' Pick

Bahaya Anak Main Roleplay di Media Sosial

Viralnya video tersebut membuat Psikolog Fakultas Psikologi (Fpsi) Universitas Airlangga (Unair), Dr Dewi Retno Suminar MSi, mengatakan bahwa aktivitas role-playing sangat tidak dianjurkan bagi anak-anak.

Berikut Popmama.com telah merangkum apa saja bahaya anak main roleplay di medsos, di bawah ini:

1. Berisiko menyebabkan fantasi dan imajinasi yang berlebihan pada anak

1. Berisiko menyebabkan fantasi imajinasi berlebihan anak
Freepik/wirestock

Dalam konteks psikologi perkembangan, Dr Dewi mengungkapkan bahwa ada tahapan di mana anak-anak bermain dengan imajinasi mereka. Saat bermain roleplay, proses tumbuh kembang anak dapat terpengaruh.

Dr Dewi melanjutkan dengan menjelaskan bahwa penggunaan imajinasi anak dalam memainkan peran tokoh lain adalah hal yang umum, seperti berperan sebagai dokter, polisi, pilot, guru, atau bahkan astronot.

Namun, situasinya berbeda ketika anak-anak tergila-gila dengan roleplay di media sosial. Mereka memainkan peran tersebut melalui platform digital.

Selain itu, anak-anak cenderung memerankan tokoh idola mereka, yang dapat membawa dampak negatif seperti fantasi dan imajinasi yang berlebihan pada anak.

"Bahayanya saat bermain roleplay ini mereka memainkan peran diri sebagai "idola" yang juga berinteraksi dengan orang lain secara luas melalui platform digital," ungkap Dr Dewi yang dikutip dari detik.com pada Selasa (04/07/2023)

2. Bisa menimbulkan ketergantungan atau adiksi

2. Bisa menimbulkan ketergantungan atau adiksi
Freepik/Pvproduction

Dr Dewi menyampaikan bahwa bermain roleplay di media sosial dapat memiliki dampak yang berbahaya. Salah satu dampak serius yang muncul adalah ketergantungan atau adiksi terhadap gadget pada anak.

Menurutnya, anak dapat merasakan kecemasan dan ketergantungan ketika tidak menggunakan gadget.

Selain itu, bermain roleplay juga dapat membuat anak kehilangan jati diri asli. Karena imajinasi dan pemikirannya terfokus pada tokoh idola yang mereka perankan, hal ini dapat menyebabkan perubahan pemikiran yang terlalu dewasa bagi usia anak.

Ia juga menekankan bahwa tanda adiksi muncul ketika anak tidak mampu menahan diri untuk tidak bermain roleplay di media sosial, dan ini merupakan hal yang perlu diperhatikan.

3. Pengawasan pada anak perlu dilakukan

3. Pengawasan anak perlu dilakukan
Freepik/Peoplecreations

Dr Dewi juga mendorong orangtua untuk melakukan pengawasan pada anak, baik di dunia nyata maupun di dunia digital. Salah satu cara yang direkomendasikan Dr Dewi adalah melalui praktik digital parenting.

Ia menyarankan agar para orangtua untuk memahami digital parenting sebagai sarana untuk membatasi dan memanfaatkan teknologi digital dalam mengawasi anak-anak.

Orangtua juga diharapkan dapat mengambil kendali atas konten digital yang dikonsumsi oleh anak-anak dan terlibat secara aktif dalam kehidupan online anak-anak mereka.

"Orangtua di era sekarang harus tahu bagaimana untuk membalasnya, bukan hanya langsung merebut gadget. Perlu pendekatan dan mengobrol lebih dalam dengan anak terkait hal yang dilakukan anak," ucap Dr Dewi.

Nah itulah apa bahaya anak main roleplay di medsos, yang perlu diketahui. Meski kemajuan teknologi dan media sosial juga bisa memberikan dampak positif, penting adanya pemahaman dan pengawasan yang lebih baik dari Mama dan Papa untuk melindungi anak-anak dari potensi dampak negatif yang dapat timbul akibat aktivitas yang dilakukan secara online.

Baca juga:

The Latest