Bunuh Diri Pada Anak Remaja, Apa Saja yang Harus Diketahui?

Bunuh diri pada anak remaja merupakan penyebab kematian kedua tertinggi di Amerika Serikat

4 Juli 2023

Bunuh Diri Anak Remaja, Apa Saja Harus Diketahui
Freepik/freepik

Setiap orangtua tentunya tidak ingin jika anak mereka pernah memikirkan tentang melakukan bunuh diri, tetapi pada faktanya, jutaan anak remaja melakukan hal tersebut. Bahkan, di Amerika Serikat, bunuh diri adalah penyebab kematian kedua tertinggi.

Kali ini, Popmama.com akan membahas seputar bunuh diri pada anak remaja, dari statistika, faktor resiko, dan juga pencegahan.

1. Angka dan statistika bunuh diri pada anak remaja

1. Angka statistika bunuh diri anak remaja
Freepik/freepik

Menurut Centers for Dosease Control and Prevention (CDC), pada tahun 1975 hingga 1990, angka bunuh diri pada laki-laki meningkat dari 12, ke 18.1 diantara 100.000. Untungnya, angka tersebut turun pada tahun 2007 menjadi 10.8.

Angka bunuh diri pada anak remaja perempuan juga menurun hingga tahun 2007. Namun tampaknya, angka tersebut mulai naik lagi hingga 31%, dan tidak terlihat kemungkinan yang besar untuk turun..

CDC memonitor dengan deka tangka bunuh diri pada anak remaja di populasi yang berbeda-beda. Inilah berberapa data pada 2021:

  • 26.3% anak yang duduk di bangku SMA yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari LGBT mencoba bunuh diri, dibandingkan 5.2% yang merupakan anak heteroseksual
  • 9% dari anak SMA mencoba untuk membunuh diri, dimana 12.4% adalah perempuan, dan 5.4% adalah laki-laki
  • Bunuh diri adalah penyebab kematian kedua bagi remaja dan dewasa muda, dari usia 10 hingga 24. Tingkatan tersebut berada pada 11 per 100.000 per tahunnya.
  • 514.14 per 100.000 kasus bunuh diri adalah permepuan, sementara 200.5 per 100.000 adalah laki-laki yang dirawat di IGD karena menyakiti diri mereka sendiri.

Editors' Pick

2. Haruskah orangtua khawatir terhadap bunuh diri pada anak remaja?

2. Haruskah orangtua khawatir terhadap bunuh diri anak remaja
Pexels/Karolina Grabowska

Harus diingat, bahwa fase remaja merupakan fase dimana anak akan mulai memiliki emosi yang bergejolak, dan juga melalui berbagai macam perubahan, terkhususnya ketika badan mereka mulai berubah, hormon, dan juga tuntutan sosial yang mungkin melibatkan hubungan romantis.

Secara statistic ,kemungkinan untuk anak remaja mencoba untuk bunuh diri sangat rendah, tetapi perlu diingat bahwa kekhawatiran apapun yang mungkin dimiliki oleh orangtua tentang anak yang berurusan dengan pikiran yang menganggu untuk menyakiti diri sendiri harus ditanggapi dengan serius.

Naomi Angoff Chedd, LMHC, BCBS, LBA, direktur konselor pada layanan dukungan “Counslr” mengatakan bahwa orangtua dari anak remaja seharusnya merasa khawtair, tetapi tidak untuk bereaksi berlebihan. Bunuh diri merupakan kejadian yang langka, tetapi jika anak menunjukan tendensi untuk menyakiti diri sendiri dan juga bunuh diri, maka orangtua juga tidak seharusnya kurang bereaksi.

3. Apa saja faktor resiko yang berkontribusi pada bunuh diri anak remaja?

3. Apa saja faktor resiko berkontribusi bunuh diri anak remaja
Pexels/Liza Summer

Menurut studi, Dr. Forani menjelaskan bahwa ada berberapa faktor resiko yang bisa berkontribusi dalam bunuh diri pada naak remaja, yaitu:

  • Sejarah trauma
  • Sejarah gangguan kecemasa atau depresi
  • Kesulitan keluarga
  • Sejarah keluarga yang mengidap gangguan kecemasan atau depresi

Tetapi perlu diingat, bahwa alasan untuk melakukan bunuh diri sangat kompleks, dan juga ditekan dari berbagai faktor. Akan sangat membantu jika orangtua mengetahui alasan dibalik hal itu, agar dapat mendukung anak dalam cara yang peduli dan menyokong.

Faktor resiko terbesar adalah ketika anak sudah pernah melakukan percobaan bunuh diri, atau anak remaja yang memiliki gangguan mental seperti depresi, bipolar, maupun schizophrenia.

4. Apa saja tanda-tanda yang harus diwaspadai?

4. Apa saja tanda-tanda harus diwaspadai
Freepik/Jcomp
Ilustrasi

Naomi Angoff Chedd mengatakan bahwa inilah tanda-tanda yang harus diwaspadai:

  • Berbicara tentang perasaan putus asa, merasa terjebak, atau ingin mati
  • Berbicara tentang rasa sakit yang tak tertahankan, baik itu fisik maupun emosional
  • Berbicara tentang menjadi beban bagi orang lain
  • Memberikan atau menghancurkan barang-barang favorit
  • Meningkatkan penggunaan alkohol, obat-obatan, atau perilaku berisiko lainnya
  • Berperilaku dengan cara yang marah, agresif, atau sembrono—atau dengan cara apa pun yang tampaknya sangat tidak wajar
  • Perubahan dramatis dalam pola tidur dan makan, misalnya, jauh lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya
  • Menarik diri dari keluarga dan teman atau kegiatan yang sebelumnya menyenangkan
  • Mengalami mood swing yang ekstrim

5. Bagaimana orangtua dapat membantu mencegah bunuh diri?

5. Bagaimana orangtua dapat membantu mencegah bunuh diri
Freepik/tirachardz

Menciptakan lingkungan yang mendukung dan kohesif adalah kuncinya. Seperti halnya dengan membicarakan topik-topik yang mungkin terdengar tabu, dan melakukan pembicaraan secara terbuka, jujur, kesabaran, dan juga dengan kebaikan.

Itu memberi isyarat kepada anak remaja bahwa tidak apa-apa untuk membicarakan topik sulit dengan orangtua, dan untuk meminta bantuan, meskipun masalah yang dihadapi mungkin besar untuk usia mereka.

Itu dia rangkuman yang dapat diberikan oleh Popmama.com. Papa dan mama, harus sering-sering mendengarkan dan juga mendukung si anak, ya!

Baca juga

The Latest