Peristiwa ini dimulai karena orangtua Jennifer Pan ingin kedua anaknya memiliki masa depan yang cerah. Jennifer Pan dituntut untuk terus menjadi anak yang berprestasi dan sempurna.
Namun, semenjak dirinya menginjak kelas 8, nilainya mulai turun, dirinya kehilangan antusias belajar dan juga kehilangan rasa percaya dirinya.
Untuk menutupi kegagalannya, Jennifer Pan mulai melakukan kebohongan. Ia memalsukan nilai ujian, nilai raport, ijazah, bahkan dokumen kuliahnya.
Orangtua Jennifer Pan percaya pada anaknya bahwa anaknya memang sedang berkuliah di Ryerson University. Namun pada kenyataannya, setiap pagi Jennifer hanya pergi ke perpustakaan.
Kehidupannya mulai diawasi, komunikasi dibatasi, telepon diputus, kencan dengan pasangannya pun dilarang. Hingga puncaknya ia dan pacarnya Daniel Wong diputus paksa.
Sejak itu, tekanan pada dirinya mulai menumpuk. Dirinya mulai memikirkan rencana pembalasan untuk orangtuanya.
Awalnya, rencana itu hanya sebatas shock therapy, tetapi perlahan rencananya berubah menjadi pembunuhan. Ia menghubungi Lenford Homeboy Crawford, David Mylvaganam, dan Eric Carty untuk mengeksekusi orangtuanya.
Jennifer ingin bebas dari tekanan dan aturan yang mengekangnya selama bertahun-tahun. Hingga pembunuhan itu terjadi.
Malam 8 November 2010, rencana dijalankan. Ketiganya masuk ke rumah Jennifer. Papanya, Huei Hann Pan, ditembak dua kali, yang salah satunya di wajah.
Mamanya, Bich Ha-Pan, ditembak tiga kali hingga membuatnya tewas seketika. Beruntungnya, papanya berhasil selamat, tetapi trauma itu melekat.
Jennifer menjadi satu-satunya saksi hidup dari tragedi yang ia rancang sendiri. Sidang digelar 2014. Jennifer dinyatakan bersalah atas pembunuhan tingkat pertama dan percobaan pembunuhan.
Hukuman seumur hidup tanpa jaminan 25 tahun dijatuhkan. Crawford, Mylvaganam, dan Carty mendapat vonis serupa.
Di ruang sidang Jennifer tampak datar, tapi begitu media pergi, tangis dan gemetar muncul, emosi yang tersembunyi di balik citra anak sempurna.