Berbeda jauh dengan tanda-tanda bullying verbal, penindasan fisik meninggalkan bekas yang mudah terlihat. Penanganannya relatif lebih cepat, karena pelaku maupun korban dapat diidentifikasi segera.
Anak yang menjadi pelaku bullying fisik, biasanya bersifat emosional dan kurang berempati dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan anak yang menjadi korban, tentu nampak bekas-bekas penindasannya, atau mengalami trauma yang lebih parah.
Penindasan fisik tak hanya berupa pukulan atau aksi yang meninggalkan bekas. Bisa juga berupa penghadangan di tengah jalan, menggertak dengan membawa rombongan, atau melempari dengan benda-benda kecil.
Mama perlu waspada jika si Anak terlihat 'ringan tangan' di rumah. Ia tak segan-segan melakukan penindasan pada saudara atau bahkan mainannya.
Jika anak Mama menjadi korban penindasan fisik, ia cenderung menunjukkan ketakutan berlebih saat harus bertemu dengan pelakunya. Ia bisa tiba-tiba malas pergi ke sekolah, meminta pindah sekolah, atau menangis ketakutan saat teringat peristiwa bullying.