Ketika anak dijadwalkan secara maksimal sejak usia muda, potensi untuk kelelahan sebelum mencapai sekolah menengah cukup tinggi.
The New York Times melaporkan beberapa penelitian tentang kelelahan dan menemukan bahwa kelelahan pada anak terkait dengan beban kerjanya, yang berarti bahwa anak-anak yang terlalu banyak bekerja lebih cenderung mengalami kelelahan daripada yang lain.
Kelelahan
Ketika kelelahan, anak merasa kewalahan dengan apa yang diharapkan orang lain untuk dilakukannya setiap hari. Anak yang terlibat dalam terlalu banyak aktivitas tanpa waktu henti memiliki kemungkinan besar mengalami kelelahan.
Jika Mama merasa bahwa anak merasa terlalu banyak bekerja atau kewalahan dengan aktivitas sehari-hari, Mama perlu mengetahui aktivitas anak yang harus dihentikan. Jika anak memiliki terlalu banyak aktivitas di luar sekolah, misalnya, maka itu adalah salah satu yang perlu dikurangi.
Anak yang terlalu banyak bekerja akan menunjukkan berbagai gejala seperti kemurungan, mudah tersinggung, mudah marah, putus asa, marah, sakit perut, sakit kepala, pemberontakan, dan lain-lain.
Mengurangi aktivitas akan membantu menghilangkan stresnya dan mengurangi tanda-tanda kelelahan tersebut. Namun, jika anak mengalami gejala kelelahan yang parah, bantuan profesional dari dokter anak atau terapis harus segera dicari.
Waktu henti
Waktu henti adalah kunci untuk membantu meredakan kelelahan. Jika anak tidak memiliki waktu luang di siang hari untuk beristirahat, ia cenderung lebih mudah lelah dibandingkan anak yang lain. Waktu henti berarti waktu luang yang tidak terjadwal untuk anak melakukan apa saja yang ia sukai atau bersantai. Kurangi kegiatan ekstrakurikulernya, jika anak tidak memiliki waktu istirahat dalam jadwalnya.