Meningkatkan Semangat Belajar Anak Melalui Kisah Totto-Chan

Pembelajaran melalui merdeka belajar yang eksploratif sesuai dengan minat anak-anak

31 Juli 2022

Meningkatkan Semangat Belajar Anak Melalui Kisah Totto-Chan
Freepik/freepik

Beberapa anak malas sekali dengan belajar. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor. Mulai dari sistem pembelajaran yang membosankan dan tidak sesuai dengan si Anak, situasi atau lingkungan pembelajaran yang tidak nyaman, serta masih banyak hal lainnya.

Namun, rasa malas belajar yang ada dalam diri anak-anak harus segera dihempaskan jih, Ma. Sebab, belajar adalah hal penting untuk setiap manusia, termasuk anak-anak.

Salah satu langkah pemerintah untuk membangkitkan semangat anak-anak dalam belajar yakni dengan merancang kurikulum merdeka belajar. Program ini dianggap efektif dapat membantu anak semakin semangat dan rajin untuk menuntut ilmu.

Program ini pun menggambarkan isi buku Totto-Chan. Buku yang mengisahkan seorang anak perempuan di Jepang yang dilebeli oleh gurunya sebagai seorang yang "nakal" dan "malas" tanpa memerhatikan aspek lain dalam diri Totto-Chan.

Sampai suatu ketika, Totto-Chan pindah sekolah ke Tomoe Gakuen. Di sana, para siswa dapat memilih urutan mata pelajarannya sendiri sesuai keinginan. Hal itu membuat Totto-Chan senang dan semangat belajar. Apalagi, di sekolah barunya ia belajar di dalam gerbong kereta dengan pemandangan yang indah. Asyik sekali deh pokoknya! 

Lalu, bagaimana dengan penerapan merdeka belajar yang ada di Indonesia? Apakah sama seperti kisah dalam buku Totto-Chan dan bisa meningkatkan semangat anak-anak di Indonesia dalam belajar? Simak jawabannya dalam rangkuman Popmama.com berikut ini yuk, Ma!

1. Apa itu Merdeka Belajar?

1. Apa itu Merdeka Belajar
Freepik/freepik

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, Merdeka Belajar adalah suatu pendekatan yang dilakukan supaya siswa dan mahasiswa bisa memilih pelajaran yang diminati. Hal ini dialkukan supaya para siswa dan mahasiswa bisa mengoptimalkan bakatnya dan bisa memberikan sumbangan yang paling baik dalam berkarya bagi bangsa.

Program ini merupakan kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Kabinet Indonesia Maju, Nadiem Anwar Makarim.

Dalam hal ini, Anindito Aditomo, Kepala BSKAP (Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan), Kemendikbudristek menjelaskan jika Merdeka Belajar bukan melepas peserta didik begitu saja. 

"Merdeka belajar itu bukan melepas  siswa  100 persen. Merdeka belajar itu merancang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Persyaratannya kita mau dulu mendekat kepada anak-anak dan usaha untuk memetakan kekuatan dan kelemahan bahkan pengetahuan yang sudah dimiliki," tutur Anindito dalam acara Ruang Tangah Gramedia pada Jumat (29/07/2022).

Anindito pun mengingatkan jika hal di atas juga harus diterapkan pada siswa SMP dan SMA/K. 

"Ketika anak-anak sudah SMP SMA, bukan berarti (guru) melepaskan anak-anak dengan membagi pada kelompok-kelompok, lalu meminta siswanya presentasi," jelas Anindito.

Di sisi lain, adanya Merdeka Belajar ini membuat anak merasa bebas sebebas bebasnya. Ada di antara mereka merasa bebas dengan tidak mengerjakan tugas dan mematuhi peraturan sekolah. Hal ini tentu salah besar lho, Ma.

Untuk itu, diharapkan para guru mulai membantu anak-anak memaknai arti dari Merdeka Belajar itu sendiri. 

"Kita ajarkan pada anak-anak semua tindakan itu punya indikasi. Setiap orang harus tanggung jawab atas pilihan yang mereka buat. Dari kebebasan itu harus diikuti dengan pemahan tentang tanggung jawab dan indikasi," tutur Anindito.

Salah satu cara paling mudah untuk memahami tentang Merdeka Belajar yakni dengan mengajak siswa merumuskan peraturan2 yang disepakati bersama. sekaligus dengan indikasinya, kalo melanggar apa konsekuensi yang bisa mendidik mereka dan tidak mengulangi pelanggaran. 

Anindito pun menjelaskan, pada prinsipnya anak-anak sebagai subyek pembelajaran termasuk dimulai sejak perumusan tujuan pembelajaran, aturan kelas, metode pembelajaran, serta terkait tugas-tugasnya.  

Setelah kesepakatan tersebut terbentuk, maka sifatnya mengikat. Jadi, para siswa tidak dapat melanggarnya dan bebas sesuai dengan aturan serta batasan yang berlaku. 

Anindito pun mengingatkan jika tugas untuk siswa bukan hanya berupa essay, tetapi bisa juga menguji pemahaman mereka melalui drama, puisi, musik, cerita, dan lain sebagainya sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing. 

Program Merdeka Belajar ini juga bisa Mama terapkan di rumah bersama anak-anak lho. Misalnya dengan membuat jadwal harian, kapan anak harus bermain, belajar, istirahat, dan membantu Mama. Hal ini membuat anak menjadi disiplin.

Selain itu, untuk mengulas kembali pembelajaran anak serta membantunya memahami pembelajaran, Mama bisa melakukan praktik langsung. Misalnya pelajaran agama dengan berlatih dan membiasakan anak untuk salat seeta membaca doa sebelum melakukan segala sesuatu. Kemudian belajar bahasa Indonesia dengan mengajaknya berbicara formal sesuai dengan kbbi atau bisa membiasakan anak bercerita kisah hidupnya sehari-hari dengan tutur kata yang baik.

Selanjutnya, bisa juga untuk menerapkan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan saling gotong royong merapikan rumah dan masih banyak pembelajaran lainnya.

Jadi, selain di sekolah, Merdeka Belajar juga bisa diterapkan oleh Mama dan Papa bersama si Anak saat di rumah. Sebab, pilar pendidik untuk anak ada tiga yakni keluarga, guru, serta lingkungan masyarakat.

2. Manfaat dari Merdeka Belajar

2. Manfaat dari Merdeka Belajar
Pexels/katerina-holmes

Menurut Elisabet Indah Susanti selaku Head of Campus Guru Cikal, ada tiga manfaat dari pembelajaran Merdeka Belajar yakni:

1. Mampu menentukan tujuan belajarnya sendiri 

Ketika siswa dalam program Merdeka Belajar, maka mereka mendapat kebebasan untuk menentukan tujuan belajarnya sendiri. 

Mereka akan belajar mendalami suatu informasi dan mengaplikasikannya dengan cara yang beragam. Misalnya, dalam pelajaran bahasa Inggris siswa membuat puisi dalam bahasa Inggris atau melakukan story telling yang direkam dan diunggah melalui media sosial. 

Contoh lainnya, dalam pembelajaran sejarah, agar mudah untuk dipahami, anak-anak membuat kelompok untuk menceritakan sejarah Indonesia dalam bentuk drama. 

Dengan proses pembelajaran yang sesuai dengan minat dan keinginan siswa, maka informasi bisa diterima dengan baik oleh mereka sehingga bisa mencapai tujuan pembelajarannya masing-masing. 

Susan pun menegaskan jika tujuan belajar itu tidak hanya untuk pelajaran tertentu saja di sekolah tetapi juga pembelajaran di luar sekolah. 

"Tujuan belajar tu kan banyak ga cuma tujuan belajar ga cuma pelajaran tertentu aja, any kind of things, belajar tuh bisa terkait apa aja. Bahkan di luar sekolah pun kita belajar," jelas Susan. 

Seperti yang diketahui, anak-anak tentu memiliki tujuan belajar yang berbeda. Mulai dsri mendapat nilai bagus di sekolah hingga menjadi bermanfaat untuk masyarakat sekitar. 

Ketika ia paham dengan materi pembelajaran yang diajarkan, mereka bisa mendapatkan nilai bagus serta menerapkannya dalam lingkungan sekitar. 

Contohnya, saat belajar saling menghargai di sekolah, anak-anak paham apa arti menghargai dan langsung mempraktikkannya di tengah masyarakat. Ketika ketemu orang yang berbeda agama atau budaya mereka tidak akan mengejeknya. 

Dengan demikian, Merdeka Belajar berhasil membantu siswa untuk mencapai tujuan belajarnya. 

2. Membuat anak menjadi lebih mandiri

Melalui program Merdeka Belajar, anak-anak terlibat langsung dalam menentukan proses pembelajaran. Hal ini melatih anak untuk jadi lebih mandiri. 
 
"Merdeka Belajar membuat anak memiliki  pilihan cara, kalau kaya gini nggak berjalan berarti aku bisa melakukan dengan opsi a atau c. Mereka punya berbagai jalan dan cara untuk mencapai tujuan belajar itu sendiri," kata Susan.

3. Memiliki kemampuan refleksi  

Kan kalo kita ngomong belajar dari pengalaman yaudah that’s it. Tapi, sebuah pengalaman benar-benar bisa menjadi pembelajaran kalau direfleksikan," 

Jadi, ketika anak mengalami suatu kegagalan dalam mencapai tujuan belajarnya, mereka akan menjadikan l kegagalan sebagai bahan refleksi atau introspeksi diri. Tentunya mereka akan membenahi hal-hal yang menurutnya salah sehingga tidak mengalami kegagalan di lubang yang sama. 

3. Harapan untuk siswa yang telah melakukan program Merdeka Belajar

3. Harapan siswa telah melakukan program Merdeka Belajar
Dok. Ruang Tengah Gramedia

Baik Susan maupun Anindito, keduanya memiliki banyak harapan baik untuk para siswa yang telah melakukan program Merdeka Belajar. 

"Saya harap anak-anak lepas dari menderita belajar. Anak-anak nggak bosan sama belajar lagi. Semakin banyak anak-anak yang lepas dari penderitaan belajar, semakin lebih merdeka belajar," tutur Susan. 

Sementara Anindito berharap, "Dari perspektif Kemendikbud, formulasi dari profil pancasila. Kita ingin terlepas dari darimana mereka tinggal, latar belakang sosial ekonomi keluarganya, budaya, agamanya, bisa punya kesempatan untuk menumbuhkan karakter dan kompetensi yang mereka perlukan dalam menjalin masa depan yang cepat berubah dan penuh tantangan." 

Ia pun berharap anak-anak dapat menjadi pribadi yang bernalar kritis,  berakhlak mulia, terampil, dan bergotong royong. 

Semoga segala harapan tersebut dapat tercapai. Sehingga banyak anak-anak bangsa yang semakin semangat dalam menuntut ilmu sepeti Totto-Chan ketika pindah ke sekolah baru dan memiliki sistem pembelajaran yang merdeka. 

Baca juga:

The Latest