7 Perilaku Anak yang Jangan Diabaikan, Penting Disimak!
Orangtua harus cepat bertindak saat anak menunjukkan perilaku ini
10 Oktober 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Anak adalah seorang peniru yang ulung. Apa yang dilihat, didengar, dan diingat olehnya bisa menjadi pemantik untuknya dalam berperilaku. Itulah mengapa, sebagai sosok yang paling dekat dengan anak, orangtua diharapkan mampu menjadi role model positif yang menjadi panutan untuk si Kecil.
Namun, ada kalanya paparan informasi yang didapat anak dari lingkungan sekitar lepas dari pengamatan orangtua. Sampai akhirnya si Kecil menunjukkan gelagat perilaku yang kurang baik.
Awas, jangan abaikan perilaku anak yang seperti ini. Karena, jika dibiarkan akan menjadi tabiat dan membawa keburukan dalam hidup anak. Yuk, kita bahas bersama Popmama.com!
1. Berani berkata bohong
Anak berani berbohong tentu bukan tanpa sebab ya, Ma. Salah satu alasan yang membuat anak berani berbohong adalah karena takut dimarahi. Jika si Kecil ketahuan berbohong, jelaskan dan ingatkan kembali alasan mengapa kejujuran adalah hal yang penting.
Mama dan Papa pun diharapkan tidak lantas tersulut emosi saat mengetahui anak berbohong. Terus latih anak untuk berkata jujur, sehingga tidak ada alasan untuk si Kecil berbohong.
Berikan contoh yang baik kepada anak, dengan selalu berkata jujur di depannya tanpa menyembunyikan apapun.
2. Mengejek orang lain
Menumbuhkan rasa empati sejak dini juga bermanfaat untuk membuat anak menghargai sekitar. Orangtua juga harus mengajarkan bahwa setiap manusia terlahir berbeda, unik, dan spesial.
Sehingga, kelak saat anak menemui sebuah perbedaan, ia akan menghargai perbedaan tersebut dan bukan justru memberikan ejekan. Mama dan Papa juga bisa melatih empati anak dengan menanyakan bagaimana perasaan si Kecil jika ia yang menerima ejekan.
Dengan menyadari perasaan yang tidak nyaman ini, anak juga akan lebih berhati-hati dalam bertindak dan berbicara.
Editors' Pick
3. Mengeluarkan kata-kata kasar dan nada tinggi
Semua orangtua hendaknya mengajarkan berbicara dengan sopan, terutama kepada mereka yang memiliki usia lebih tua.
Jika mendengar anak berkata kasar dan menggunakan nada tinggi, segera ajak mereka berbicara dan memberikan teguran kepada anak bahwa ini adalah hal yang kurang baik.
Saat si Kecil memberikan alasan dibalik tindakannya berkata kasar dan bernada tinggi, jadilah pendengar yang baik untuknya. Ingatkan lagi, bahwa hal tersebut tidak sepantasnya dilakukan.
4. Menyela pembicaraan orang lain
Anak mungkin belum tau, bahwa menjadi pendengar yang baik itu hal yang sulit. Namun, jika si Kecil punya kebiasaan untuk menyela pembicaraan orang lain, Mama dan Papa harus segera mengingatkan anak bahwa hal ini kurang baik untuk dilakukan.
Mulailah dengan menjadi contoh baginya. Saat anak bicara, jangan memotong terlebih dahulu sampai anak selesai bicara. Lakukan secara berulang, sampai hal ini melekat di memorinya.
5. Mengambil barang orang lain tanpa izin
Jika anak terlihat pernah, atau bahkan sering mengambil, memegang, atau memainkan sesuatu yang bukan miliknya tanpa izin, jangan biarkan ini menjadi kebiasaan ya, Ma.
Ajarkan anak untuk selalu meminta izin saat ingin menggunakan barang yang bukan miliknya. Jika si pemilik tidak mengizinkan, maka ajarkan pula si Kecil untuk menghargai keputusan pemilik dan tidak memaksa agar mendapatkan izin.
6. Melampiaskan emosi tanpa kontrol
Membuat anak mengenali emosi yang dirasakan memang sebuah tantangan tersendiri, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Agar anak tidak salah mengartikan emosi yang dirasakan, latih anak sejak dini mengenali emosi dalam dirinya.
Ajarkan pula anak melampiaskan emosi dengan cara yang baik. Sebagai contoh, saat anak merasakan marah, ia boleh menangis namun tidak boleh melempar barang yang ada di sekitarnya hingga menyebabkan mainannya rusak.
Komunikasikan semua dengan anak, dan berikan contoh pelampiasan emosi yang tepat ya, Ma.
7. Memukul orang lain tanpa sebab
Mama dan papa boleh was-was ketika anak berani memulainya lebih dulu tanpa adanya stimulus. Seringkali, tanpa sadar orangtua akan menormalisasi hal tersebut dengan berkata "ah, namanya juga anak-anak". Padahal, ini adalah hal yang salah.
Bakat bully bisa terbentuk dari anak masih kecil. Apalagi, sekarang kita sudah sering melihat kasus bullying yang dilakukan oleh anak. Orangtua punya peran besar untuk mengontrol hal tersebut. Arahkan anak untuk selalu berperilaku toleransi, memiliki kasih, dan peduli pada sesama.
Jika ada beberapa hal dari tujuh poin di atas yang mulai ditunjukkan si Kecil, belum terlambat untuk mengubahnya. Mungkin, ini saatnya orangtua untuk introspeksi diri kembali, apakah selama ini sudah menjadi contoh dan memberikan pembelajaran yang tepat untuk anak.
Tidak bosan kami mengingatkan bahwa anak adalah peniru yang ulung. Meski tidak ada orangtua yang sempurna, orangtua akan selalu berusaha sekuat tenaga menjadi sosok terbaik di mata anak-anaknya.
Baca juga:
- 5 Cara Mengajarkan si Kakak Bersikap Baik pada Adiknya yang Lebih Muda
- 7 Kesalahan Orangtua ketika Mencoba Bersikap Tegas pada Anak
- 7 Contoh Sikap Kepahlawanan yang Bisa Anak Terapkan di Sekolah