Dampak KDRT pada Anak, Mama Patut Cermati

Anak-anak yang mengalami KDRT memiliki dampak jangka panjang yang berbahaya

10 Agustus 2023

Dampak KDRT Anak, Mama Patut Cermati
Freepik

Apakah Mama tau jika mengambil uang anak, mencegah anak membeli kebutuhan penting, dan mempekerjakan anak termasuk bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)?

KDRT adalah perbuatan terhadap seseorang yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan, dengan bentuk apapun, yang melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

Ternyata kekerasan dalam rumah tangga memiliki bentuk yang beragam, tidak hanya menyakiti fisik dan mental, namun juga kekerasan verbal, kekerasan ekonomi, kekerasan seksual, dan kekerasan negosiasi.

Menurut data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang dilansir dari Data Indonesia, terdapat 25.050 kasus KDRT sepanjang tahun 2022. Jumlah tersebut meningkat 15,2% dari tahun sebelumnya sebanyak 21.753 kasus.

Pemerintah telah membuat dasar hukum untuk menjamin perlindungan pada anak-anak, hal itu tertuang dalam UU nomor 23 tahun 2022 tentang perlindungan anak, "setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi".

KDRT terkait tindakan-tindakan yang merugikan, merendahkan, atau melukai pihak lain dan dapat berdampak serius pada kesehatan fisik, mental, dan emosional korban.

Tentu hal itu memberikan dampak negatif pada keamanan, kestabilan, dan kesejahteraan anak dalam berkehidupan.

Berikut ini Popmama.com akan mengulas mengenai dampak yang terjadi pada anak yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

1. Dampak emosional

1. Dampak emosional
Freepik

Anak-anak yang terpapar KDRT akan mengalami stres, kecemasan, depresi, dan rasa tak aman. Pengalaman KDRT dapat menyebabkan perasaan sedih yang mendalam dan perasaan putus asa pada anak.

Mereka merasa terjebak dalam situasi yang tidak mereka inginkan dan tidak memiliki kendali atas hidup mereka.

Anak-anak merasa takut secara terus-menerus karena ancaman atau tindakan kekerasan yang mereka alami. Hal itu membuat anak merasa kesulitan mengatur emosi dan membangun hubungan sosial yang sehat.

2. Dampak psikologis

2. Dampak psikologis
Freepik/user17067123

Pengalaman KDRT dapat menyebabkan trauma pada anak, baik secara fisik maupun mental. Mereka dapat mengalami gangguan tidur, depresi, kecemasan, dan masalah psikologis lainnya.

KDRT menyebabkan trauma psikologis yang mendalam pada anak. Mereka mengalami ketakutan berlebihan, mimpi buruk, dan flashback tentang kekerasan yang mereka alami.

3. Dampak perilaku

3. Dampak perilaku
Freepik/k-samurkas

Anak yang terkena KDRT cenderung meniru pola perilaku agresif dan kekerasan sebagai cara mengatasi masalah. Pengalaman traumatis dari KDRT membuat anak mengalami kesulitan dalam mengenali dan mengatur emosi mereka.

Mereka mungkin menunjukkan reaksi emosional yang berlebihan atau tidak sesuai dengan situasi. Hal ini akan menciptakan siklus kekerasan yang berlanjut ke generasi keluarga berikutnya.

4. Dampak pendidikan

4. Dampak pendidikan
Freepik

Anak-anak yang tinggal di lingkungan yang tidak aman akibat KDRT dapat mengalami gangguan dalam prestasi akademik mereka. Mereka mungkin kesulitan berkonsentrasi di sekolah atau absen secara teratur.

Pengalaman traumatis dari KDRT dapat menyebabkan penurunan prestasi akademik pada anak. Mereka merasa kesulitan berkonsentrasi di sekolah dan menyelesaikan tugas-tugas akademik dengan baik.

Editors' Pick

5. Dampak fisik

5. Dampak fisik
Freepik/master1305

Anak-anak yang mengalami KDRT sering mengalami luka dan cedera fisik, seperti memar, lebam, luka sayatan, atau patah tulang. Luka ini bisa timbul akibat pemukulan, pukulan, atau bentuk kekerasan fisik lainnya.

Tindakan tersebut menyebabkan cedera serius, bahkan dapat mengancam jiwa anak-anak yang menjadi korban KDRT.

Selain itu, luka-luka dan rasa sakit fisik yang diakibatkan oleh kekerasan dapat mengganggu kualitas hidup dan menyebabkan konsekuensi jangka panjang. 

6. Dampak sosial

6. Dampak sosial
Freepik/pressmaster

Anak-anak yang mengalami KDRT cenderung merasa terisolasi dan kesulitan membentuk ikatan dengan teman sebaya, seperti merasa malu, bersalah, takut untuk menceritakan penderitaan yang mereka alami kepada orang lain. Anak-anak mengalami kesulitan dalam mempercayai dan membuka diri terhadap orang lain. 

7. Rasa tidak aman dan kepercayaan diri rendah

7. Rasa tidak aman kepercayaan diri rendah
Freepik/peoplecreations

Anak yang mengalami KDRT dapat mengalami perasaan tidak aman, memiliki harga diri yang rendah (self efficacy), dan malu.

Faktor yang membuat kepercayaan pada diri anak rendah adalah hinaan, kritikan, dan berbagai sikap merendahkan yang dapat membuat anak meragukan diri sendiri.

KDRT biasanya terjadi dalam hubungan yang tidak sehat dalam keluarga. Hal itu dapat merusak kepercayaan diri anak, anak tidak aman, dan ragu untuk membangun hubungan yang sehat di masa depan.

8. Perkembangan moral terhambat

8. Perkembangan moral terhambat
Freepik

Anak yang mendapatkan kekerasan akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan nilai moral yang sehat karena mereka sering melihat atau mengalami tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai etika dan moral yang baik. 

Selain itu, anak yang mengalami KDRT mungkin mengalami kesulitan dalam merasakan empati terhadap orang lain karena mereka tidak pernah menerima empati atau dukungan dari lingkungan mereka.

9. Sulit menjalankan kehidupan sehari-hari

9. Sulit menjalankan kehidupan sehari-hari
Freepik

KDRT yang dialami anak tentu mengubah kehidupan anak menjadi tidak normal, anak mengalami gangguan jiwa, kepribadian, mental yang dapat mengganggu kondisi fisik dan menghambat kehidupan sehari-hari. 

Luka fisik yang ada di tubuh anak karena tindakan KDRT membuat anak mendapatkan label negatif dari orang lain, sehingga anak akan kesulitan untuk mendapatkan hidup yang aman dan tentram.

10. Perkembangan otak anak terganggu

10. Perkembangan otak anak terganggu
Freepik
Ilustrasi

Pengalaman KDRT yang berulang atau berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan stres kronis pada anak. 

Stres kronis ini dapat berdampak negatif pada perkembangan otak mereka karena otak anak yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan sangat rentan terhadap dampak stres.

Diantaranya perkembangan otak anak yang terganggu adalah kesulitan memahami informasi, gangguan memori, gangguan konsentrasi yang akan berdampak pada fungsi kognitif mereka.

Perlindungan dan bantuan bagi anak-anak yang mengalami kekerasan ini menjadi tanggung jawab bersama, melibatkan peran orang tua, keluarga, masyarakat, dan pihak otoritas untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua anak.

Baca juga:

The Latest