Sebelum menilai anak memiliki sifat serakah, ada baiknya orangtua melakukan refleksi diri. Tanyakan pada diri sendiri: “Apakah aku sudah memberi anak ruang untuk mengenal batasan yang sehat?” atau “Apakah aku sudah melatih anak untuk melihat dari sudut pandang orang lain?”
Pertanyaan seperti itu membantu orangtua menyadari sejauh mana pola asuh yang diberikan selama ini. Selain itu, orangtua juga perlu bertanya, “Apakah aku sendiri memberi contoh hidup dengan rasa ‘cukup’?”
Anak tidak hanya belajar dari aturan, tetapi juga dari perilaku sehari-hari yang mereka lihat. Jika orangtua terbiasa mengelola keinginan dengan bijak dan menunjukkan rasa syukur, anak akan lebih mudah mengikuti pola yang sama.
Mendidik anak agar tidak serakah bukan sekadar tentang melarang atau membatasi, tetapi tentang mengajarkan makna cukup melalui empati, teladan, dan pengalaman nyata. Dengan begitu, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih sadar, peduli, dan tahu bagaimana menghargai sekaligus bersyukur dengan apa yang dimiliki.
Nah, itu dia penjelasan mengenai kenapa orang bisa serakah yang berkaitan dengan parenting di masa kecil. Dengan memahami bahwa sifat serakah bisa berakar dari pola asuh sejak kecil, orangtua punya peran besar dalam membentuk anak menjadi pribadi yang tahu arti cukup.
Lewat empati, teladan, dan pembiasaan sederhana di rumah, anak bisa tumbuh lebih peduli dan tidak mudah terjebak dalam rasa ingin memiliki segalanya. Semoga informasinya dapat menjadi ilmu baru ya, Ma!