Cara Meningkatkan Dimensi Budaya dan Akses Literasi Sejak Dini

Mengikuti perkembangan zaman, Mama bisa memberikan e-book untuk tingkatkan literasi baca anak

9 September 2021

Cara Meningkatkan Dimensi Budaya Akses Literasi Sejak Dini
Pexels/Antonio

Tahukah Mama bahwa setiap tanggal 8 Agustus, masyarakat seluruh dunia merayakan Hari Literasi Internasional? Menyambut perayaan penting tersebut, Indonesia terus berupaya meningkatkan budaya dan literasi membaca pada anak sejak usia dini.

Dalam Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) Kemendikbud 2019, rata-rata indeks Alibaca nasional masih tergolong rendah yaitu 37,32%. Di mana data tersebut tergolong menjadi dua dimensi terendah, yaitu Dimensi Akses dan Budaya.

Di dalamnya ditemukan juga Dimensi Alternatif yang menunjukkan rata-rata pengakses internet di rumah (termasuk browsing, chatting, dan akses media sosial) pada penduduk Indonesia usia 5 tahun ke atas berada di 95,25%.

Adanya data tersebut tentu memberi peluang besar dalam meningkatkan literasi di generasi muda melalui penyediaan buku yang menarik dan edukatif secara online.

Untuk membantu meningkatkan dimensi budaya dan akses literasi pada generasi muda, berikut Popmama.com telah merangkum dari berbagai sumber. 

Bisa ditanamkan pada anak sejak usia dini, Ma!

1. Menyediakan ragam jenis bacaan buku di rumah

1. Menyediakan ragam jenis bacaan buku rumah
Unsplash/Andrew Ebrahim

Literasi membaca bukanlah sesuatu yang sudah terbentuk dari bawaan lahir, melainkan harus adanya pelatihan yang diberikan orangtua kepada anaknya sejak usia dini.

Ketika anak dilatih untuk menumbuhkan minat baca sejak usia dini, bukan tidak mungkin mereka akan menjadi generasi muda yang dapat meningkatkan dimensi budaya dan akses literasi membaca.

Adapun cara yang bisa dilakukan salah satunya dengan menyediakan ragam jenis bacaan buku di rumah.  Hal ini bertujuan sebagai pengenalan buku pada anak sejak dini, sehingga mereka pun akan menjadi pribadi yang mulai menyukai buku.

2. Mengikuti tren teknologi dengan memanfaatkan buku digital

2. Mengikuti tren teknologi memanfaatkan buku digital
Unsplash/Emily Wade

Internet dan gadget adalah dua hal yang menjadi gaya hidup baru bagi banyak orang, tak terkecuali pada anak-anak. Penggunaan teknologi seperti ini tentu menjadi peluang besar dalam menciptakan generasi yang gemar membaca.

Bertepatan dengan Hari Literasi Internasional, Sampoerna Academi merilis buku elektronik untuk anak yang berjudul "Elidi and The Ancestor's Garden".

Karya kolaborasi siswa dan guru Sampoerna Academy ini hadir untuk menjawab tantangan meningkatkan literasi dan minat baca di kalangan generasi muda Indonesia.

Dalam konferensi pers virtual pada Rabu (8/9/21), ungkap Adelina Holmes selaku Head of English Department Sampoerna Academy Schools serta guru penanggungjawab pembuatan buku mengatakan:

"Kami meyakini bahwa literasi menjadi salah satu fundamental penting dalam menjalankan misi tersebut. Karya kolaborasi antara siswa dan guru ini menjadi inisiatif Sampoerna Academy menjawab pentingnya menanamkan budaya literasi sejak dini, tidak hanya minat membaca, tetapi juga menulis yang menjadi bagian dari literasi. Buku ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan akan pilihan bacaan menarik dan berkualitas serta mendorong perkembangan kognitif dan bahasa pada anak-anak di rentang usia 6-12 tahun.”

Adapun e-book dengan judul "Elidi and The Ancestor's Garden” ini tersedia dalam tiga bahasa yakni Indonesia, Inggris, dan Mandarin serta dapat diunduh secara gratis melalui laman resmi www.sampoernaacademy.sch.id/en/literacy-festival-2021/.

3. Memberikan apresiasi kepada anak

3. Memberikan apresiasi kepada anak
Pexels/Anna Pou

Selain menyediakan ragam jenis buku sebagai bentuk pengenalan untuk menyukai dunia literasi, Mama dan Papa juga diharapkan dapat memberikan apresiasi kepada anak-anak setelah menyelesaikan buku bacaannya.

Ketika anak mendapatkan apresiasi atas apa yang ia lakukan, ini akan membuat mereka merasa bahagia dan dihargai. Saat anak merasa demikian, bukan tidak mungkin anak akan terus melakukan kegiatan serupa secara berkelanjutan.

Dengan kemampuan literasi yang baik, ini akan secara langsung memengaruhi performa akademis dan non-akademis anak. Melalui peningkatan dimensi budaya dan literasi, anak mampu memahami, menggunakan, menganalisis, mengkomunikasikan ilmu yang dipelajari, sekaligus mengaplikasikannya dalam keseharian.

Jadi, tetap semangat memberikan dukungan pada anak ya, Ma. Yuk, tanamkan nilai-nilai budaya membaca demi menciptakan generasi muda yang memiliki kemampuan literasi yang baik.

Baca juga:

The Latest