Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Anak perempuan sedang berpikir sambil menyilangkan tangan
Freepik/8photo

Intinya sih...

  • Avoidant attachment membuat seseorang tidak nyaman dengan kedekatan emosional atau fisik, terbentuk sejak masa kanak-kanak.

  • Pola asuh orangtua mempengaruhi perkembangan gaya attachment-nya

  • Individu dengan avoidant attachment sulit menjalin hubungan akrab, memiliki keterlibatan emosi rendah dalam hubungan sosial.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Perilaku anak di lingkungan sosial dapat diamati sebagai cerminan dari pola kelekatan (attachment) yang diterima dalam lingkungan keluarga.

Penelitian membagi pola kelekatan antara anak dan orangtua ke dalam tiga kategori, yaitu kelekatan aman (secure attachment), cemas (anxious attachment), dan menghindar (avoidant attachment).

Kelekatan dari masing-masing ketiganya menumbuhkan karakter anak yang berbeda-beda. Ternyata, dampak dari kelekatan pola asuh sangat berpengaruh pada penerimaan lingkungan secara psikologias dan sosialnya.

Pada artikel ini, Popmama.com akan mengulas penyebab anak tumbuh avoidant, pola asuh yang membentuk jarak emosional.

Apa itu Avoidant Attachment Style

Freepik/8photo

Kelekatan ini sedang menjadi perbincangan hangat di medsos dan seolah-olah menjadi stigma sosial tanpa disadari. 

Pola kelekatan menghindar membuat seseorang memiliki pandangan kurang positif terhadap diri sendiri maupun orang lain. Orang dengan pola ini biasanya tidak nyaman ketika hubungan menjadi terlalu dekat, baik secara emosional maupun fisik. Mereka cenderung menjaga jarak dalam relasi, termasuk dengan pasangan, teman, atau keluarga.

Hal ini muncul karena ada rasa takut akan kekecewaan atau terluka jika terlalu terlibat secara emosional. Akibatnya, mereka lebih memilih menghindari kedekatan yang mendalam.

Pola ini biasanya terbentuk sejak masa kanak-kanak, sehingga individu tumbuh dengan kebiasaan tidak ingin bergantung pada orang lain dan menganggap hubungan dekat kurang penting.

Mengapa Terbentuk Avoidant Attachment Style

Freepik

Keluarga merupakan agen sosialisasi terpenting dalam kehidupan seseorang karena itu merupakan lingkungan pertama dimana identitas berkembang dan di mana individu berhubungan dengan orang lain, dan disitu juga merupakan hubungan pertama antara individu dengan masyarakat dimana ia tinggal

  1. Pola Asuh pada Masa Kecil
    Cara orang tua merespons kebutuhan anak sangat mempengaruhi perkembangan gaya keterikatan. Anak yang sering diabaikan atau tidak mendapat perhatian emosional yang konsisten dapat belajar bahwa mengandalkan orang lain tidak efektif.

    Akibatnya, mereka memilih untuk mandiri secara emosional.

    Contoh: Ketika anak menangis tetapi tidak ditanggapi, ia belajar untuk menghentikan ekspresi emosinya dan mengatasinya sendiri. Kebiasaan ini bisa terbawa sampai dewasa.

  2. Pengalaman Penolakan
    Penolakan ketika anak mencoba mengungkapkan perasaan dapat membuat anak menganggap kedekatan emosional sebagai sesuatu yang tidak aman.

    Penolakan bisa berupa kritik, sikap cuek, atau tidak memvalidasi perasaan anak.

    Contoh: Ketika anak mengungkapkan rasa takut tetapi dianggap berlebihan, ia belajar menahan emosi untuk menghindari penolakan.

  3. Tekanan untuk Mandiri
    Anak yang dipaksa untuk mandiri sebelum waktunya dapat tumbuh dengan keyakinan bahwa meminta bantuan adalah tanda kelemahan.

    Lingkungan yang keras atau tuntutan untuk mengatur diri sendiri membuat anak jarang mengandalkan orang lain.

    Contoh: Anak yang harus memenuhi kebutuhan sehari-harinya sendiri belajar bahwa ia hanya bisa bergantung pada dirinya sendiri.

  4. Trauma atau Pelecehan
    Pengalaman seperti kekerasan fisik atau emosional dapat membentuk ketidakpercayaan terhadap orang lain.

    Anak merasa hubungan dekat berisiko menimbulkan rasa sakit, sehingga memilih menjaga jarak.

    Contoh: Anak yang sering dipermalukan ketika mengekspresikan emosi akan belajar untuk menekan perasaannya.

  5. Tidak Ada Contoh Hubungan yang Sehat
    Jika anak tumbuh di lingkungan keluarga yang penuh konflik atau minim kehangatan, ia tidak memiliki model tentang hubungan yang aman.

    Dampaknya, anak memilih menjauh dari kedekatan emosional karena tidak tahu bagaimana hubungan yang sehat bekerja.

Ciri-ciri Avoidant Attachment Style

Freepik

Seseorang yang terbiasa mengandalkan diri sendiri dan tidak mencari kedekatan dengan pengasuhnya menunjukkan tanda avoidant attachment. Individu dengan pola keterikatan ini umumnya memiliki tingkat kepercayaan terhadap diri sendiri dan orang lain yang cenderung rendah

  1. Sulit menjalin hubungan yang akrab, individu merasa kesulitan membangun pertemanan yang dekat dengan orang lain.

  2. Keterlibatan emosi rendah dalam hubungan sosial, individu hanya melibatkan sedikit perasaan terhadap orang lain

  3. Individu hanya terlibat sedikit secara emosional saat berinteraksi, sehingga hubungan terasa datar atau berjarak.

  4. Tidak mudah berbagi pemikiran dan perasaan pada orang lain yaitu individu menunjukkan ketidakmampuan untuk membuka diri terhadap dunia luar

Dampak Avoidant Attachment Style

Freepik

Individu dengan avoidant attachment cenderung tidak nyaman berada terlalu dekat dengan orang lain. Mereka lebih suka menyendiri dan mengalami kesulitan mempercayai orang lain. Sikap tersebut membuat mereka terlihat tertutup dan mudah curiga.

Menyampaikan emosi terasa sulit, sehingga pilihan paling aman bagi mereka adalah menarik diri dari interaksi.

Dampak lainnya adalah kesalahpahaman dari lingkungan. Orang lain mungkin merasa diabaikan, ditolak, atau tersingkirkan, meskipun sebenarnya itu bukan niat dari individu dengan avoidant attachment.

Jadi, penyebab anak tumbuh avoidant, pola asuh yang membentuk jarak emosional.

Editorial Team