5 Pola Asuh agar Anak Percaya Diri namun Tetap Rendah Hati

Sadarkah Mama bahwa rasa percaya diri yang berlebihan pada anak dapat berkembang menjadi sifat arogan?
Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Kepercayaan diri adalah salah satu sifat penting dalam perkembangan kecerdasan emosional anak. Namun, menumbuhkan rasa percaya diri pada anak mama bukan berarti membiarkannya menjadi pribadi yang arogan.
Penting untuk diketahui bahwa kepercayaan diri berkaitan dengan cara anak melihat dirinya sendiri, dan kerendahan hati adalah cara si Anak memperlakukan orang di sekitarnya.
Keduanya adalah sifat yang saling melengkapi dan penting untuk diajarkan pada anak mama. Karena, kecerdasan emosional si Anak sangat dipengaruhi oleh kesadaran akan kedua sifat tersebut.
Dengan mengajarkan keseimbangan antara kekuatan dan kebaikan, anak mama akan tumbuh menjadi pribadi yang dapat berdiri tegap tanpa perlu berdiri di atas orang lain.
Berikut telah Popmama.com rangkum informasi seputar 5 pola asuh agar anak percaya diri namun tetap rendah hati. Disimak, ya, Ma! Agar Mama bisa menjaga dan mengembangkan sifat rendah hati dan percaya diri si Anak dengan seimbang
1. Puji usaha anak, bukan identitasnya

Apakah Mama sadar bahwa terdapat perbedaan antara pujian “kamu telah berusaha keras,” dengan “kamu anak yang paling pintar,” saat si Anak berhasil meraih sesuatu?
Pujian “kamu telah berusaha keras,” adalah pujian yang lebih tepat untuk diucapkan demi menjaga keseimbangan antara kepercayaan diri dan kerendahan hati dalam diri anak mama.
Karena, pujian tersebut menekankan apresiasi terhadap usaha keras si Anak.
Usaha tersebutlah yang telah mengantarnya untuk menjemput keberhasilan, anak mama berhasil karena dia telah berusaha bukan semata-mata karena dia adalah seseorang yang unggul.
Dengan melontarkan pujian yang berfokus pada apresiasi terhadap usahanya, Mama akan menumbuhkan kesadaran bahwa segala sesuatu membutuhkan usaha untuk diraih.
Dengan demikian, yang tumbuh dalam diri anak adalah rasa percaya diri yang didasari kemauan untuk terus berusaha, bukan ego yang dapat membuat si Anak besar kepala.
2. Biarkan anak mengalami kesulitan

Ketika si Anak mengalami kesulitan, jangan terburu-buru untuk mengatasi kesulitan tersebut, ya, Ma.
Jika si Anak menyampaikan kesulitannya pada Mama, cobalah bantu dia untuk menemukan solusi dengan usahanya sendiri.
Berikan kepadanya beberapa tips yang mengarah pada solusi, bukan memberitahu solusinya mentah-mentah.
Pemahaman ini bisa mulai Mama terapkan pada hal-hal yang remeh sekalipun.
Misalnya, ketika si Anak tidak mampu membuka bungkus cemilannya sendiri, berikanlah gunting kepadanya, daripada membukakan bungkus tersebut untuknya.
Ketika anak mama berhasil menyelesaikan sebuah masalah tanpa bantuan besar dari orang lain, saat itulah kepercayaan dirinya meningkat.
Sebaliknya, jika Mama selalu menyelesaikan masalah si Anak, anak mama akan tumbuh dengan rasa ketergantungan berlebihan pada orang tuanya.
Hal tersebut akan menurunkan kepercayaan diri anak serta berpotensi untuk menumbuhkan pemahaman bahwa orang lain memiliki kewajiban untuk menolong dirinya.
3. Tanamkan pemahaman bahwa proses lebih berharga daripada hasil

Anak akan meniru tindakan orang tuanya lebih dari siapapun di hidupnya.
Oleh karena itu, Mama bisa memanfaatkan hal ini untuk mengajarkan bahwa proses belajar lebih penting daripada hasil instan yang langsung sempurna.
Mama dapat mulai dengan memberitahu si Anak tentang kesalahan yang telah Mama lakukan selama berproses untuk meraih sesuatu.
Tidak hanya itu, anak mama juga perlu tahu bahwa Mama telah belajar dari kesalahan masa lalu.
Dengan cerita sederhana dari pengalaman Mama, anak dapat belajar bahwa proses untuk terus belajar dan berkembang lebih penting daripada hasil akhirnya.
4. Tunjukkan cara bicara yang baik tentang orang lain

Anak mama belajar tentang nilai dan sikap dari lingkungan terdekat mereka, yaitu dari orang tua.
Cara Mama berbicara tentang orang lain akan membentuk cara anak menilai dan memperlakukan orang lain.
Jika anak terbiasa mendengar Mama berbicara dengan sopan dan menghargai orang lain, mereka akan belajar bahwa itulah cara yang layak dalam berinteraksi.
Mama harus menyadari bahwa kebiasaan menggunakan kata-kata yang baik di rumah adalah hal yang penting bagi perkembangan empati anak.
Ucapan yang penuh hormat dan pengertian dapat mempersiapkan si Anak untuk menjadi pribadi yang peka dan peduli terhadap orang lain di kehidupan sosialnya kelak.
5. Ajari anak untuk mendengarkan, bukan hanya berbicara

Kepercayaan diri membuat anak berani berbicara, tetapi kerendahan hati membuat anak mama mau mendengarkan.
Mendengarkan bukan hanya soal diam dan menunggu giliran bicara. Anak mama harus menumbuhkan keterampilan untuk menunjukkan rasa hormat dan kepedulian terhadap lawan bicara.
Anak yang terbiasa mendengar dengan penuh perhatian akan lebih mudah memahami perasaan dan sudut pandang orang lain.
Menyeimbangkan kemampuan berbicara dan mendengarkan sangat penting untuk membangun kecerdasan emosional.
Jika anak mama hanya pandai menyuarakan pendapat, tapi tidak mau mendengarkan, ia akan kesulitan dalam menjalin hubungan sosial yang sehat.
Namun ketika kepercayaan diri dan rasa rendah hati tumbuh dengan porsi yang seimbang dalam diri si Anak, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri sekaligus penuh empati.
Itu dia informasi mengenai 5 pola asuh agar anak percaya diri namun tetap rendah hati. Semoga dapat membantu Mama untuk mempersiapkan si Anak menjadi pribadi yang tidak arogan, ya!