10 Hal yang Dapat Membuat Anak Trauma

Pastikan Mama jangan sampai melakukannya, ya!

14 Desember 2023

10 Hal Dapat Membuat Anak Trauma
Freepik

Setiap orangtua punya caranya masing-masing dalam mendidik anak. Namun, ada beberapa tindakan yang tanpa disadari bisa menimbulkan trauma. Anak kemudian bisa mengingat kenangan-kenangan negatif tersebut dan menjadi trauma hingga dewasa bahkan memengaruhi perilakunya di masa mendatang.

Bukan cuma orang dewasa, trauma juga bisa dialami oleh anak-anak. Menurut National Child Traumatic Stress Network, menunjukkan kalau sebagian besar orang dewasa yang mengidap Post-Traumatic Stress Disorder memiliki pengalaman traumatis saat kecil.

Pasalnya, selama masa kanak-kanak, otak sedang membangun pondasinya untuk menopang neuron-neuron baru. Ketika masa-masa keemasan ini diisi oleh banyak memori negatif, rasa takut dan perasaan diabaikan, hal tersebut akan terus membekas di otaknya hingga membuatnya menjadi trauma.

Dampak yang lebih parah bisa menuntun si Anak menuju mental illness, mulai dari stres sampai dengan kecemasan sosial.

Berikut Popmama.com telah merangkum informasi tentang hal yang dapat membuat anak trauma. Semoga setelah Mama membacanya, Mama bisa menghindari hal tersebut terjadi, sehingga tidak memberikan trauma pada anak, ya!
 

1. Kekerasan fisik dan verbal

1. Kekerasan fisik verbal
Freepik

Debat dan saling adu argumen memang akan sulit dihindari jika Mama sedang menasihati si Anak. Namun, jangan sampai debat tersebut malah membuat Mama menjadi emosi bahkan sampai melambungkan pukulan kepada si Anak yang juga disertai umpatan-umpatan kasar.

Penting untuk Mama dapat mengendalikan emosi sambil terus mendengarkan alasan atau perkataan si Anak.

2. Memarahi anak di depan banyak orang

2. Memarahi anak depan banyak orang
Freepik

Memarahi anak di depan umum dapat berdampak langsung pada perkembangan emosional si Anak, karena mereka akan merasa dipermalukan dan direndahkan.

Akibatnya, si Anak akan takut untuk pergi keluar bersama Mama karena akan takut dimarahi. Jika ingin memarahi si Anak, Mama harus bersabar dan bisa melakukannya secara empat mata. Jika masih di depan umum, Mama dapat menjelaskannya dengan baik-baik.

3. Membanding-bandingkan anak dengan orang lain

3. Membanding-bandingkan anak orang lain
Freepik

Sebagai orangtua Mama pasti pernah baik secara sengaja ataupun tidak sengaja membandingkan si Anak dengan anak oranglain, atau dengan anak yang Mama lihat di sosial media.

Tujuannya memang hanya ingin menunjukan contoh yang baik yang perlu si Anak ikuti. Tetapi, Mama juga bisa melakukannya dengan hanya menyebut perbuatan baik yang Mama lihat tanpa memberikan perbandingan dengan orang lain.

4. Memanggil anak dengan sebutan yang buruk

4. Memanggil anak sebutan buruk
Freepik/master1305

Tak sedikit orangtua yang tega memberikan panggilan buruk pada anak mereka. Padahal nama mereka adalah nama baik yang juga menjadi doa dari tiap orangtuanya. 

Memanggil anak dengan sebutan yang buruk dapat membuat mereka merasa dijatuhkan dan direndahkan. Akibatnya, kepercayaan di si Anak akan menurun.

Editors' Pick

5. Mengatakan kata-kata yang tidak pantas

5. Mengatakan kata-kata tidak pantas
Freepik

Mengatakan anak dengan sebutan bodoh dan lainnya juga merupakan hal yang tidak boleh dilakukan sebagai orangtua. Hal ini bisa memicu krisis identitas pada diri anak dan seolah mengamini kalau dirinya memanglah sedemikian. 

Anak Mama pun bakal kehilangan kepercayaan dan kapasitas diri karena ia juga menganggap kalau dirinya bodoh seperti yang dikatakan orangtuanya. Alhasil, ia akan merasa minder dan menutup diri.
 

6. Tidak mau meminta maaf lebih dulu

6. Tidak mau meminta maaf lebih dulu
Freepik/our-team

Enggan memberikan kata maaf pada si Anak juga bisa membuatnya trauma. Hal ini bisa menyebabkan anak takut untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya di masa depan.

Ia pun menjadi kurang percaya diri dan akan terus menyalahkan diri atas kesalahan yang bukan ia perbuat.

Jika Mama bisa berbesar hati dan mengakui kesalahan, bisa menjadi awal yang baik di hubungan Mama dan si Anak.

7. Melihat orangtuanya bertengkar

7. Melihat orangtua bertengkar
Freepik/studio4rt

Pertengkaran, atau konflik rumah tangga yang terus-menerus dapat memberikan tekanan emosional yang berlebihan pada anak. Apalagi jika pernah melihatnya secara langsung.

Sebagai orangtua, Mama harus tahu timing yang tepat jika ingin beradu argumen dengan Papa. Sehingga, si Anak tidak akan melihat kedua orangtuanya yang sedang bertengkar, dan akan merasa semuanya baik-baik saja.

8. Memberikan ekspetasi yang terlalu tinggi

8. Memberikan ekspetasi terlalu tinggi
Freepik

Setiap orangtua pasti memang memiliki harapan yang tinggi pada anaknya. Namun, perlu diingat ekspetasi yang bisa orangtua berikan juga harus disesuaikan dengan kemampuan serta perkembangan mereka.

Menuntut anak untuk mencapai standar yang tidak realistis atau membebankan mereka dengan harapan yang berlebihan dapat menciptakan tekanan yang traumatis.

9. Kurang memberi perhatian

9. Kurang memberi perhatian
Freepik/bearfotos

Tidak memberikan perhatian, cinta, atau dukungan emosional yang cukup dapat membuat anak merasa tidak dicintai dan terabaikan. Si Anak harus selalu merasa mendapat perhatian yang cukup dari orangtuanya.

Selain dengan memberikan perhatian melalui emosional. Mama juga bisa memberikan perhatian berupa tindakan seperti memasak makanan kesukaannya, membelikan baju yang ia suka.

10. Tidak memberi contoh yang baik

10. Tidak memberi contoh baik
Freepik

Seperti kata pepatah, anak merupakan cerminan orangtua, sudah sepatutnya Mama berusaha untuk menciptakan citra terbaik dan menjadi teladan untuk buah hati tiru.

Sebaliknya, jika perilaku Mama tidak mencerminkan orangtua yang baik, tidak menutup kemungkinan si Anak akan mencontohnya. Trauma yang membekas akan membentuknya menjadi pribadi yang berperilaku negatif.

Demikianlah hal yang dapat membuat anak trauma. Menjadi orangtua memanglah tidak mudah, meskipun begitu Mama harus tetap selalu sabar dan memerhatikan ucapan atau perbuatan agar dapat menghindari si Anak dari trauma yang berat. 

Baca juga:

The Latest