Bahaya Hipertensi Membayangi Anak! Kenali Gejala dan Penyebabnya, Ma

Tidak hanya orang dewasa, hipertensi dapat menyerang anak

2 Juli 2019

Bahaya Hipertensi Membayangi Anak Kenali Gejala Penyebabnya, Ma
Pixabay/Stevepb

Hipertensi atau tekanan darah tinggi dianggap sebagai penyakit yang biasa menyerang orang dewasa. Pada kenyataannya, kondisi ini dapat terjadi pada segala usia, bahkan saat masih bayi.

Dilansir dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kejadian hipertensi pada anak berkisar 1-2 persen, bahkan sebuah penelitian di Amerika Serikat terhadap 5100 anak sekolah mendapatkan kejadian hipertensi sebesar 4,5 persen.

Salah satu penyebab utama adalah obesitas. Anak yang memiliki kelebihan berat badan beresiko terserang hipertensi atau diabetes.  Dengan kesadaran dan pola hidup sehat, hipertensi bisa dihindari.

Simak ulasan Popmama.com mengenai gejala dan penyebab hipertensi pada anak.

1. Hipertensi pada anak

1. Hipertensi anak
Youtube/Look Who's Blogging

Hipertensi atau tekanan darah tinggi pada anak-anak diidentifikasi ketika tekanan darah mereka berada dalam persentil ke-95 dibandingkan dengan anak-anak lain dengan tinggi, berat dan jenis kelamin yang sama. Menurut situs Mayo Clinic, seorang anak dikatakan mengalami hipertensi bila tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg.

Tekanan darah biasanya rendah pada masa bayi dan meningkat perlahan seiring bertambahnya usia. Anak laki-laki dan anak-anak yang lebih tinggi cenderung memiliki tekanan darah sedikit lebih tinggi daripada anak perempuan atau anak-anak yang lebih pendek.

Hipertensi yang tidak terdeteksi pada anak-anak dapat menyebabkan komplikasi seperti stroke atau serangan jantung, ketika mereka memasuki usia dewasa.

Editors' Pick

2. Gejala hipertensi pada anak

2. Gejala hipertensi anak
Freepik/Pressfoto

Banyak anak tidak menunjukkan gejala yang jelas dan oleh karena itu tes tekanan darah selama pemeriksaan rutin sekarang dianjurkan untuk anak di atas 3 tahun.

Menurut laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pada bayi baru lahir, hipertensi dapat memberikan gejala sesak napas, berkeringat, gelisah, pucat atau sianosis, muntah, dan kejang.

Namun dalam kasus ekstrim, sakit kepala, pusing, kelelahan, gangguan penglihatan, penurunan kesadaran, mual, mimisan, nyeri dada, kelumpuhan otot, atau sesak napas mungkin merupakan indikator hipertensi.

3. Penyebab hipertensi pada anak

3. Penyebab hipertensi anak
Pexels/Rawpixel.com

Hipertensi secara teknis diklasifikasikan sebagai tanpa sebab (primer) atau terkait dengan penyakit lain (sekunder).

Pada anak yang  lebih kecil, hipertensi sekunder lebih umum dan biasanya terkait dengan kelainan jantung, penyakit ginjal atau kondisi genetik. Namun, anak yang lebih besar umumnya mengalami hipertensi primer karena gaya hidup yang tidak sehat.

Penyebab paling umum dari hipertensi primer adalah:

  • Tingginya kadar trigliserida dan kolesterol dalam darah. Ini bisanya disebabkan karena makanan yang tinggi lemak jenuh yang tidak sehat dan kurang olah raga,
  • kelebihan berat badan atau obesitas,
  • anak kurang aktif atau tidak banyak gerak.  Banyak anak saat ini menghabiskan terlalu banyak waktu terlibat dalam aktivitas menetap yang melibatkan waktu layar seperti TV, tablet, smartphone, video game,
  • menjadi perokok pasif,
  • genetik,
  • stres.

Penyebab hipertensi sekunder terkait dengan kondisi lain:

  • Penyakit ginjal dan gangguan yang mempengaruhi ginjal,
  • gangguan adrenal atau tumor,
  • hipotiroidisme,
  • cacat jantung,
  • penggunaan obat resep atau obat-obatan terlarang.

4. Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah anak terkena hipertensi?

4. Apa bisa dilakukan mencegah anak terkena hipertensi
Pixabay/minibaby

Ada pepatah yang mengatakan: lebih baik mencegah daripada mengobati. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan Mama:

  • Diet sehat

Makan sehat dan teratur dapat menghindari obesitas. Gantilah makanan olahan dan makanan ringan bergula dengan makanan tinggi serat, buah-buahan dan sayuran

  • Membatasi kadar garam

Asupan garam yang direkomendasikan untuk anak usia 4-8 tahun adalah 1200 mg (1/2 sdt) dan 1.400 mg untuk anak dengan usia lebih dari 8 tahun. Pantau garam yang digunakan saat memasak dan hindari makanan instan. Batasi asupan makanan cepat saji karena umumnya tinggi garam dan lemak jenuh.

  • Pertahankan berat badan anak

Asupan makanan anak biasanya berada dalam kendali Mama. Pastikan anak hanya mengonsumsi makanan yang sehat. Selalu sediakan makanan sehat di rumah.

  • Dorong aktivitas fisik untuk seluruh keluarga

Orangtua merupakan model bagi anak. Jika Mama mengharapkan anak aktif bergerak dan olahraga, Mama pun harus memberi contoh.  Aktivitas luar ruangan yang menyenangkan seperti bersepeda, piknik, atau olahraga dapat mendorong gaya hidup yang lebih aktif.

Yuk dorong anak untuk memiliki gaya hidup sehat sejak dini.

Baca juga:

The Latest