Keracunan Massal Balita dan Baduta, Polisi Selidiki Kasus

Kisah keracunan massal pada balita dan baduta di Sulawesi Barat menjadi sorotan

8 Mei 2024

Keracunan Massal Balita Baduta, Polisi Selidiki Kasus
Freepik
Ilustrasi

Di Sulawesi Barat, kekhawatiran masyarakat seiring dengan kasus keracunan massal yang menimpa bayi di bawah lima tahun (balita) dan bayi di bawah dua tahun (baduta) menjadi perhatian serius bagi pihak berwenang. 

Kepolisian dari Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Majene telah mengambil langkah cepat untuk menyelidiki kasus ini yang terjadi di Kecamatan Pamboang, Kabupaten Majene. 

Dengan fokus pada upaya mengidentifikasi penyebab keracunan dan memastikan langkah-langkah pencegahan yang sesuai diambil, proses penyelidikan telah mencakup pemeriksaan menyeluruh terhadap individu-individu yang terlibat dalam penyajian makanan tambahan. 

Berikut ini Popmama.com telah rangkum kasus keracunan massal balita dan baduta yang tengah diselidiki di Sulawesi Barat.

1. Penyelidikan kasus

1. Penyelidikan kasus
Freepik

Penyelidikan kasus yang diduga menyebabkan keracunan massal pada balita dan baduta sedang dilakukan oleh Satreskrim Polres Majene. Kejadian ini terjadi di Kecamatan Pamboang, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.

AKP Budi Adi, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Majene, menyebutkan bahwa jumlah orang yang diduga mengalami keracunan setelah memakan bubur dari Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Majene mencapai 42 orang.

"Yang diduga korban keracunan makanan itu sebanyak 42 dan hampir sembilan puluh persen itu anak di bawah umur dua tahun," kata Budi saat diwawancara di Polres Majene, Selasa (7/5/2024). 

Budi juga menyampaikan bahwa timnya telah mengumpulkan sampel sisa makanan dan muntahan untuk dikirim ke laboratorium BPOM Mamuju guna menentukan penyebab keracunan.

2. Pemeriksaan dilakukan oleh penyidik

2. Pemeriksaan dilakukan oleh penyidik
Freepik

Budi mengatakan bahwa penyidik telah memeriksa Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Majene.

Dia menambahkan bahwa DPPKB bertanggung jawab sebagai pelaksana program pemberian makanan tambahan untuk mengurangi angka stunting.

Penyidik juga berencana untuk memeriksa perawat dan dokter di Puskesmas Pamboang, serta orangtua dari korban. Selain itu, polisi juga akan memeriksa warga yang telah mencapai usia dewasa dan turut dirawat setelah mengonsumsi bubur dari Dinas PPKB Majene.

"Kurang lebih sepuluh orang yang rencana pemeriksaan sudah berjalan per hari ini," ujarnya.

Berdasarkan informasi awal yang diperoleh, Budi menjelaskan bahwa DPPKB memberikan makanan tambahan berupa bubur yang mengandung campuran daun kelor dan ayam.

3. Tindak lanjut terhadap korban dan proses penyelidikan

3. Tindak lanjut terhadap korban proses penyelidikan
Freepik/peoplecreations

Budi mengakui bahwa penyidik masih menyelidiki lebih lanjut terkait proses pembuatan bubur yang diduga kurang steril dan tidak melibatkan ahli gizi.

"Masih sementara kami lakukan pemeriksaan terkait panitia pelaksana siapa-siapa saja (yang memasak)," tuturnya.

Sebelumnya dilaporkan bahwa sebanyak 42 individu, mulai dari balita hingga orang dewasa, telah dibawa ke puskesmas Pamboang, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat (Sulbar), karena diduga mengalami keracunan setelah mengonsumsi bubur.

Kepala UPTD Puskesmas Pamboang Taslim Mannan, mengatakan, puluhan pasien tersebut mulai berdatangan dan dirawat di puskesmas pada Senin (6/5/2024) pukul 14.30 Wita hingga malam hari.

Demikian penjelasan mengenai kasus keracunan massal balita dan baduta yang terajdi di Sulawesi Barat. Dengan upaya penyelidikan yang sedang berlangsung dan tindak lanjut yang telah diambil, diharapkan kasus keracunan massal ini dapat segera terungkap penyebabnya.

Baca juga:

The Latest