Saat anak dihadapkan dengan beragam emosi, biasanya mereka akan mengekspresikannya dengan berteriak, menangis sekerasnya, bahkan menendang dan melemparkan barang di sekitarnya. Ledakan emosi tersebut bisa disebut sebagai temper tantrum.
Anak yang menghadapi kondisi tersebut tentu akan membuat Mama merasa lelah dan frustasi. Bahkan, tak sedikit dari orangtua yang kerap menyebut anak tantrum bukanlah hal normal. Padahal kondisi anak tantrum menjadi bagian dari tahap perkembangan normal mereka, Ma.
Meski dalam Cleveland Clinic, temper tantrum menjadi bagian normal dalam tumbuh kembang anak, namun kapan temper tantrum sendiri dapat dikatakan normal atau sudah berlebihan?
Untuk mengetahui jawabannya, yuk simak informasi yang sudah Popmama.com rangkum dari berbagai sumber pada artikel berikut ini.
1. Apa itu temper tantrum?
Freepik/patriciaperezra
Melansir dari Cleveland Clinic, temper tantrum adalah ketika seorang anak memiliki ledakan kemarahan dan frustasi yang tidak direncanakan dan biasanya berupa fisik, verbal, maupun keduanya. Si Kecil yang mengalami kondisi ini biasanya akan memperlihatkan perilaku yang tidak menyenangkan dan menganggu sekitarnya.
Anak yang melakukan kondisi ini biasanya menjadi cara mereka dalam meluapkan ekspresi yang tidak bisa mereka sebutkan lewat kata-kata, sehingga perilaku seperti menangis atau berteriak berlebih kerap menjadi tanda anak mengalami temper tantrum.
Editors' Pick
2. Penyebab dan tanda temper tantrum pada anak
Pexels/Ba Phi
Penyebab temper tantrum sendiri dapat meliputi:
Frustrasi
Kelaparan
kelelahan
Menginginkan perhatian
Menginginkan sesuatu (seperti hadiah atau mainan)
Menghindari melakukan sesuatu (seperti membersihkan atau meninggalkan taman)
Adapun tanda anak yang mengalami temper tantrum adalah:
Merengek, menangis dan berteriak
Menendang, memukul dan mencubit
Memukul lengan dan kaki
Menahan napas mereka
Terlihat menegang atau lemas
Anak hanya bisa meluapkan emosi tersebut untuk menarik perhatian orangtua lewat perilaku yang mengganggu dan kerap membuat frustasi Mama dan Papa seperti yang sudah disebutkan di atas.
Hal ini normal terjadi, Ma. Sebab usia si Kecil memang belum terbiasa untuk mengembangkan keterampilan koping dalam menghadapi emosi atau kekecewaan yang kuat. Mereka juga belum memiliki keterampilan verbal untuk menjelaskan perasaan mereka, jadi cara yang mereka lakukan adalah dengan menangis, berteriak, melempar, atau membanting barang.
3. Penanganan temper tantrum
Freepik/user18526052
Saat si Kecil mengalami kondisi temper tantrum, langkah pertama adalah menenangkan diri Mama agar tidak ikut emosi dan berakhir memarahi anak. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan dalam menangani temper tantrum, di antaranya:
Tetap tenang
Alih-alih memarahi dan mengancam mereka untuk tenang, Mama bisa menenangkan diri terlebih dahulu untuk bisa menenangkan anak dengan kepala dingin. Sebab memarahi atau mengancam anak justru hanya membuat amukan anak semakin menjadi, Ma. Saat Mama dan si Kecil mulai tenang, barulah bisa ajak bicara mereka tentang perilaku yang dilakukannya tadi.
Alihkan perhatian anak
Saat anak mulai menunjukkan tanda akan terjadi amukan, cara utama yang bisa dilakukan agar amukan tidak kian besar adalah mengalihkan perhatian anak. Misalnya memperlihatkan anak pada sesuatu yang menarik perhatiannya, atau melibatkan mereka dalam suatu kegiatan. Sehingga anak lupa dengan amukan yang mungkin akan terjadi.
Abaikan amukannya
Saat anak tantrum, jangan langsung menuruti kemauannya ya, Ma. Cobalah untuk mengabaikannya terlebih dahulu. Bukan berarti Mama tidak sayang pada anak, cara satu ini justru menunjukkan kepadanya bahwa amukan bukan perilaku yang bisa diterima dan tidak akan membuatnya mendapatkan apa yang diinginkan. Dengan begitu, anak akan memahami bahwa amukan yang dilakukan hanya membuang energinya saja, Ma.
Jauhkan anak dari jangkauan
Ketika kondisi ini terjadi ketika anak sedang di luar rumah, pastikan Mama tetap mengawasinya ya. Sehingga saat amukan tersebut datang, maka Mama bisa memastikan bahwa anak tidak menyakiti dirinya sendiri atau teman yang ada di sekitarnya. Ketika anak mulai perlihatkan tantrum, maka cara yang bisa dilakukan adalah menjauhkan anak dari jangkauan lingkungan tempatnya berada.
Jaga agar anak tetap aman
Ketika anak mulai tantrum, biasanya mereka akan mulai merengek bahkan melempari benda apapun yang ada di sekitarnya. Untuk itu, Mama perlu memerhatikan kemanan anak dengan menghindari benda-benda berbahaya yang ada di sekitarnya agar tidak melukai dirinya sendiri atau orang sekitarnya. Jika anak benar-benar di luar kendali, bawa mereka ke tempat yang aman hingga tenang.
4. Pencegahan temper tantrum
Freepik/user6014584
Temper tantrum sendiri bisa dicegah dengan beberapa cara, Ma. Misalnya dengan memastikan pola makan dan tidur anak yang sesuai pada waktu normalnya. Kondisi ini akan membantu anak untuk lebih tenang dan terhindar dari amukan yang akan terjadi.
Selain itu, berikut beberapa cara mencegahnya:
Anak juga memiliki hak atas hidupnya, sehingga biarkan anak menentukan pilihannya sejak dini. Misalnya membiarkan mereka memilih pakaian yang akan digunakan atau makanan yang ingin dimakannya. Pastikan untuk membiarkan si kecil memilih antara pilihan yang sudah Mama setujui, jangan sampai memberikannya harapan palsu dan berakhir terjadi amukan ya, Ma.
Periode transisi juga sangat diperlukan. Contoh mudahnya saat anak sedang bermain di taman bermain dan harus segera kembali ke rumah. Atau juga seperti saudara yang akan datang dan anak harus bersiap dengan itu. Di tahap ini, ajak anak untuk mempersiapkannya dengan waktu yang lebih banyak agar mereka lebih siap dengan perpindahan transisi yang akan terjadi dalam hidupnya.
Gunakan nada bicara yang optimis dan riang saat berbicara pada anak untuk melakukan sesuatu. Agar anak tidak merasa itu adalah sebuah perintah yang dapat memicu penolakan, Mama bisa melakukannya dengan nada seperti ajakan yang menyenangkan. Misalnya, "Kita pakai topi dan masker dulu yuk, habis itu baru deh kita bisa pergi keluar."
5. Temper tantrum adalah hal yang normal
Freepik/Bearfotos
Kondisi amukan atau tantrum yang terjadi pada anak merupakan kondisi normal sebagai bagian dari perkembangan mereka, Ma. Kondisi ini terjadi ketika anak belajar untuk menjadi lebih mandiri.
Saat anak mengalami kondisi temperamen yang berlebih, bukan berarti ini menjadi cerminan dari pola asuh yang buruk kok, Ma. Kondisi ini terjadi karena kepribadian dan situasi anak saat itu. Sehingga sangat normal tantrum terjadi pada anak, sebab kondisi ini kerap terjadi pada anak usia 1 hingga 4 tahun yang baru memulai peralihan untuk menjadi lebih mandiri.
Itulah informasi terkait temper tantrum pada anak yang bisa Mama ketahui. Semoga informasinya bermanfaat dan bisa menambah wawasan baru bagi Mama ketika anak mengalami kondisi demikian, ya.
Momen seperti ini tidak akan bertahan lama kok, anak akan terus berkembang dan belajar menjadi lebih baik. Jadi, tetap semangat dan hadapi dengan penuh kesabaran ya, Ma!