6 Perilaku Terlarang yang Biasa Dilakukan Anak dan Cara Mengatasinya

Anak suka gigit-gigit? Anak suka berkata kasar? Jangan dianggap biasa, ini cara mengatasinya Ma

11 Juli 2023

6 Perilaku Terlarang Biasa Dilakukan Anak Cara Mengatasinya
Freepik/freepic.diller

Pada usia batita, anak mulai belajar melalui eksplorasi lingkungannya, memperoleh pengetahuan baru, dan berinteraksi dengan berbagai hal. Eksplorasi si Kecil anak bermacam dari memasukkan benda asing ke mulut hingga memanjat-manjat.

Anak juga mulai mengeksperesikan emosinya melalui perilaku tantrum seperti mengamuk, menggigit, memukul, dan mendorong. Hal ini terjadi karena si Kecil belum dapat mengatur pengekspresian emosinya sendiri. Emosi mereka terluap-luap dalam raga mungilnya.

Mama dan Papa mungkin kaget atas tantrum yang dikeluarkan si Kecil, namun perilaku-perilaku tersebut merupakan perilaku tipikal yang dikeluarkan anak seusianya.

Bukan berarti boleh dibiarkan, ya, tantrum anak yang dibiarkan dapat memunculkan gangguan perilaku dan mental pada masa depan anak.

Berikut Popmama.comtelah merangkum beberapa perilaku terlarang yang biasa dilakukan anak dan cara tepat menanganinya.

1. Berkata yang menjengkelkan hati

1. Berkata menjengkelkan hati
theguardian.com

Anak mungkin akan mengatakan hal-hal yang tidak mengenakkan hati Mama dan Papa seperti "Aku benci Mama" atau "Papa menyebalkan!".

Walau menyakitkan, anak-anak tidak bermaksud bahwa ia membenci Mamanya atau Papanya menyebalkan. Sesungguhnya mereka baru saja mempelajari cara paling sederhana untuk memverbalkan emosinya dengan kosakatanya yang terbatas.

2. Asal mengambil barang

2. Asal mengambil barang
popsugar.com

Baik barang tersebut sedang dalam genggaman orang lain atau tergeletak di atas rak, anak memiliki rasa ingin tahu terhadap barang tersebut yang harus dipenuhi.

Tidak bermaksud merebut atau mencuri, anak-anak hanya haus akan pengetahuan baru tiap harinya. Namun mereka belum mengetahui bahwa perilaku asal mengambil itu adalah salah.

Editors' Pick

3. Tidak mau berbagi atau mengalah

3. Tidak mau berbagi atau mengalah
Freepik/freepik

Pada usia batita pun anak mengenal makhluk hidup lain selain dirinya, termasuk teman seusianya. Sering kali saat anak bermain dengan teman sebaya, mereka tidak mau bergantian pada mainannya. Bukan berarti si Kecil pelit, mereka hanya sedang mulai memahami sebab-akibat.

Dengan melakukan hal terus menerus, mereka sedang menantikan akibat dari sebab yang ia lakukan. Akan muncul pikiran pada anak seperti "Aku tidak boleh berlama-lama bermain perosotan karena temanku sedang mengantre di belakang" dan "Aku tidak mau berbagi roti ke pada temanku karena ini rasa kesukaanku."

4. Membenturkan kepala

4. Membenturkan kepala
Pexels/Karolina Grabowska

Perilaku ini hanya mengkhawatirkan jika dilakukan sesekali, jika sering di lakukan dan sulit dihentikan, segera beri perhatian dan konsultasikan dengan ahli perkembangan anak.

Anak-anak biasa mengeluarkan perilaku ini ketika ia frustasi menghadapi tantangan. Seperti yang disebutkan di atas, anak kecil belum memiliki kemampuan mengekspresikan emosi negatifnya.

Mereka bisa saja merasa malu atau marah ketika dalam situasi yang memfrustasikan, dan menyakiti diri sendiri mungkin merupakan cara untuk mengungkapkan stres dan menyalahkan dirinya sendiri.

5. Menggigit-gigit

5. Menggigit-gigit
Freepik/Pch.vector

Saat anak frustasi dengan ketidakmampuan mereka mengungkapkan perasaannya, menggigit adalah salah satu cara batita untuk pendapatkan perhatian atau mengungkapkan perasaannya. Menggigit adalah cara mereka untuk mengatakan "Perhatikan aku!" atau "Aku tidak suka itu!"

Ketika anak kemampuan berbahasa anak telah meningkat lebih baik, kebiasaan menggigit akan perlahan hilang. Jika kebiasaan tidak hilang segera konsultasikan dengan ahli perkembangan anak.

6. Susah makan

6. Susah makan
www.foodandnutrition.org
Anak susah makan

Menjadi picky atas makanan yang dikonsumsinya adalah suatu fenomena yang umum terjadi pada masa kanak-kanak. Usia batita memang masanya bagi mereka berkenalan dengan rasa dan tekstur baru.

Tidak apa-apa jika anak hanya ingin memakan beberapa jenis makanan. Namun, jika nutrisi anak sudah mulai terpengaruh karena kebiasaan memilah-milih makanan, orangtua harus turun tangan dan terus mengenalkan jenis makanan lain.

Cara mengatasinya

Cara mengatasinya
Freepik/freepik

Walaupun perilaku di atas "biasa" dilakukan anak, Mama dan Papa tetap harus membantu si Kecil mengatasi perilaku-perilaku tersebut. Bagaimana caranya? simak penjelasan di bawah.

  • Lihat dampaknya

Jika perilaku anak berdampak pada kehidupan sehari-hari mereka atau kehidupan orang lain, penting untuk mengetahui dan meminta bantuan karena itu bisa menjadi pertanda sesuatu yang lebih dalam. Misalnya, terlibat masalah di sekolah atau berkelahi saat istirahat mungkin menunjukkan gangguan perilaku yang mendasarinya atau bahkan ketidakmampuan belajar.

  • Pertimbangkan konteksnya

Pikirkan tentang peristiwa jangka pendek yang mungkin menjelaskan perubahan emosi dan/atau perilaku anak serta konteks yang lebih luas di mana hal itu terjadi. Konteks seperti anak sedang sakit, anak baru masuk sekolah setelah liburan, anak kehilangan mainan kesukaannya, dll akan mempengaruhi tantrum yang dikeluarkannya.

  • Minta bantuan dini

Para ahli merekomendasikan untuk mengungkapkan kekhawatiran Anda kepada dokter anak, guru, atau konselor anak jika perilaku mereka mengkhawatirkan. Mama dan Papa boleh, kok, untuk mengakui kesulitan dalam mendidik anak. Terlalu banyak orangtua yang mengabaikan masalah perilaku anak sehingga berdampak pada masa depannya.

  • Jelaskan pada anak atas dampak perilakunya

Melarang anak untuk tidak menggigit,  membenturkan kepala, dll adalah cara instan untuk menghentikan perilakunya. Akan tetapi, jika tidak diberikan penjelasan alasan kenapa perilaku tersebut dilarang, anak belum tentu mengerti kenapa perilakunya tidak diperkenankan. Kebingungannya hanya akan membuatnya kembali mengulangi perilakunya.

  • Beri afirmasi setiap kali anak berusaha menghentikan perilakunya

Sesederhana "good job", "pintar", "hebat", dan "Mama bangga sama kamu." bisa menjadi pendorong yang kuat bagi anak untuk menghilangkan perilakunya. Penting bagi anak untuk merasakan validasi dari kedua orangtuanya atas melakukan hal yang menurut mereka benar. Maka dari itu, mari apresiasi perubahan yang diupayakan si Kecil setiap harinya.

Nah, Mama dan Papa sudah percaya diri, kan, dalam mengatasi perilaku yang "biasa" anak lakukan? Semoga membantu, ya, Ma, Pa.

Baca juga: 

The Latest