Ketika Anak Dipukul Temannya, Ajarkan Ini pada Anak!

Tidak sedikit orangtua menganggap bahwa saat anak dapat tindakan kasar harus dibalas hal yang sama

30 April 2024

Ketika Anak Dipukul Temannya, Ajarkan Ini Anak
Freepik/gpointstudio

“Mama, aku dipukul teman.” Apabila orangtua menemui kalimat tersebut diucapkan oleh anak, bagaimana seharusnya yang dilakukan? Haruskah anak membalas atau diam saja?

Orangtua seringkali dilanda dilema ketika si Kecil dipukul temannya. Perasaan emosional sebagai orangtua secara spontan meminta anak untuk balas memukul, atau menegur orangtua si anak yang memukul.

Namun, tak sedikit juga orangtua yang cenderung memilih untuk diam dan justru meminta anak untuk kembali berteman dengan anak yang telah memukul tadi. 

Psikolog Mellissa Grace pada Rabu (21/2/2024) pernah mengungkapkan melalui Instagramnya, “Jika Anda menyarankan anak Anda untuk membalas pukulan temannya: artinya Anda mengajarkan pada anak Anda untuk menggunakan kekerasan/agresi untuk menyelesaikan persoalan atau mencapai tujuan," tulisnya.

Melissa kemudian menjelaskan bahwa dampaknya di kemudian hari adalah anak akan dapat menggunakan ‘cara’ yang sama untuk menghadapi persoalan atau untuk mencapai tujuannya.

“Jika Anda menyarankan anak Anda untuk diam saja, artinya Anda mengajarkan anak Anda untuk membenarkan kekerasan atau perilaku keliru orang lain terhadap dirinya,” lanjutnya.

Dampaknya di kemudian hari, anak dapat menganggap bahwa perilaku buruk orang lain terhadap dirinya adalah layak. Ia dapat tumbuh menjadi individu yang terbiasa memendam rasa marahnya dan emosi negatifnya untuk menyenangkan orang lain.

Lantas, bagaimana seharusnya sikap orangtua yang tepat untuk menghadapi hal tersebut? Melissa menyebutkan delapan tips yang dapat dilakukan orangtua.

Berikut ini Popmama.com telah merangkum tips yang dapat dilakukan orangtua ketika anak dipukul temannya berdasarkan informasi dari Psikolog Mellissa Grace.

1. Latih anak untuk berani berkata pada siapapun yang berbuat buruk pada dirinya

1. Latih anak berani berkata siapapun berbuat buruk dirinya
Freepik/8photo

Orangtua dapat mengajarkan anak untuk berani mengatakan pada siapapun yang berbuat sesuatu yang membuatnya tidak nyaman atau tidak aman untuk berhenti sepeerti, “Stop. Saya tidak suka.”

Setelah itu, bertanyalah pada pelaku, “Mengapa kamu memukulku?”. Pertanyaan tersebut dilontarkan untuk melihat konteks situasi mengapa temannya melakukan hal tersebut kepadanya.

Namun, jika pelaku tidak memberikan jawaban yang logis atau dapat dipahami logika, atau justru mengulangi perilakunya, ajarkan anak untuk pergi menjauh.

2. Latih anak untuk pergi meninggalkan lokasi kejadian dengan setenang mungkin

2. Latih anak pergi meninggalkan lokasi kejadian setenang mungkin
Freepik

Jika anak sudah menjalankan tips pertama namun pelaku tidak kunjung memberi jawaban atau malah melakukannya lagi, ajarkan anak untuk meninggalkan lokasi dan melaporkan segera. 

Orangtua bisa mengajarkan anak untuk meminta bantuan orang dewasa yang bertanggung jawab di lingkungan tempat kejadian. Dalam hal ini, jika kejadian tersebut terjadi di sekolah, ajarkan anak untuk segera melapor kepada guru.

Apabila terjadi di sekitar rumah, ajarkan anak untuk melaporkan kejadian ke orangtua, pengasuh, atau orang dewasa lain. Kemudian apabila terjadi di rumah, ajarkan anak untuk melapor ke tetangga terdekat.

3. Berikan pemahaman untuk melaporkan kejadian yang sebenar-benarnya

3. Berikan pemahaman melaporkan kejadian sebenar-benarnya
Freepik

Ketika anak mengalami kejadian tersebut dan melapor, ajarkan anak akan pentingnya melapor berdasarkan situasi yang terjadi dengan sebagaimana adanya, sesuai fakta, dan tanpa dilebih-lebihkan.

Hal ini selain untuk mengajarkan anak pentingnya kejujuran, namun juga meminta bantuan orang dewasa lainnya agar dapat segera bertindak memberikan perlindungan segera pada anak dan mencegah hal serupa terjadi di kemudian hari.

Editors' Pick

4. Dengarkan cerita anak tanpa menghakimi

4. Dengarkan cerita anak tanpa menghakimi
Freepik

Apabila anak menceritakan tentang kejadian pemukulan terhadapnya oleh temannya, dengarkan anak dan terima perasaan anak. Jangan mengomentari dengan menghakimi anak atau menyalahkan anak.

Ajak anak untuk menenangkan diri mengenai perasaan dan menghadapi emosinya. Tenangkan anak dan beri kenyamanan. 

Orangtua juga perlu mengajarkan anak bahwa anak berhak untuk merasa marah, sedih, terluka sesekali. Namun menghadapinya dengan tenang adalah hal yang utama.

5. Ajarkan anak untuk mengekspresikan emosinya dengan cara tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain

5. Ajarkan anak mengekspresikan emosi cara tidak menyakiti diri sendiri orang lain
Freepik

Ajarkan anak untuk mengelola dan mengekspresikan emosinya ke hal lain. Misalnya, daripada menyakiti diri sendiri atau orang lain, ajarkan anak untuk mencoret-coret di kertas atau menuliskan perasaannya ke dalam buku catatan.

Atau orangtua juga dapat mengajarkan anak untuk melakukan kegiatan positif lain, misalnya menggambar, membaca buku, olahraga, bermain musik, dan lain sebagainya. Hal tersebut bisa mengalihkan perhatian anak untuk tidak mengingat kejadian tersebut.

Selain itu, hal tersebut juga membantu mencegah anak menyakiti dirinya sendiri dan orang lain karena pikirannya teralihkan ke hal lain yang lebih positif.

6. Ajak anak untuk merefleksikan kejadian tersebut

6. Ajak anak merefleksikan kejadian tersebut
Freepik

Setelah anak cukup tenang, ajak anak untuk merefleksikan lagi kejadian yang terjadi dan ajarkan untuk perlahan masuk dalam proses memaafkan. Hal ini memang membutuhkan waktu yang lama dan tidak dapat berlangsung segera, namun orangtua dapat membantu anak untuk perlahan belajar memaafkan.

Memaafkan bukan berarti membenarkan perilaku buruk orang lain terhadap kita, tetapi melepaskan rasa marah dan emosi-emosi lainnya agar hal tersebut tidak lagi membebani dan menyakiti anak. 

Hal tersebut penting agar anak memperoleh kedamaian hatinya lagi dan bisa kembali ceria bermain dan belajar sesuai usia perkembangannya setelah kejadian tersebut.

7. Latih kemampuan anak untuk menyelesaikan persoalan sesuai porsi dan kapasitasnya sendiri

7. Latih kemampuan anak menyelesaikan persoalan sesuai porsi kapasitas sendiri
Freepik

Ketika orangtua mendapatkan laporan dari anak tentang kejadian tersebut, responlah dengan tenang sesuai dengan porsi persoalannya dan porsi peran sebagai orangtua. 

Tidak perlu panik dan tergesa-gesa untuk mengambil tindakan, tenang dan pahami situasinya sebaik mungkin terlebih daulu.

Orangtua bisa menanyakan kepada anak, “Menurut kamu, apa yang bisa kamu lakukan di kemudian hari jika suatu saat ada dalam situasi yang serupa?”

8. Hargai keberanian anak untuk menghadapi situasi yang tidak mudah tersebut

Setelah anak selesai menceritakan kejadian, hargai anak karena sudah berani menceritakan hal tersebut kepada orangtua. Hargai juga perilaku anak yang sudah tepat dan sesuai, termasuk ketika anak memilih untuk tidak langsung segera membalas perilaku buruk orang lain dengan perilaku yang serupa.

Hal terpenting bukanlah melampiaskan emosi sesaat yang mungkin memberikan kelegaan sementara, melainkan membekali anak agar ia memiliki keterampilan hidup dan kualitas-kualitas positif (termasuk kecerdasan sosial-emosional) dalam kehidupannya di masa mendatang.

Itulah beberapa tips yang dapat dilakukan orangtua ketika anak dipukul temannya. Dengan mengajarkan anak untuk bersikap tenang dan tidak membalas dengan kekerasan, orangtua dapat mengajarkan anak untuk tidak selalu membalas perbuatan buruk dengan yang buruk juga.

Baca juga:

The Latest