Dongeng Fabel: Kisah Monyet dan Unta Peniru

Kisah bermula ketika para hewan di hutan tersebut sedang menentukan siapa yang akan menjadi Raja Hutan di kampung mereka. Alhasil, dicapailah suatu kesepakatan bahwa peran istimewa tersebut akan diberikan kepada singa.

Karena keberhasilannya itulah, singa pun mendapatkan julukan sebagai Raja Hutan. 

Untuk merayakan kemenangan sang Raja Hutan, para hewan menggelar suatu pesta besar-besaran.

Suasana perayaan berlangsung dengan meriah di hutan belantara tersebut. Seluruh warga hewan ramai-ramai datang ke pesta untuk bersenang-senang.

Termasuk monyet dan unta, keduanya sudah berjanji untuk datang bersama. 

Saat pesta sudah dimulai, singa si Raja Hutan mengumumkan suatu penawaran yang menggiurkan. 

Semaraknya pesta memancing banyak satwa untuk pergi ke sana. Hal tersebut membuat singa merasa perlu untuk memberikan penampilan yang menghibur bagi para rakyatnya.

Raja Hutan pun akhirnya meminta monyet untuk menari di depan khalayak ramai, tentunya sambil menawarkan suatu hal.

"Hai Monyet, apakah kamu tidak ingin menari di pestaku? Ku berikan kau satu kesempatan! Tenang saja, akan ku berikan hadiah menarik jika kau sanggup mengambil tantangan tersebut," tawar sang Raja Hutan dengan tegas. 

Tanpa pikir panjang, monyet dengan percaya diri menyanggupi tawaran tersebut. 

Dengan kemampuan monyet yang begitu pandai meliuk-liukkan badannya, ia mendapatkan banyak pujian dari para hewan yang hadir di pesta. 

Semuanya berhasil terhibur dan tidak henti-hentinya memberikan apresiasi kepada si monyet yang sedang menampilkan tariannya. 

Namun, ada satu hewan yang terlihat tidak senang. Tak disangka-sangka, justru yang membenci penampilan monyet saat itu adalah unta, sahabat monyet sejak lama. 

Melihat para hadirin begitu terpukau dengan tarian monyet, unta memandang jengkel sahabatnya yang berdiri di atas panggung.

Sudah sedari lama ia menyimpan rasa kesal dengan monyet yang selalu mendapatkan pujian karena bakatnya. 

"Kalau hanya joget-joget saja sih, aku juga bisa lebih baik!" ujar unta dengan nada ketus dan sombong. 

Sadar tak ada yang memerhatikan ucapannya, unta pun merencanakan sesuatu yang tak terduga. 

Tanpa disuruh oleh sang Raja Hutan, Unta mencoba mengambil alih panggung dengan mencoba menari seperti monyet. 

"Lihatlah semuanya! Aku juga bisa menari dengan baik seperti monyet, bahkan kemampuanku jauh lebih mahir daripada monyet!" teriak unta kepada para hadirin di hadapannya, termasuk singa. 

Namun bukannya mendapatkan pujian seperti yang diharapkan, penampilan unta justru memperoleh cibiran dari banyak hewan. 

Ketika unta sedang menari, banyak penonton yang merasa terganggu karena terkena bagian tubuh unta yang panjang dan besar.

Bahkan tak hanya melukai hewan biasa, unta juga mengenai bagian hidung sang Raja Hutan karena gerakan tariannya yang begitu dipaksakan.

Sontak, seluruh hewan pun kaget dengan kejadian tersebut.

Emosi singa pun tersulut. Dengan segera, ia menghentikan pesta.

Seluruh hewan merasa kesal pada Unta, karena tariannya membuat suasana pesta menjadi kacau. 

Menyaksikan hal tersebut, Unta pun merasa sedih dan kecewa. 

Kondisi unta yang sangat terpuruk membuat monyet langsung menghampiri sahabatnya. Ia memberikan kata-kata penghibur untuk hati unta yang sedang lara. 

"Kuperhatikan tadi tarianmu sebenarnya sudah cukup bagus, kok! Hanya saja kamu harus menyesuaikan gerakan tarimu dengan ukuran tubuhmu. Supaya penonton tidak ada yang terluka," hibur sang Monyet. 

Monyet berinisiatif mengajarkan unta untuk bisa menari dengan menyesuaikan alunan musik dan tidak mengganggu penghuni hutan yang sedang menonton pertunjukan.

Kegembiraan pesta yang semula berhenti, perlahan kembali bangkit ceria sesaat para hewan melihat penampilan yang menakjubkan dari Monyet dan Unta. 

Sang Raja Hutan pun kembali terhibur dengan tarian mereka berdua. 

Pesta pun kembali diadakan dengan bahagia. 

Dari situlah, akhirnya hubungan persahabatan Monyet dan Unta semakin terjalin erat karena tidak ada perasaan negatif yang terpendam di antara keduanya. Mereka berdua pun berbahagia dan hidup tentram sebagai warga hutan belantara. 

Itulah, Ma, kisah dongeng fabel Monyet dan Unta Peniru yang menyimpan banyak makna. 

Moral dari cerita ini adalah kita tidak boleh merasa iri jika ada orang lain yang berhasil mencapai sesuatu, apalagi jika itu adalah teman dekat kita sendiri. Ikutlah berbahagia bersama mereka untuk merayakan momen berharga tersebut. Apresiasi kemampuannya.

Apabila kita belum sukses seperti mereka, percayalah bahwa setiap orang memiliki waktu dan jalan kesuksesannya masing-masing. Setiap dari kita menyimpan potensi serta bakat yang luar biasa dan tentunya dengan cara yang berbeda-beda, ya, Ma!

"Monyet, sebenarnya aku tidak terlalu benar-benar ingin terlihat pandai menari. Aku hanya tidak suka ketika kamu terlalu mendapatkan banyak pujian. Aku pun ingin mendapatkan perhatian sepertimu." ungkap unta sambil sedikit terisak. 

"Terima kasih sudah jujur kepadaku, Unta," ujar Monyet.

"Maafkan aku telah mengacaukan penampilanmu ya," pinta Unta.

"Tidak apa-apa, Unta! Aku terima permintaan maafmu. Sekarang, bagaimana jika aku mengajarimu beberapa gerakan dan kita menari bersama?"

Unta yang mendengarnya langsung menerima ajakan si Monyet. Dengan cepat, ia belajar gerakan yang sesuai dengan ukuran tubuhnya.

Berikut tadi dongeng Monyet dan Unta Peniru. Mendengarkan dongeng bertema fabel berikut tadi bisa meningkatkan daya imajinasi anak.