7 Kesalahan Pola Asuh Orangtua Protektif pada Anak

Berisiko membuat anak menjadi pembohong, dan kurang memiliki kompetensi sosial

13 November 2023

7 Kesalahan Pola Asuh Orangtua Protektif Anak
Freepik/peoplecreations

Sebagai orangtua, dorongan untuk melindungi anak adalah sesuatu yang naluriah. Baik melindungi fisik, maupun perasaan si Kecil dari berbagai macam hal yang bisa menyakitinya.

Namun, pernahkah Mama dan Papa memberikan perlindungan yang terlalu berlebih hingga membuat anak merasa terkekang?

Biasa disebut sebagai tipe pola asuh protektif, dan seringkali banyak orangtua yang tanpa sadar menerapkan pola asuh ini.

Karena dilakukan tanpa sadar, orangtua akan merasa apa yang dilakukan adalah benar, dan dilakukan demi kebaikan sang anak. Padahal, pola pengasuhan yang overprotective juga tidak baik lho, Ma.

Disadari atau tidak, inilah beberapa kesalahan pola asuh orangtua protektif pada anak juga akan membawa dampak negatif pada si Kecil. Mari memahami lebih dalam bersama Popmama.com.

1. Sulit belajar untuk menghadapi masalah hidup

1. Sulit belajar menghadapi masalah hidup
Pinterest.com/creativemarket

Memang benar, tidak ada orangtua yang ingin melihat anaknya mengalami kegagalan. Namun, bukankah kegagalan adalah awal mula pembelajaran dimulai?

Peran orangtua adalah sebagai pemandu, yang harus membekali anak dengan berbagai ilmu untuk menjalani hidup di dunia. Orangtua bukanlah sosok pelindung yang bisa menjaga anak terus menerus.

Biarkan anak untuk merasakan kegagalan, sehingga ia bisa belajar mengatasi masalahnya sendiri, dan lebih bijak menjalani hidup.

Jika anak terus dilindungi oleh orangtua, bukan tidak mungkin ia tumbuh dengan rasa percaya diri yang rendah, dan tidak memiliki mentalitas kuat saat dihadapkan dengan masalah hidup.

2. Anak jadi mudah berbohong

2. Anak jadi mudah berbohong
Pexels/Karolina Grabowska

Saat orangtua menjadi overprotective, ini akan membatasi ruang bergerak anak. Mereka jadi tidak bebas dalam berekspresi, bermain, atau mempelajari sesuatu.

Akibatnya, anak akan mencari celah agar bisa mencoba apa yang mereka inginkan, yaitu dengan cara berbohong.

Selain itu, berbohong juga menjadi cara si Kecil lepas dari hukuman yang diterapkan orangtua jika mereka melakukan hal yang tidak sesuai dengan aturan orangtua.

Si Kecil perlu merasakan kebebasan agar tidak memilih berbohong kepada Mama dan Papa.

Editors' Pick

3. Anak tumbuh dengan rasa takut

3. Anak tumbuh rasa takut
Freepik/Zinkevych
Ilustrasi

Orangtua yang overprotective biasanya akan memonitor segala aspek kehidupan anak, dan menjadi sosok micromanaging di mata si Kecil. Hal ini akan berdampak negatif pada si Kecil, dan menimbulkan perasaan takut, gugup, cemas, dan mudah menjadi korban bully.

Anak kehilangan ruang untuk eksplorasi, dan tumbuh dalam ketakutan. Padahal, saat anak beranjak dewasa, mereka seharusnya tumbuh dengan perasaan aman yang menjadi modal untuk bersosialisasi.

4. Berisiko mengidap Skizofrenia

4. Berisiko mengidap Skizofrenia
Unsplash/Camille Minouflet

Skizofrenia adalah sebuah kelainan yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir, merasakan dan berperilaku dengan jelas.

Penyebab pastinya memang belum ditemukan, namun faktor kombinasi genetika, lingkungan, dan perubahan kimia serta struktur otak menjadi pemicu munculnya skizofrenia.

Seorang psikiatri bernama Junpei Ishii yang berasal dari Katsushika Medical Center di Jepang melakukan penelitian terhadap pasien Skizofrenia. Hasilnya, 35% pasien yang diasuh secara overprotective ditemukan susah untuk sembuh dari penyakit ini.

5. Tidak memiliki banyak teman dalam pergaulan

5. Tidak memiliki banyak teman dalam pergaulan
Freepik

Besar dalam pola asuh overprotective membuat orangtua secara tidak sadar membatasi pergaulan si Kecil.

Kebanyakan orangtua akan mengontrol interaksi anak dengan sekitar. Akibatnya, anak akan sulit untuk mengelola persahabatan.

Bukan hanya akan memiliki sedikit teman, namun hal ini juga berisiko si Kecil sulit beradaptasi dengan lingkungan lain dan memiliki keterampilan sosial yang kurang kompeten.

6. Membuat anak menjadi ketergantungan terhadap orangtua

6. Membuat anak menjadi ketergantungan terhadap orangtua
Freepik/freepik

Bagi si Kecil, orangtua menjadi sosok yang selalu ada dan siap sedia membantu dalam kondisi apapun. Anak tidak mengenal sosok selain orangtua yang bisa diandalkan. Di satu sisi, mungkin hal ini ada baiknya karena anak akan selalu kembali kepada orangtua.

Namun di sisi lain, perlu juga diingat bahwa orangtua juga tidak selamanya hidup di dunia. Melihat fakta ini, tentu orangtua harus mulai mengajarkan ilmu hidup yang bisa menjadi bekal saat nanti mereka tidak bisa terus mendampingi si Kecil.

7. Anak tumbuh narsis dan penuh kesombongan

7. Anak tumbuh narsis penuh kesombongan
mindsparklearning.com

Salah satu sifat buruk yang bisa tumbuh dari anak yang dibesarkan dalam pola asuh overprotective adalah anak mengembangkan perilaku narsistik atau arogan.

Perhatian, bantuan, dan penjagaan yang berlebihan dari orangtua membuat anak cenderung menganggap remeh segalanya.

Banyak psikolog menemukan bahwa ketika respons orang tua tidak diberikan pada tingkat yang sesuai dengan usianya, anak, cenderung mengembangkan sifat narsistik.

Seperti kata pepatah, you only live once. Biarkan anak tumbuh dengan bahagia dan memiliki ruang eksplorasi yang memadai agar mampu mencoba banyak hal.

Segala kejadian yang ia alami akan memberikan pelajaran tersendiri, yang mungkin tidak didapatkan di sekolah.

Pelajaran hidup begitu berharga, maka jangan batasi anak untuk menjalani hidup yang mereka impikan.

Baca juga:

The Latest