Coba perhatikan si Kecil dan amati kebiasaannya. Apakah ia sering tiba-tiba memanjat sofa atau lemari, menabrakkan diri ke benda-benda di sekitarnya, menyender dan bermanja pada orang lain, menggigit baju, menendang perabot, atau berlari ke sana ke mari tanpa henti—pokoknya, tidak bisa diam?
Meskipun sudah diminta berhenti, ia tetap mengulanginya, seolah tidak sadar dengan apa yang ia lakukan. Kira-kira, kenapa ya?
Mama perlu mengetahui: dalam proses mencari stimulasi tambahan, anak bisa menunjukkan berbagai perilaku yang cukup mengganggu.
Perilaku ini bisa memengaruhi rutinitas sehari-hari, termasuk saat belajar di sekolah, mengurangi fokus, dan bahkan mengganggu orang-orang di sekitarnya.
Tubuh anak secara alami tahu apa yang dibutuhkannya, termasuk dalam hal kebutuhan sensorik. Anak yang memerlukan lebih banyak stimulasi sensorik akan secara otomatis mencarinya.
Saat kebutuhan sensorik tidak terpenuhi, anak akan melakukan berbagai cara untuk memenuhinya. Perilaku seperti yang sudah disebutkan tadi adalah contoh dari manifestasi kebutuhan tersebut.
Dalam beberapa kasus, kebutuhan itu bisa terpenuhi dengan cara yang kurang baik, seperti memukul teman. Tentu Mama tidak ingin hal seperti ini terjadi, bukan?
Karena itu, Mama bisa membantu memenuhi kebutuhan sensorik si Kecil dengan menawarkan berbagai aktivitas yang sesuai. Merencanakan aktivitas-aktivitas ini bukan hanya akan membantu memenuhi kebutuhannya, tapi juga membuat anak menjadi lebih tenang dan fokus.
Catat ya, Ma:
Idealnya, anak membutuhkan 5–10 menit aktivitas sensorik setiap 1–2 jam. Selain itu, mereka juga memerlukan total 90 menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang hingga tinggi setiap harinya.
Di artikel ini, Popmama.com akan membagikan 7 kegiatan tambahan untuk anak sensory seekers. Simak artikelnya, ya, Ma! Siapa tahu, aktivitas ini bisa jadi alternatif untuk Mama lakukan di rumah.
