7 Cara Menegur Anak Tanpa Membuatnya Sakit Hati dan Rendah Diri

Anak akan lebih mudah menerima apabila menegur dilakukan dengan cara yang tepat

6 Januari 2023

7 Cara Menegur Anak Tanpa Membuat Sakit Hati Rendah Diri
Pexels/Ketut Subiyanto

Semua anak pasti pernah melakukan kesalahan. Wajar saja jika begitu, karena sejatinya setiap manusia tidak akan lepas dari celah untuk berbuat salah.

Hal terpenting adalah bagaimana reaksi orangtua saat si Kecil melakukan tindakan yang kurang baik. Tentu, kita tidak ingin anak terus-menerus mengulang kesalahan yang sama, apalagi jika semakin parah. 

Sudah menjadi peran penting bagi orangtua untuk bisa mendisiplinkan perbuatan anak.

Perkara menegur, orangtua tidak boleh sembarangan. Mungkin karena sudah terlampau kesal, seringkali kita meluapkan emosi. Namun sejatinya, marah tidak menyelesaikan masalah.

Esensialnya, menegur bukan untuk mengeluarkan amarah. Perasaan anak juga harus dihargai. Dibutuhkan cara yang tepat dalam menegur agar anak bisa mengoreksi diri.

Berikut Popmama.com telah merangkum cara menegur anak tanpa buat sakit hati!

1. Bersikaplah tegas bukan keras

1. Bersikaplah tegas bukan keras
Pexels/Yan Krukov

Tegas bukan berarti Mama harus memakai cara yang ditakuti oleh anak. Tunjukkan ekspresi muka yang serius dan gaya bicara yang lugas. 

Hindari memberi peringatan kepada anak dengan memakai kekerasan seperti melempar barang, memukul, atau bentuk kekerasan lainnya. 

Ingatlah bahwa tujuan memberikan teguran bukan untuk membuat anak takut pada orangtua. Bila Mama menggunakan perilaku yang keras, maka anak justru akan menjauhi orang tuanya karena merasa sakit hati. 

Selain itu, cara Mama dalam mengendalikan emosi juga menjadi cerminan bagi anak. Apabila Mama kasar ketika menghadapi masalah, maka bisa jadi anak akan mencontohnya di kemudian hari.

2. Perjelas inti masalahnya kepada anak

2. Perjelas inti masalah kepada anak
Pexels/Ron Lach

Ajak anak untuk bercakap di tempat yang tenang. Duduklah bersama dan saling berhadapan. Mulailah obrolan dengan bertanya apakah anak sudah menyadari tentang kesalahannya.

Jawaban anak untuk pertanyaan tersebut akan mengarahkan bagaimana tindakan Mama selanjutnya.

Jika anak telah menyadari, dengarkanlah pendapatnya. Biarkanlah dia berbicara sampai akhir dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Namun jika anak mama belum menyadari masalahnya, Mama harus menjelaskannya dengan sabar. Pelan-pelan, buat anak mengerti bahwa perbuatannya bukanlah tindakan terpuji.

Apabila anak telah selesai berbicara atau setelah sudah menyadari kesalahannya, Mama bisa memperjelas inti permasalahannya. Anak juga perlu mengetahui konsekuensi dari kesalahannya.

Editors' Pick

3. Gunakan kata-kata yang baik

3. Gunakan kata-kata baik
Pexels/RODNAE Productions

Walau mungkin Mama tersulut emosi pada saat itu, tetaplah kendalikan amarah dan pilihlah kata-kata yang baik. 

Pemilihan kata-kata yang kasar kepada anak hanya membuatnya merasa takut. Menghina anak juga bukanlah cara bijak untuk menyadarkan kesalahannya.

Justru, anak yang dicerca dengan hinaan apalagi dari orang tuanya sendiri akan mengalami kecemasan, merasa tidak berharga, dan menyurutkan kepercayaan dirinya.

Maka dari itu, Mama perlu menegur anak dengan kata-kata yang baik, sehingga anak pun lebih tulus dalam mendengarkan dan menerima teguran dengan sepenuh hati. 

4. Jaga nada bicara

4. Jaga nada bicara
Freepik/master1305
Ilustrasi

Saat Mama melihat kesalahan anak, bisa jadi Mama sontak berteriak atau menggertak dengan nada tinggi untuk menghentikan aktivitasnya.

Namun, jangan menggunakan nada tinggi tersebut secara berkelanjutan, ya, Ma! Karena menegur dengan nada membentak memiliki dampak jangka panjang yang berkaitan dengan karakter anak.

Anak yang selalu dibentak akan memiliki watak yang keras dan susah dikendalikan. Terlebih apabila Mama melakukannya di hadapan banyak orang, anak akan merasa dipermalukan.Akhirnya, ia tumbuh menjadi orang yang ketakutan, kurang percaya diri, dan merasa rendah diri.

Selain itu, membentaknya di depan umum malah akan membuat anak membenci orangtua nya sendiri dan bukan introspeksi diri.

5. Tegur perilakunya, bukan emosinya

5. Tegur perilakunya, bukan emosinya
Freepik/author

Ketika anak tahu bahwa dirinya telah melakukan kesalahan, biasanya dia akan menunjukkan emosi alamiah seperti menangis. Saat sedang begitu, jangan tahan emosinya, ya, Ma!

Biarkan anak menangis. Bukanlah hal yang salah apabila anak merasa sedih dan ingin mengeluarkan air matanya. 

Tegurlah anak saat ia sudah lebih tenang. Jangan ungkit tangisannya sebagai sebuah kesalahan. Fokuslah pada kesalahan yang terjadi sebelumnya. 

6. Jangan ungkit kesalahan anak di masa lalu

6. Jangan ungkit kesalahan anak masa lalu
Amazonaws

Mengingatkan kembali kesalahan anak sebelumnya hanya membuat suasana menjadi runyam. Anak menjadi lebih sulit untuk menerima teguran setelah ia mendengar Mama membahas perbuatannya di masa lalu.

Bukannya introspeksi, anak akan cenderung merasa tidak dihargai. Apalagi ketika dirinya sudah berusaha untuk berubah. Ia malah akan menilai dirinya sendiri gagal. 

Fokuslah untuk membahas kesalahannya saat itu. Jangan memperbesar topik yang tidak relevan, itu hanya akan membuat masalah jadi terbelit-belit. 

7. Bantu anak memperbaiki kesalahan

7. Bantu anak memperbaiki kesalahan
Freepik/prostooleh

Setelah anak sudah memahami letak kesalahannya, bukalah diskusi antara orangtua dan anak. Bicarakan tentang bagaimana solusi yang baik untuk memperbaiki kesalahan mereka. 

Pastikan anak tahu bahwa dirinya tidak ditinggalkan sendirian. Saat anak melakukan kesalahan, ada porsi tanggungjawab juga pada diri orangtua. 

Sebagai pendampingnya, orangtua perlu memberikan petunjuk bagi anak untuk menyelesaikan masalah dari kesalahan yang telah diperbuat.

Itulah 7 cara menegur anak tanpa membuatnya sakit hati dan rendah diri yang bisa mulai Mama terapkan dari sekarang. 

Mendisiplinkan anak secara tegas adalah tugas kita semua sebagai orangtua. Namun tegas tidak harus didatangkan dari perilaku yang keras. Pahami perasaan anak, maka anak akan lebih mudah memahami pesan kasih sayang kita.

Baca juga:

The Latest