1. Anak belum berpikir seperti orang dewasa
Si Kecil bukan “versi mini orang dewasa”. Cara berpikir, memahami masalah, dan menilai situasi masih sangat sederhana. Jadi ketika merasa kewalahan, memukul bisa muncul sebagai reaksi spontan.
2. Perilaku anak masih sesuai tahap perkembangannya
Tindakan impulsif seperti memukul sebenarnya wajar di tahap ini. Anak masih belajar mengenali emosi dan belum tahu cara merespons secara tepat.
3. Rasa empati belum berkembang sepenuhnya
Kemampuan untuk memahami perasaan orang lain belum stabil. Karena itu, anak belum sepenuhnya menangkap bahwa orang lain bisa terluka secara emosional.
4. Anak belum memahami bahwa memukul itu menyakitkan
Konsep “menyakiti seseorang” masih abstrak. Si Kecil tidak selalu mengerti bahwa pukulan membuat orang lain merasa sakit, baik secara fisik maupun perasaan.
5. Otak anak masih berkembang pesat
Bagian otak yang mengatur logika, kontrol diri, dan kemampuan menahan impuls belum matang. Inilah yang membuat tindakan spontan seperti memukul lebih mudah terjadi.
6. Perhatian negatif tetap terasa seperti perhatian
Bagi anak, perhatian adalah perhatian yang baik positif maupun negatif. Ketika memukul membuat orang dewasa bereaksi besar, hal itu bisa dianggap menarik dan ingin diulang.
7. Perasaan anak bisa terluka
Ketika merasa kecewa, kesal, atau tersinggung, si Kecil belum mampu mengatur ledakan emosinya. Memukul menjadi bentuk respons ketika perasaan sulit disampaikan.
8. Komunikasi anak masih terbatas
Saat kosakata belum cukup untuk menyampaikan keinginan, emosi, atau kebutuhannya, anak mencari cara lain untuk mengekspresikan diri. Salah satu yang muncul adalah memukul.
9. Kontrol impuls masih rendah
Mengendalikan dorongan untuk memukul membutuhkan kemampuan yang belum berkembang penuh. Ini membuat reaksi fisik lebih cepat muncul dibandingkan kata-kata.
10. Keterampilan sosial belum matang
Si Kecil masih belajar memahami aturan bermain, berbagi, atau menunggu giliran. Ketika situasi sosial terasa membingungkan, memukul menjadi respon spontan.
11. Anak belum memiliki kata-kata untuk mengekspresikan keinginan
Ketika kebutuhan atau keinginan tidak bisa disampaikan lewat bahasa verbal, anak menggunakan cara lain untuk “bicara”. Terkadang, caranya adalah memukul.