Dampak Anak Sering Diancam oleh Orangtua, Bisa Benci dan Tidak Percaya

Ada banyak dampak negatif dari sering mengancam anak bisa terbawa hingga ia dewasa

30 September 2023

Dampak Anak Sering Diancam oleh Orangtua, Bisa Benci Tidak Percaya
Pexels/Monstera Production

Banyak cara parenting yang bisa dilakukan orangtua kepada anak. Namun, jangan sampai gaya parenting orangtua bisa menekan emosi anak. Salah satunya adalah gaya parenting dengan ancaman yang memiliki dampak tertentu, lho.

Anak yang sering diancam oleh orangtua dapat mengalami berbagai dampak negatif, baik secara emosional maupun psikologis. Adapun dampaknya mulai dari stres dan kecemasan hingga kekurangan hubungan sosial.

Berikut Popmama.com rangkum dampak anak sering diancam oleh orangtua, jangan sampai dilakukan ya!

1. Merasa tidak aman secara emosional

1. Merasa tidak aman secara emosional
Freepik/master1305

Ini merupakan kondisi ketika seorang anak merasa tidak aman secara emosional dalam lingkungan keluarganya. Dalam konteks ini, ancaman yang sering dari orangtua dapat menciptakan ketidakamanan emosional.

Dampaknya bisa sangat merusak pada perkembangan dan kesejahteraan anak, dan ini dapat berlangsung hingga masa dewasa. Ancaman yang sering bisa menciptakan ketidakpastian dalam pikiran anak.

Mereka mungkin tidak yakin apa yang akan terjadi selanjutnya atau bagaimana mereka harus berperilaku untuk menghindari ancaman. Ketidakpastian ini bisa memengaruhi perkembangan kepercayaan diri mereka.

Orangtua yang sering mengancam anak dapat membuatnya mengalami fluktuasi emosi yang besar. Mereka mungkin menjadi mudah marah, gelisah, atau murung. Ketidakstabilan emosi ini dapat mengganggu konsentrasi mereka dalam aktivitas sehari-hari

2. Anak bisa stres dan kerap merasa cemas

2. Anak bisa stres kerap merasa cemas
Freepik/user15285612
Ilustrasi anak menangis

Stres adalah respons alami tubuh terhadap situasi yang dianggap sebagai ancaman atau tekanan. Ketika seorang anak sering diancam oleh orangtuanya, mereka dapat mengalami stres yang berkelanjutan.

Secara fisik, dapat menyebabkan perubahan seperti peningkatan denyut jantung, pernapasan yang cepat, peningkatan tekanan darah, dan ketegangan otot. Secara psikologis anak merasa khawatir, tegang, dan tidak nyaman secara konstan.

Kecemasan adalah perasaan takut atau cemas yang berlebihan dalam menghadapi situasi atau peristiwa tertentu. Anak yang sering diancam oleh orangtuanya dapat mengalami kecemasan yang signifikan.

Rasa cemas yang berkepanjangan dapat berdampak negatif pada perkembangan anak, termasuk dalam hal akademik, sosial, dan emosional. Ini juga bisa menjadi tanda bahwa anak membutuhkan bantuan profesional dari seorang psikolog atau terapis untuk mengatasi kecemasan mereka.

Editors' Pick

3. Percaya diri anak bisa rendah

3. Percaya diri anak bisa rendah
Freepik/karlyukav
Ilustrasi

Anak yang sering diancam menginternalisasi pesan-pesan negatif yang mereka terima dari orangtua. Mereka merasa tidak cukup baik atau berharga, karena terus-menerus diberi perasaan selalu salah atau tidak mampu. Hal ini dapat menyebabkan perasaan tidak berharga yang mendalam.

Anak yang tidak merasa aman di rumah karena ancaman orangtua cenderung memiliki kurangnya keyakinan diri. Mereka mungkin ragu-ragu dalam mengambil keputusan, merasa tidak mampu menghadapi tantangan, dan tidak percaya pada kemampuan mereka sendiri.

Selain itu efek panjangnya membuat anak mungkin menjadi sangat tergantung pada pendapat orang lain. Dampaknya dapat mengarah pada hubungan antar-personal yang tidak sehat dan menghambat pengembangan identitas yang kuat.

4. Berperilaku agresif atau menarik diri

4. Berperilaku agresif atau menarik diri
Freepik

Perilaku agresif atau menarik diri adalah dua respons yang mungkin muncul pada anak yang sering diancam oleh orangtua. Respons ini mencerminkan cara anak mencoba mengatasi stres, tekanan, atau ketidakamanan emosional yang mereka alami akibat ancaman orangtua.

Beberapa anak mungkin merespon ancaman dan ketegangan di rumah dengan perilaku agresif. Mereka menjadi mudah marah, bertindak kasar terhadap teman sebaya atau saudara kandung, atau bahkan melampiaskan kefrustrasian mereka dengan merusak barang-barang.

Perilaku agresif seringkali merupakan bentuk ekspresi dari stres yang mereka rasakan, dan ini dapat berdampak buruk pada hubungan sosial mereka serta prestasi sekolah.

Namun, di sisi lain beberapa anak mungkin merespon ancaman dengan menarik diri dan mengisolasi diri dari lingkungan sosial mereka. Mereka mungkin merasa lebih aman ketika mereka tidak berinteraksi dengan orang lain, termasuk teman sebaya.

Hal ini dapat menyebabkan masalah dalam membangun hubungan sosial yang sehat dan mengganggu perkembangan sosial dan emosional mereka. Anak yang menarik diri juga bisa merasa kesepian dan terasing.

5. Tidak akur dan punya sikap negatif terhadap orangtua

5. Tidak akur pu sikap negatif terhadap orangtua
Freepik/pixfly

Sikap anak terhadap orangtua mereka dapat sangat dipengaruhi oleh pengalaman sering diancam. Anak yang sering mengalami ancaman dan ketegangan dari orangtua dapat mengembangkan sikap yang kompleks.

Pertama, anak tersebut mungkin mengembangkan rasa ketakutan atau ketidakamanan terhadap orangtua mereka. Anak bisa melihat orangtua sebagai sumber ancaman dan kecemasan, yang dapat mengganggu hubungan orangtua-anak yang sehat dan positif.

Selain itu, anak mungkin merasa sulit untuk percaya pada orangtua mereka atau merasa tidak nyaman dalam berinteraksi dengan mereka.

Di sisi lain, beberapa anak mengembangkan rasa kemarahan atau ketidaksetujuan terhadap orangtua mereka. Anak bisa merasa marah atas perlakuan orangtua yang merendahkan atau mengancam mereka, dan ini bisa mengakibatkan konflik dalam keluarga.

Terkadang, anak mungkin merasa sulit untuk menghormati atau menghargai orangtua mereka jika mereka merasa tidak dihormati atau dihargai dalam keluarga mereka.

6. Alasan orangtua bisa sering mengancam anak, jangan diteruskan!

6. Alasan orangtua bisa sering mengancam anak, jangan diteruskan
Freepik/jcomp
onerror="this.src='https://hikaru.popmama.com/images/image-not-found.png';

Orangtua dapat mengancam anak dengan berbagai alasan, padahal menggunakan ancaman sebagai alat pengasuhan tidak efektif dan dapat berdampak negatif pada perkembangan si Kecil.

Kendala orangtua yang tidak memiliki keterampilan pengasuhan yang memadai bisa jadi salah satunya. Orangtua bisa merasa frustasi atau tidak tahu cara mengatasi perilaku anak. Sehingga mengandalkan ancaman sebagai cara untuk mengontrol atau mendisiplinkan anak.

Orangtua yang merasa stres atau cemas dalam kehidupan cenderung mengalihkan stres ke anak-anak mereka. Bisa juga karena tradisi atau pola pengasuhan yang diteruskan dalam keluarga sebelumnya.

Di mana ancaman adalah cara umum untuk mendidik anak-anak. Mereka mungkin meneruskan pola pengasuhan yang mereka pelajari dari orangtua tanpa menyadari bahwa ada cara yang lebih baik dan lebih positif untuk mendidik anak.

Orangtua mungkin merasa kesal dan kurang sabar ketika anak-anak mereka melakukan kesalahan atau tidak mematuhi peraturan. Mereka mungkin mencoba menggunakan ancaman sebagai cara cepat untuk mengendalikan situasi daripada berinvestasi waktu dan upaya untuk mengajarkan anak dengan cara yang lebih positif.

7. Ganti ancaman ke bentuk kalimat logis, lebih efektif lho!

7. Ganti ancaman ke bentuk kalimat logis, lebih efektif
Freepik/Jcomp

Mengganti ancaman dengan kalimat logis menjadi pendekatan yang lebih positif. Ini dapat membantu membangun hubungan yang sehat antara orangtua dan anak, serta membantu anak belajar dari pengalaman mereka.

Berikut adalah beberapa contoh cara mengganti ancaman dengan kalimat yang lebih logis dan positif:

  • Ancaman: "Jika kamu tidak segera berhenti berteriak, mama akan menghukummu."
  • Kalimat logis: "Kita harus berbicara dengan tenang dan mendengarkan satu sama lain."

 

  • Ancaman: "Kalau kamu tidak segera bereskan mainanmu, papa akan membuang semuanya."
  • Kalimat logis: "Kita perlu menjaga rumah kita tetap rapi. Mari bersama-sama merapikan mainan sebelum makan malam."

 

  • Ancaman: "Jika kamu tidak segera berhenti menangis, mama akan meninggalkan kamu sendirian."
  • Kalimat logis: "Kenapa kamu sedih? Yuk bicara sama mama dan cari tahu apa yang bisa membuatmu merasa lebih baik."

 

  • Ancaman: "Jika tidak segera makan sayuran, kamu tidak akan mendapatkan camilan."
  • Kalimat logis: "Makan sayur-sayuran itu penting lho untuk pertumbuhan dan kesehatan kita. Kita coba makan sedikit sayuran dulu sebelum makan camilan ya."

 

  • Ancaman: "Jika kamu tidak segera tidur, aku akan memberimu hukuman besok."
  • Kalimat logis: "Tidur yang cukup penting agar kita merasa segar dan siap besoknya. Kalau tidur sekarang besok kita bisa bangun dengan semangat."

Menggunakan kalimat logis dan pendekatan yang positif dapat membantu anak memahami konsekuensi dari tindakan mereka tanpa perlu menakut-nakuti.

Ini juga membuka pintu untuk komunikasi yang lebih baik antara orangtua dan anak, yang merupakan bagian penting dari pendidikan dan perkembangan anak yang sehat.

Itulah tadi dampak anak sering diancam oleh orangtua. Mungkin 2-3 kali kita keceplosan masih tidak apa-apa. Jangan diteruskan karena bisa memengaruhi perilaku dan karakter anak di masa dewasanya.

Baca juga:

The Latest