12 Daftar Film Marissa Haque, Artis Era 80-an

Kembang Semusim (1980) merupakan film debut Marissa Haque di industri perfilman tanah air. Film yang disutradarai oleh MT Risyaf ini bercerita tentang Farida (Mieke Wijaya) yang bercerai dengan suaminya.

Kemudian Mirna (Marissa Haque) yang merupakan anak satu-satunya Farida pun tinggal bersama sang nenek di Sumatra karena Farida menikah kembali dengan seorang duda bernama Wijaya (Rachmat Hidayat).

Suatu saat, Mirna ingin menemui keluarga sang Mama namun disambut dengan dingin. Pacar Mirna (Rano Karno) ternyata juga dipacari oleh saudara tiri Mirna. Keadaan Mirna yang cukup mendapat tekanan dari banyak pihak ini membuat cerita ini menarik untuk ditonton.

Bawalah Aku Pergi (1981) merupakan film yang dibintangi oleh Marissa Haque dengan Roy Marten. Film ini bercerita tentang Abdul Rauf (Roy Marten), seorang pengarang novel yang mencari inspirasi dengan pergi ke daerah Vietkong, Vietnam.

Perjalanannya di Vietnam sangat kelam sebab ia kehilangan seorang kawan akibat perang Vietnam. Ia kemudian pergi ke singapura dan bertemu dengan Kartika (Marissa Haque).

Keduanya kemudian saling mencinta namun tidak mendapat restu. Setelah membaca novel karya Rauf, keluarga Kartika kemudian memberi restu.

Tangkuban Perahu (1982) merupakan film yang dibuat dari adaptasi kisah legenda dengan judul yang sama. Dalam film tersebut, Marissa Haque berperan sebagai Dayang Sumbi.

Film ini disutradarai Lilik Sudjio dengan kisah yang sama, yakni legenda yang menceritakan Dayang Sumbi menikah dengan seekor anjing dan akhirnya kelak jatuh cinta dengan Sangkuriang. Usut punya usut, ternyata Sangkuriang merupakan anaknya sendiri dan keadaan menjadi kian rumit.

Marissa Haque juga main film yang bertemakan horror lewat Hutan Karma (1982). Dalam film tersebut, ia berperan sebagai Fitri yang merupakan istri yang tinggal di rumah angker.

Film ini bercerita tentang keluarga kaya yang hidupnya terganggu oleh kejadian-kejadian supranatural setelah mereka mengambil alih rumah besar. Diketahui sebelumnya rumah tersebut dihuni oleh seseorang yang memiliki latar belakang ilmu hitam. 

Film Marissa Haque selanjutnya yang berjudul Kamp Tawanan Wanita (1983) bercerita tentang sekelompok wanita Indonesia yang ditahan di sebuah kamp tawanan oleh tentara Jepang.

Film ini menunjukkan solidaritas dan keberanian para wanita dalam melawan penderitaan mereka. Dalam film tersebut, Marissa Haque berperan sebagai Amelia yang merupakan salah satu tawanan yang mendapat perlakuan tidak manusiawi selama di dalam kamp.

Tinggal Landas buat Kekasih (1984) merupakan film yang mengantarkan Marissa Haque mendapat Piala Citra di Festival Film Indonesia. Film ini bercerita tentang Rumah tangga Wimar (Sophan Sophiaan) dan Titi (Tatiek Wardiono) yang retak setelah putra mereka tewas dalam pesawat latih.

Masalah baru timbul saat Lia yang bingung dan frustasi karena hamil di luar nikah dengan Dedy (Ikang Fawzi). la berusaha menggugurkan kandungannya tetapi malah dirawat di rumah sakit dan bertemu keluarganya.

Asmara di Balik Pintu (1984) merupakan film Marisaa Haque yang juga dengan lawan main Rano Karno. Dikisahkan Andika (Rano Karno) berhasil menjadi arsitek berkat bantuan sang Kakak, Rendy (Kaharuddin Syah).

Namun Andika kehilangan ingatan saat melihat pacarnya, Melisa (Marissa Haque) meninggal dunia akibat dirudapaksa. Suatu saat, Rendy berjumpa dengan Nisye, seorang pramuria yang akhirnya membantu memulihkan ingatan Andika.

Selanjutnya Marissa Haque juga membintangi film Melintas Badai (1985). Film ini bercerita tentang Santi (Marissa Haque), seorang perempuan muda yang hidupnya penuh dengan lika-liku dalam urusan cinta dan keluarga. 

Santi memiliki hubungan dengan Budi (Cok SImbara), namun hubungan keduanya tidak berjalan mulus sebab adanya perbedaan latar belakang dan tekanan dari keluarga. Di sisi lain, Roni (Ray Sahetapy) juga mencintai Santi dan berusaha merebut hatinya.

Matahari-Matahari (1985) merupakan film Marissa Haque yang bercerita tentang Warga (Wawan Wanisar) dengan istrinya yang bisu, Iyom (Marissa Haque) pindah ke Jakarta akibat kemiskinan.

Saat berada di ibukota, rumah tangganya justru terancam karena Iyom dituduh berselingkuh sedangkan Warga akhirnya meninggalkan anak istrinya dan beralih menjadi pembunuh bayaran.

Film Marissa Haque selanjutnya yakni Biarkan Bulan itu (1986) yang menceritakan Dewi (Marissa Haque) yang jatuh cinta dengan Dayan (El Manik) yang merupakan bos nya sendiri.

Keduanya problematika dalam urusan cinta dan akhrinya berselingkuh sebab Dayan telah memiliki istri. Bukan tanpa sebab, Dayan merasa istrinya, Anneke (Rima Melati) terlalu sibuk sendiri. Kisah semakin rumit dengan kehadiran Fenco (Ikang Fawzi), teman sekolah Dewi yang baru saja bercerai.

Sepondok Dua Cinta (1990) merupakan film Marissa Haque dimana ia memiliki peran sebagai aktris dan produser. Dikisahkan Dahla (Didi Petet) baru saja cerai dan menikah lagi dengan Nurlela (Eva Arnas).

Tati (Marissa Haque) yang merupakan mantan istri Dahlan tiba-tiba pulang ke rumah karena merasa memiliki hak atas rumah tersebut. Ketiganya kemudian hidup serumah dengan suasanya yang canggung hingga akhirnya berubah menjadi cinta lama bersemi kembali.

Film Yang Tercinta (1991) ini merupakan karya Marissa Haque yang paling terakhir. Ia juga bertugas sebagai produser dalam film ini. Dikisahkan Barli (Ikang Fawzi), wartawan yang didatangi teman lama untuk menemui seorang perempuan bernama Bunga (Marissa Haque) di Amsterdam, Belanda. 

Namun ternyata Bunga telah memiliki calon suami yang bernama Denny (Dolly Martn). Kisah semakin berlanjut kala mengetahui ternyata Bunga dan Denny merupakan saudara sehingga Barli dan Bunga bisa memperjuangkan cinta mereka.

Itu dia beberapa daftar film Marissa Haque yang membuat namanya melejit di industri hiburan tanah air. Lewat film, ia juga akhirnya bertemu dengan pujaan hati yakni Ikang Fawzi.

Selamat jalan Marissa Haque, kita doakan agar mendiang diberi tempat terbaik di sisi-Nya, Ya, Ma. Meski telah berpulang ke Yang Maha Kuasa, karya-karyanya tetap abadi.