Menjelang akhir November 2025, sejumlah wilayah di Sumatera menghadapi banjir besar yang disebut sebagai salah satu bencana hidrometeorologi paling mematikan dalam satu dekade terakhir.
Banjir terjadi akibat hujan ekstrem berkepanjangan, gangguan atmosfer menjelang puncak musim hujan, serta deforestasi di hulu sungai yang mempercepat aliran air menuju pemukiman.
Di Sumatera Utara, situasinya sangat memprihatinkan. 293 orang meninggal, 154 orang hilang, dan lebih dari setengah juta warga mengungsi. Banjir bandang memperparah kondisi karena membawa lumpur dan material kayu dari hulu, membuat proses evakuasi semakin sulit. BNPB mencatat total warga terdampak mencapai 1,7 juta jiwa.
Aceh juga mengalami dampak besar. Wilayah dataran rendah dan sekitar aliran sungai melaporkan genangan yang meluas cepat. 173 orang meninggal, ratusan lainnya hilang, dan lebih dari 1,4 juta penduduk terdampak secara langsung.
Kerusakan infrastruktur semakin memperburuk mobilitas warga karena banyak jembatan dan fasilitas umum rusak berat. Di Sumatera Barat, kombinasi banjir dan longsor melanda kawasan dataran tinggi. Banyak desa terisolasi akibat akses jalan terputus.
Sebanyak 165 orang meninggal dan puluhan lainnya hilang. Jika dijumlahkan dari seluruh provinsi, banjir besar Sumatera 2025 menelan 631 korban jiwa, 472 orang hilang, dan memaksa lebih dari satu juta warga mengungsi.
Total warga terdampak bahkan mencapai 3,32 juta orang, menjadikannya salah satu bencana terbesar di Indonesia tahun ini.