Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
7 Faktor yang Memicu Obesitas dan Diabetes, Males Gerak Penyebab Utama.jpg
Popmama.com/Shalsabhilla Putri

Intinya sih...

  • Kurangnya aktivitas fisik menjadi penyebab utama obesitas dan diabetes

  • Obesitas sentral dan pola makan yang salah meningkatkan risiko obesitas dan diabetes

  • Faktor genetik, hormonal, stres, dan asap rokok juga berkontribusi pada risiko obesitas dan diabetes

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Obesitas dan diabetes termasuk penyakit metabolik kronis. Artinya, keduanya merupakan kondisi jangka panjang yang memengaruhi cara tubuh mengolah energi dan gula darah.

Saat Hari Diabetes Sedunia pada 14 November 2025, Indonesia menghadapi tantangan kesehatan yang kian serius, yakni meningkatnya angka obesitas dan diabetes. 

Menurut IDF Diabetes Atlas 2024, 20,4 juta orang di Indonesia hidup dengan diabetes, dan jumlah ini diperkirakan naik menjadi 28,6 juta pada 2050. Indonesia menempati posisi ke-5 tertinggi di dunia untuk jumlah orang dewasa dengan diabetes.

Penting bagi Mama untuk mulai sadar dan mengenali faktor-faktor yang berpotensi meningkatkan risiko obesitas dan diabetes. Nah, biar lebih waspada, Popmama.com sudah rangkum faktor-faktor risiko yang sebaiknya diperhatikan sejak sekarang! 

1. Kurangnya aktivitas fisik

Freepik

Kurang gerak menjadi penyebab utama obesitas dan diabetes. Duduk lama di kantor atau di depan gadget membuat tubuh sulit membakar kalori, sehingga lemak menumpuk.

Hasil Cek Kesehatan Gratis Kemenkes (CKG) menunjukkan pola hidup sedenter menduduki urutan pertama temuan terbanyak pada masyarakat. Risiko obesitas dan diabetes meningkat seiring waktu bila kebiasaan ini tidak diubah.

“Dari data yang kami dapat, kurangnya aktivitas fisik memang menjadi temuan umum nomor satu di CKG,” ungkap dr. A. Muchtar Nasir, M.Epid, saat acara Diskusi Media dalam rangka Hari Diabetes Sedunia: Obesitas Teratasi, Diabetes Terkendali, di Melawai, Jakarta Selatan, pada Kamis (13/11/2025). 

2. Obesitas dan obesitas sentral

Freepik/rawpixel.com

Kelebihan lemak tubuh, terutama di perut, merupakan masalah serius. Obesitas sentral menjadi pintu masuk bagi berbagai penyakit, termasuk diabetes, penyakit jantung, dan gangguan sendi.

Data menunjukkan sekitar 32% masyarakat Indonesia mengalami obesitas sentral, sedangkan obesitas berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) mencapai 24%. Lingkar perut menjadi indikator penting selain berat badan.

Ukur lingkar perut secara rutin. Perempuan >80 cm dan pria >90 cm perlu waspada dan mulai menerapkan pola hidup sehat.

3. Pola makan yang salah

Freepik

Makanan cepat saji, gorengan, minuman manis, dan karbohidrat berlebihan meningkatkan risiko obesitas dan diabetes. Kadang diet yang dianggap sehat malah salah kaprah, misalnya mengganti nasi dengan mie instan atau gorengan.

“Faktor risiko diet yang dominan di Indonesia meliputi konsumsi makanan tinggi karbohidrat yang berlebihan itu meningkatkan risiko,” jelas dr. Dicky Tahapary, Sp.PD-KEMD, PhD, Ketua Bidang Organisasi Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) sekaligus Ketua Klaster MVA IMERI FKUI.

Pola makan yang tidak seimbang memicu penumpukan lemak dan gula darah tinggi, yang lama-lama bisa menjadi diabetes tipe 2.

4. Faktor genetik / keluarga

Freepik/rawpixel.com

Jika orang tua menderita diabetes, anaknya berisiko 3-6 kali lipat lebih tinggi terkena diabetes. Obesitas juga memiliki komponen genetik yang memengaruhi risiko seseorang.

“Jadi kalau diabetes itu, kalau salah satu orang tuanya diabetes, risiko anaknya terkena diabetes 3 kali lebih tinggi. Nah, kalau kedua orang tuanya diabetes, risiko anak bisa sampai 6 kali,” ungkap dr. Dicky. 

Artinya, faktor keturunan tidak bisa diabaikan. Anak-anak dari keluarga dengan riwayat diabetes perlu lebih perhatian pada pola makan dan gaya hidup sejak dini.

5. Faktor hormonal dan kondisi medis

Freepik/jcomp

Ketidakseimbangan hormon, seperti hormon tiroid atau insulin, dapat memengaruhi berat badan dan metabolisme tubuh, sehingga tubuh lebih mudah menumpuk lemak.

Beberapa obat, misalnya obat anti-peradangan untuk pasien autoimun, juga bisa menyebabkan kenaikan berat badan. Hal ini membuat berat badan sulit turun meski sudah olahraga atau menjaga pola makan.

Pemeriksaan kesehatan rutin penting untuk mendeteksi masalah hormonal sejak dini, agar risiko obesitas dan diabetes bisa ditekan lebih awal.

6. Kurang istirahat dan stres

Freepik/stockking

Kurang tidur dan stres kronis meningkatkan risiko obesitas dan diabetes. Saat stres, hormon kortisol meningkat, memicu nafsu makan tinggi dan penumpukan lemak perut.

Tubuh yang lelah cenderung menyimpan lebih banyak lemak dan sulit membakar kalori. Stres juga bisa membuat seseorang makan berlebihan atau memilih makanan tinggi gula.

Mengatur waktu istirahat dan melakukan teknik relaksasi sederhana, seperti jalan santai atau meditasi, membantu menjaga berat badan dan kesehatan metabolik.

7. Asap rokok

Freepik/nensuria

Pemerintah menyarankan program pola hidup sehat yang disingkat CERDIK. Huruf E dalam akronim CERDIK adalah singkatan dari Enyahkan asap rokok (menghilangkan asap rokok)

Selain menghindari rokok, pola hidup CERDIK juga mencakup pengaturan makan, olahraga rutin, manajemen stres, serta istirahat yang cukup. Dengan menjalani semua komponen ini, risiko obesitas dan diabetes dapat ditekan lebih optimal.

Nah, itu dia faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko obesitas dan diabetes. Dengan mengenali penyebabnya sejak dini, Mama bisa mulai menerapkan pola hidup sehat. 

Ingat, perubahan kecil sehari-hari bisa berdampak besar bagi kesehatan jangka panjang. Yuk, mulai dari sekarang, jaga tubuh dan keluarga agar tetap sehat dan bugar!

Editorial Team