Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
6 Gejala Biduran Menurut Ahli yang Paling Umum Terjadi
istockphoto/PonyWang

Intinya sih...

  • Muncul bentol kemerahan di kulit, bisa bergerombol dan menyebar

  • Rasa gatal intens yang semakin parah di malam hari

  • Pembengkakan di area tertentu (Angioedema), terutama di daerah wajah, bibir, tangan, atau kaki

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Biduran atau urtikaria adalah reaksi kulit yang muncul tiba-tiba dan bisa membuat siapa saja merasa tidak nyaman. Menurut para ahli dermatologi, kondisi ini terjadi ketika tubuh melepas histamin berlebih sebagai respons terhadap pemicu tertentu.

Gejalanya bisa ringan sampai mengganggu aktivitas, bahkan kadang membuat panik kalau muncul di area wajah atau leher. Biasanya gejala ini bisa dapat muncul dan hilang secara perlahan.

Menurut Mayo Clinic, pelepasan histamin inilah yang memicu perubahan pada permukaan kulit sehingga muncul bentol, gatal, dan sensasi panas. Gejala dapat berkembang dalam hitungan menit dan sering berpindah lokasi.

Berikut Popmama.com akan membahas tentang 6 gejala biduran menurut ahli yang paling umum terjadi. Simak pembahasannya berikut ini.

1. Muncul bentol kemerahan di kulit

istockphoto/PonyWang

Menurut ahli dermatologi, gejala paling khas dari biduran adalah munculnya bentol berwarna merah atau merah muda di permukaan kulit. Bentol ini biasanya terasa hangat, agak menonjol, dan bisa membesar dalam hitungan menit.

Bentol tersebut dapat muncul secara bergerombol dan menyebar dari satu area ke area lain. Sensasi rasa dari biduran ini sangat gatal jika secara terus-menerus di garuk dan akan mengakibatkan kelecetan pada area tubuh.

Menurut Mayo Clinic, bentol pada urtikaria biasanya bersifat sementara namun bisa terus berpindah lokasi karena respons tubuh terhadap histamin yang masih berlangsung.

Ukuran bentol sangat bervariasi, mulai dari kecil seperti gigitan serangga hingga berukuran besar. Fenomena “datang-hilang-pindah” inilah yang sering membuat penderita kaget dan mengira kondisi memburuk, padahal itu respons normal pada urtikaria.

2. Rasa gatal intens yang semakin parah di malam hari

istockphoto/AsiaVision

Rasa gatal pada biduran muncul karena iritasi saraf kulit akibat pelepasan histamin. Gatal ini dapat semakin intens ketika tubuh beristirahat.

Menurut American College of Allergy, Asthma & Immunology (ACAAI), histamin adalah mediator utama yang memicu sensasi gatal, panas, dan tidak nyaman pada kulit, terutama pada malam hari ketika suhu tubuh meningkat dan kondisi kamar lebih lembab.

Selain itu, gatal bisa muncul bahkan sebelum bentol terlihat. Kombinasi gatal intens dan rasa panas sering mengganggu tidur, terutama pada penderita yang mengalami urtikaria berulang.

3. Pembengkakan di area tertentu (Angioedema)

istockphoto/romrodinka

Menurut ahli imunologi, biduran dapat memicu angioedema, yaitu pembengkakan di lapisan kulit yang lebih dalam, terutama di daerah wajah, bibir, tangan, atau kaki.

Menurut National Health Service (NHS), angioedema terjadi akibat peradangan yang mencapai jaringan subkutan sehingga menyebabkan area tersebut tampak bengkak, tegang, atau terasa nyeri.

Angioedema biasanya bersifat sementara dan membaik dalam beberapa jam. Namun, bila terjadi pembengkakan di area tenggorokan, gejalanya perlu diwaspadai karena dapat mengganggu pernapasan dan membutuhkan evaluasi medis.

4. Sensasi terbakar atau menyengat pada kulit

istockphoto/N_Saroach

Beberapa penderita biduran juga merasakan sensasi panas, menyengat, atau perih. Rasa panas ini diakibatkan karena adanya gesekan ketika di garuk sehingga menimbulkan sensasi panas dari dalam.

Menurut penelitian Kolkhir dkk. dalam Nature Reviews Disease Primers, respons ini terjadi karena aktivasi sel mast (mast-cell degranulation) yang melepaskan berbagai zat peradangan selain histamin, sehingga memicu sensasi terbakar pada kulit.

Sensasi panas biasanya muncul bersamaan dengan pembesaran bentol. Pada kasus tertentu, sensasi ini dapat bertahan lebih lama daripada bentolnya karena proses peradangan masih aktif meski bentol mulai menghilang.

5. Kulit terlihat seperti bekas garukan yang membesar

istockphoto/Nuttawan Jayawan

Menurut ahli dermatologi klinis, salah satu tanda biduran adalah munculnya garis atau bekas merah panjang seperti bekas garukan, bahkan tanpa benar-benar digaruk. Kondisi ini disebut dermografisme, yaitu reaksi kulit berlebih terhadap tekanan ringan.

Menurut ACAAI, dermografisme merupakan bentuk “physical urticaria” yang dapat muncul hanya beberapa detik setelah kulit mengalami sentuhan ringan atau gesekan.

Pola ini sering disalahpahami sebagai iritasi atau alergi kontak, padahal itu bagian dari reaksi urtikaria. Garis merah tersebut dapat tampak dramatis dan bertahan beberapa menit hingga satu jam sebelum memudar.

6. Gejala bisa muncul dan hilang dalam waktu singkat

istockphoto/Vershinin

Menurut para ahli imunologi, salah satu ciri khas urtikaria adalah gejalanya yang cepat berubah seperti bentol muncul, membesar, lalu hilang dalam waktu singkat.

Menurut studi “Diagnosis and Treatment of Urticaria in Primary Care” (PMC/NCBI), durasi tipikal satu bentol adalah 30 menit hingga beberapa jam, dan bentol baru dapat muncul di area lain meski yang sebelumnya sudah hilang.

Pola “muncul-hilang-pindah” ini bukan berarti alerginya memburuk, tetapi merupakan sifat alami dari urtikaria. Gejala bisa berlangsung satu hari, beberapa hari, atau berulang jika pemicunya masih ada.

Biduran memang terlihat sederhana, tetapi gejalanya bisa cepat berubah dan cukup mengganggu. Menurut para ahli, memahami gejala utama biduran membantu kamu membedakan antara iritasi kulit biasa dengan reaksi alergi yang lebih serius.

Jika gejala muncul terus-menerus, sering kambuh, atau disertai pembengkakan hebat, ahli kesehatan merekomendasikan untuk mencari penanganan segera agar penyebabnya dapat diidentifikasi dan diatasi lebih jelas.

Mulai sekarang, Mama sudah mengetahui 6 gejala biduran menurut ahli yang paling umum terjadi. Maka dari itu, jangan menunda untuk penanganannya ya, Ma!

Editorial Team