Mengenal Cara Meromantisasi Kehidupan, Ini Cara Mengaplikasikannya

Pernah dengar istilah romaticizing life? Simak penjelasannya di bawah ini

24 Juli 2023

Mengenal Cara Meromantisasi Kehidupan, Ini Cara Mengaplikasikannya
vice.com

Ingat dengan tren video ala Anderson di TikTok yang viral beberapa waktu lalu mengenai romantisasi hidup?

Dimana para pengguna media sosial membuat video sinematik, dengan cara mengambil beberapa video dan menyatukannya, lalu menambahkan filter tertentu, dan lagu khas, berisi kehidupan sehari-hari mereka atau momen-momen penting.

Beberapa cuplikan video memiliki tema yang berbeda, namun sebagian besar menunjukkan kehidupan sehari-hari. Filter dengan warna pastel, teknik pengambilan gambar yang simetris, ditambah lagu dari film-film karya Wes Anderson, merupakan elemen penting dalam membuat video romantisasi hidup.

Selama tiga tahun terakhir, ungkapan "romantisasi hidup" telah muncul di media sosial sebagai seruan untuk bertindak. Popularitasnya meningkat selama beberapa bulan semejak pandemi terjadi. Jadi, sebenarnya romantisasi hidup itu apa sih? Berikut, Popmama.com jabarkan apa itumeromantisasi hidup.

1. Arti romantisasi hidup

1. Arti romantisasi hidup
bookriot.com

Sebuah video oleh Ashley Ward menyatakan, "Hidup bergerak sangat cepat, dan jika kamu  tidak berhenti dan melihat-lihat sesekali kamu bisa melewatkannya". Kata-kata tersebut ternyata merupakan kutipan dari karakter utama komedi remaja tahun 1986 Ferris Bueller's Day Off.

Romantisasi hidup adalah ketika kita diminta untuk menghargai apa yang kita miliki, tepat di depan kita dan untuk hidup dengan niat, tidak peduli seberapa biasa ritual harian kita.

Sebuah pengingat untuk mencari momen keindahan dan merangkul hal-hal minimalis. Menurut Ward, video paling populer menampilkan orang-orang yang membagikan "hal-hal kecil", yang membutuhkan sedikit atau tanpa biaya.

Editors' Pick

2. Cara orang-orang meromantisasi hidup

2. Cara orang-orang meromantisasi hidup
Tiktok.com/@rach.shiner

Di YouTube, pembuat film dari Utah berjemur di bawah sinar matahari pagi, menikmati croissant miliknya, dan menyemprotkan parfum beraroma lemon di atas selimut berhias mawar merah muda.

Video-videonya, pelarian yang nyaman ke Cottagecore, terinspirasi oleh “Anne of Green Gables”, novel Jane Austen, dan drama periode “Bridgerton”, yang menawarkan tip tentang “bagaimana menjadi lebih bahagia dan menghargai hal-hal kecil”.

Di media lain, terdapat content creator yang mempercantik rutinitas sarapan mereka, membeli karangan bunga, dan mempraktikkan rasa syukur. Salah satu pembuat konten, Rachel Hess, 21, menggunakan rolling pin untuk menekan daun kayu putih sebelum menggantungnya di kamar mandi, dalam sebuah video yang telah ditonton lebih dari 6,8 juta kali. “Romantisisasikan hidupmuuuuuu,” begitu bunyi judulnya.

3. Cara kamu bisa mulai meromantisasi hidup

3. Cara kamu bisa mulai meromantisasi hidup
Freepik/Senivpetro

Meskipun beberapa konten tampak inspirasional, tidak semua dari kita mampu melakukan perjalanan singkat ke luar negeri atau lari ke ladang yang penuh dengan bunga, berpakaian gaya musim semi. 

Bahkan sebagian besar menolak video dengan makna yang mendorong orang untuk memperoleh materi. Justru melakukan hal-hal mewah dapat mengurangi esensi dari “romantisasi hidup”. Tidak semua manusia memiliki kemampuan dan kesempatan yang sama untuk setiap pagi membuat makan pagi berupa jus, lalu lanjut merencanakan hari mereka dan berolahraga.

Kamu, tidak selalu harus mengikuti apa yang ada di sosial media. Kamu bisa menciptakan cara sendiri untuk meromantisasi hidupmu. Seperti seseorang di Reddit yang menemukan kegembiraan bahkan saat mencuci teko kopi di tempat kerja.

“Setelah memasukkan sedikit sabun ke dalam panci, saya dengan lembut menekan botolnya untuk mengeluarkan gelembung. Saya suka gelembung,” tulis pengguna tersebut.

4. Romantisasi hidup adalah bentuk perhatian penuh

4. Romantisasi hidup adalah bentuk perhatian penuh
Tiktok.com/@goodmorningcia

Alyssa Mancao, seorang pekerja sosial klinis berlisensi (LCSW), kepada SELF menyebutkan bahwa ketika orang berpikir tentang perhatian penuh/mindfulness, mereka sering salah mengartikannya sebagai menjernihkan pikiran dan tidak melakukan apa-apa. 

“Justru, mindfulness adalah menyadari apa yang terjadi di sekitar kamu tanpa memberikan penilaian apa pun dan menerima hal-hal sebagaimana adanya. Misalnya, bisa sesederhana memberikan perhatian penuh pada apa yang kamu lihat dan dengar,” tambah Manao. Penelitian juga menunjukkan bahwa memberi perhatian penuh dapat mengurangi gejala kecemasan, depresi, dan mudah tersinggung, lho.

Tetap hadir sepenuhnya dan memberi perhatian penuh, tidak selalu mudah. Ketika kamu tinggal di masyarakat dengan kultur harus melakukan berbagai hal dengan cepat dan terus menerus, membaca sendirian di taman dengan notifikasi dinonaktifkan bisa menimbulkan rasa bersalah.

“Kita sering begitu fokus untuk melakukan hal berikutnya sehingga kita tidak benar-benar memerhatikan apa yang terjadi di depan kita,” kata Mancao. “Kita terus-menerus melakukan banyak hal sekaligus, jadi akan sangat membantu bagi orang untuk berlatih memperlambat diri dan melakukan satu hal pada satu waktu, dengan kesadaran.”

Hadir dan menghargai apa yang ada di depan kamu bisa menjadi tindakan yang ampuh dan tidak perlu menghabiskan banyak waktu dari hari kamu.

5. Romantisasi hidup bantu kamu untuk bersyukur

5. Romantisasi hidup bantu kamu bersyukur
Tiktok.com/@anoctopuses

Meromantisasi hidup bisa melatih dirimu untuk bersyukur karena kamu harus mencoba memerhatikan penuh hal-hal di sekitarmu. Bisa sekecil membeli satu pak pulpen favoritmu dan menggunakannya.

Dengan kata lain, tujuan akhir dari meromantisasi hidup, menurut Hoffman dan Mancao, kamu harus menemukan cara sendiri untuk tetap hadir, sesuatu yang khas/otentik bagi dirimu, bukan mengikuti kehidupan TikToker lain yang menikmati vila di Italia atau "memperhatikan" betapa menyenangkannya menerapkan rutinitas perawatan kulit seharga $300 mereka.

Itulah, apa itu meromantisasi hidup. Tertarikah mencoba menerapkan "romantisasi hidup" ini? 

Baca juga:

The Latest