Bicara tentang data, inilah kondisi saat ini dari kesehatan pria dewasa terkini. Berdasarkan studi epidemiologi yang dikemukakan pakar andrologi, dr. Susanto Suryaatmadja, pada tahun 1995 tercatat 152 juta laki-laki mengalami gangguan kesehatan pada organ vital reproduksinya tersebut.
Dari jumlah itu, kaum Adam di Asia terbanyak mengalami gangguan ereksi, yakni diperkirakan sebanyak 113 juta orang.
Selain itu, Afrika 19,3 juta orang, Amerika Selatan/Tengah dan Karibia 15,6 juta orang, Eropa 11,9 juta orang, Amerika Utara 9,1 juta orang, dan Oceania sebanyak 0,9 juta pria.
Disfungsi ereksi, kata Susanto, tidak hanya menyerang laki-laki sepuh usia di atas 70 tahun. Tetapi juga bisa dialami pria usia muda. Bahkan, berdasarkan prevalensi pada usia tertentu, impotensi pada pria muda mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
"Siapa bilang disfungsi ereksi hanya pada orang tua?" katanya dalam sebuah seminar Mitos dan Fakta Disfungsi Ereksi di Surabaya, 5 Desember 2018.
Sebanyak 332 juta pria di dunia diprediksi mengalami penyakit disfungsi ereksi atau impoten pada 2025.
Ereksi yang normal, papar Susanto, adalah kombinasi dari faktor psikogenik, hormonal, neurologi, dan vaskular.
Secara garis besar kombinasi faktor ereksi itu terbagi dua, yakni psikogenik dan organik. Untuk ereksi dibutuhkan sirkulasi darah, fungsi saraf, hormon, dan libido yang normal.
