Alami Demensia, Pengemudi Mercy Lawan Arah di Jalan Tol Jadi Tersangka

MSD bisa lolos dari hukuman jika dirinya tidak bisa membedakan baik dan buruk

2 Desember 2021

Alami Demensia, Pengemudi Mercy Lawan Arah Jalan Tol Jadi Tersangka
Freepik/fanjianhua
Ilustrasi

Sebuah video viral memperlihatkan pengemudi Mercedes Benz masuk ke jalur tol, dan melawan arah. Pengemudi diidentifikasi dengan insial MSD, 67 tahun. Dilansir dari berbagai sumber, Polda Metro Jaya menetapkan bahwa MSD menjadi tersangka dikarenakan melawan arah di Tol JORR.

MSD diketahui pengidap demensia. Namun, MSD bisa lolos dari hukuman jika dirinya tidak bisa membedakan baik dan buruk atau tidak mengerti perlakukan yang dilarang hukum. Tercatat dalam Pasal 44 KUHP yang berbunyi:

Tiada dapat dipidana barang siapa mengerjakan suatu perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya, sebab kurang sempurna akalnya atau sakit berubah akal.

Menurut ahli pidana Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar yang diwawancara oleh wartawan, Kamis (2/12/2021), kausus MSD tergantung kualifikasi oleh para ahli dari ahli kedokteran jiwa. Apakah termasuk penyakit yang tidak bisa membedakan baik buruk atau dilarang (hukum) atau tidak. 

Lalu, sebenarnya apa itu penyakit demensia? Seberapa bahayanya bagi seseorang yang mengemudikan kendaraan? Berikut informasinya yang dirangkum Popmama.com!

1. Sang pengemudi alami demensia, apa itu?

1. Sang pengemudi alami demensia, apa itu
Pixabay/Pexels

Penyakit Demensia (gangguan pikun), disebabkan oleh kerusakan sel-sel otak yang berfungsi kognitif dan mental. Dengan kata lain, demensia adalah hilangnya fungsi kognitif, berpikir, mengingat, dan alasan, sedemikian rupa sehingga mengganggu kehidupan dan kegiatan sehari-hari seseorang, diwartakan Healthline.

Beberapa orang dengan demensia tidak dapat mengendalikan emosi mereka. Bahkan, kepribadian mereka dapat berubah.

Demensia berkisar pada tingkat keparahan dari tahap paling ringan, ketika baru mulai memengaruhi fungsi seseorang, ke tahap paling parah, ketika orang tersebut harus sepenuhnya bergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Editors' Pick

2. Penyebab demensia

2. Penyebab demensia
Pixabay/besnopile

Demensia adalah hilangnya fungsi kognitif, berpikir, mengingat, dan alasan, sedemikian rupa sehingga mengganggu kehidupan dan kegiatan sehari-hari seseorang, diwartakan Healthline.

Beberapa orang dengan demensia tidak dapat mengendalikan emosi mereka. Bahkan, kepribadian mereka dapat berubah.

Demensia berkisar pada tingkat keparahan dari tahap paling ringan, ketika baru mulai memengaruhi fungsi seseorang, ke tahap paling parah, ketika orang tersebut harus sepenuhnya bergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Tanda dan gejala demensia dihasilkan ketika neuron yang dulunya sehat, atau sel-sel saraf, di otak berhenti bekerja. Atau kehilangan koneksi dengan sel-sel otak lain, dan mati.

Penyebab alzheimer dan demensias terkait dapat bervariasi, tergantung pada jenis perubahan otak yang mungkin terjadi. Penelitian menemukan bahwa beberapa perubahan pada otak terkait dengan bentuk-bentuk demensia tertentu, dalam banyak kasus, penyebab yang mendasarinya belum diketahui.

Mutasi genetik langka dapat menyebabkan demensia dalam jumlah orang yang relatif kecil, diwartakan situs resmi World Health Organization (WHO). Meskipun tidak ada pencegahan yang terbukti, secara umum, menjalani gaya hidup sehat dapat membantu mengurangi faktor risiko yang telah dikaitkan dengan penyakit ini.

Gangguan neurodegeneratif menghasilkan hilangnya neuron dan otak yang progresif dan ireversibel. Saat ini, tidak ada obat untuk penyakit ini.

3. Gejala dari demensia

3. Gejala dari demensia
Pixabay/Alexandra_Koch

Gejala demensia dapat bervariasi dan dapat meliputi:

  • Mengalami kehilangan memori, penilaian yang buruk, dan kebingungan
  • Kesulitan berbicara, memahami dan mengekspresikan pikiran, atau membaca dan menulis
  • Berkeliaran dan tersesat di lingkungan yang akrab
  • Kesulitan menangani uang secara bertanggung jawab dan membayar tagihan
  • Pertanyaan berulang
  • Menggunakan kata-kata yang tidak biasa untuk merujuk pada objek yang sudah dikenal
  • Membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan tugas sehari-hari normal
  • Kehilangan minat pada kegiatan atau peristiwa sehari-hari normal
  • Berhalusinasi atau mengalami delusi atau paranoia
  • Bertindak impulsif
  • Tidak peduli dengan perasaan orang lain
  • Kehilangan keseimbangan dan masalah dengan gerakan
  • Orang-orang dengan kecacatan intelektual dan perkembangan juga dapat mengembangkan demensia seiring bertambahnya usia. 

4. Bentuk demensia yang biasa terjadi

4. Bentuk demensia biasa terjadi
Pexels/Pixabay

Lima bentuk demensia yang paling umum adalah:

  • Penyakit Alzheimer, diagnosis demensia yang paling umum di antara orang dewasa yang lebih tua. Hal ini disebabkan oleh perubahan di otak, termasuk penumpukan protein abnormal, yang dikenal sebagai plak amiloid dan Tau Tangles.
  • Demensia frontotemporal, bentuk demensia langka yang cenderung terjadi pada orang yang lebih muda dari 60. Ini dikaitkan dengan jumlah abnormal atau bentuk protein tau dan TDP-43.
  • Demensia Lewy Tubuh, suatu bentuk demensia yang disebabkan oleh endapan abnormal dari protein alfa-sinuslein, yang disebut tubuh Lewy.
  • Demensia vaskular, bentuk demensia yang disebabkan oleh kondisi yang merusak pembuluh darah di otak atau mengganggu aliran darah dan oksigen ke otak.
  • Demensia campuran, kombinasi dua atau lebih jenis demensia.

Masyarakat perlu mengenali gejala awal Demensia seperti mudah lupa, gangguan dalam berbahasa, disorientasi (waktu, tempat, orang), kesulitan mengambil keputusan, kemunduran (motivasi, inisiatif, minat), serta adanya tanda-tanda depresi.

Jika penyakit demensia sudah parah maka akan terjadi ketergantungan pada orang lain dalam hal penderita mengalami sulit makan, tidak kenal anggota keluarga, sulit menahan buang air kecil dan besar, serta gangguan perilaku yang sangat berat.

Melihat penyebab dan gejala demensia, pastinya sangat mengkhawatirkan bagi seseorang yang mengidap penyakit ini untuk mengendarai kendaraan baik motor atau mobil. Bukan hanya membahayakan dirinya, tapi jika tidak ada pendampingan seseorang demensia juga bisa membahayakan orang lain saat mengemudikan kendaraan. Jadi, jika kamu atau keluargamu mengalami demensia, sebaiknya jangan mengambil risiko untuk mengendarai kendaraan ya, agar tidak terjadi lagi peristiwa serupa.

Baca juga:

The Latest