Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
ilustrasi rasa lapar yang berlebihan (freepik.com/freepik)
freepik/freepik

Intinya sih...

  • Kenali tanda lapar dari tubuh, bukan dari emosiMengenali sinyal fisik seperti keroncongan dan energi turun bisa membantu membedakan lapar asli dan emosional.

  • Pastikan dehidrasi bukan penyebab rasa laparMinum air sebelum makan dapat membantu mengecek apakah lapar asli atau hanya haus.

  • Jaga konsistensi jam makan agar nafsu makan stabilMakan dengan porsi kecil tapi frekuensi lebih teratur membantu menjaga kadar gula darah stabil.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ketika sedang menjalani diet, rasa lapar sering kali muncul tiba-tiba dan membuat kita bingung, apakah ini lapar sungguhan atau sekadar lapar nafsu sementara?

Banyak orang tidak sadar bahwa ada dua jenis rasa lapar yang bekerja di tubuh kita, yaitu lapar asli dan lapar emosional. Memahami perbedaan keduanya bisa jadi kunci penting agar diet berjalan lebih sukses.

Ketika kita bisa mengenali sinyal tubuh dengan tepat, maka akan lebih mudah menahan keinginan makan yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Ini bukan soal menahan diri secara ekstrem, tetapi belajar mengenal tubuh dan emosi kita sendiri.

Berikut Popmama.com siap membahas informasi mengenai perbedaan lapar asli dan lapar emosional.

1. Kenali tanda lapar dari tubuh, bukan dari emosi

pexels/Andrea Piacquadio

Mengutip dari Mother Hospital, rasa lapar asli atau lapar fisik biasanya muncul secara bertahap dan disertai sinyal nyata dari tubuh, seperti perut keroncongan, tubuh terasa lemas, atau pikiran sulit fokus.

​​Sebaliknya, saat lapar emosional, rasa lapar cenderung datang tiba-tiba dan sering dibarengi keinginan makan makanan tertentu, misalnya makanan manis, gurih, atau junk food.

Karena itu, sebelum makan, cobalah introspeksi: apakah tubuhmu benar-benar meminta energi, atau hanya ‘mengidam’ karena emosi? Mengenali sinyal fisik seperti keroncongan dan energi turun bisa membantu membedakan keduanya.

2. Pastikan dehidrasi bukan penyebab rasa lapar

Pexels/Alena Darmel

Terkadang, rasa haus bisa salah ‘mengaku’ sebagai rasa lapar, terutama jika tubuh kekurangan cairan. Mengonsumsi segelas air sebelum makan dapat membantu mengecek apakah Mama benar-benar lapar atau hanya haus. 

Jika setelah minum air sekitar 10–15 menit rasa ingin makan menghilang atau berkurang, besar kemungkinan itu bukan lapar asli. Dengan demikian, Mama bisa menunda makan dan membantu menghindari makan emosional atau makan tanpa kebutuhan fisiologis.

3. Jaga konsistensi jam makan agar nafsu makan stabil

pexels/Helena Lopes

Melewatkan waktu makan atau makan dalam porsi tidak teratur bisa memicu rasa lapar emosional. Ketika tubuh kelaparan lama, hormon lapar meningkat dan kita jadi lebih rentan tergoda makan bukan karena butuh, tapi karena terpaksa menunggu.

Makan dengan porsi kecil tapi frekuensi lebih teratur membantu menjaga kadar gula darah stabil, energi tetap terisi, dan mengurangi dorongan untuk makan berlebihan akibat emosi atau stres.

4. Tenangkan emosi diri sebelum memilih untuk makan

freepik/jcomp

Melansir dari Shore Physicians Group, lapar emosional umumnya dipicu oleh perasaan, bukan kebutuhan tubuh. Sehingga, cara efektif untuk mengendalikannya adalah dengan berhenti sejenak.

Tanyakan pada diri Mama apakah kamu benar-benar lapar atau hanya ingin makan karena emosi yang sedang dirasakan? Seperti stres, bosan, atau sedih. Jika ternyata hanya emosi, lakukan kegiatan pengalih seperti jalan santai, membaca, mendengarkan musik, atau aktivitas yang disukai.

Cara ini membantu memutus ‘hubungan’ antara emosi dan makan, sehingga lebih mudah menjaga pola makan sehat.

5. Lapar fisik terpenuhi saat perut kenyang

pexels/Deane Bayas

Saat makan karena lapar fisik, tubuh akan memberi sinyal kenyang secara alami. Mama akan berhenti ketika merasa cukup, karena tubuh sudah mendapatkan energi yang dibutuhkan. Kepuasan dari makanan terasa stabil dan tidak muncul rasa bersalah.

Sebaliknya, lapar emosional sering membuat Mama terus makan meski sudah kenyang. Karena makanannya tidak ditujukan untuk mengisi kebutuhan energi, Mama sulit merasa puas. Bahkan setelah makan banyak, perasaan jenuh atau bersalah bisa muncul.

6. Kurangi makanan tinggi gula dan karbohidrat olahan untuk menghindari lapar palsu

pexels/ROMAN ODINTSOV

Makanan tinggi gula dan karbohidrat olahan sering mempercepat rasa lapar kembali. Hal ini dikarenakan terjadinya lonjakan gula darah cepat diikuti penurunan drastis, sehingga membuat tubuh cepat ingin makan lagi.

Jika Mama sedang diet atau ingin menjaga nafsu makan tetap stabil, lebih baik memilih makanan dengan indeks glikemik rendah. Contohnya sayuran, buah, atau karbo kompleks yang memberikan energi bertahap sekaligus rasa kenyang lebih awet.

7. Tidur cukup untuk mengendalikan nafsu makan

pexels/Miriam Alonso

Kurang tidur bisa mengacaukan hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang. Akibatnya, Mama lebih mudah merasa lapar, termasuk lapar emosional. 

Dengan tidur 7–9 jam tiap malam, hormon-hormon ini punya kesempatan kerja normal, sehingga sinyal lapar fisik dan emosional bisa lebih mudah dibedakan, dan Mama lebih mampu mengendalikan nafsu makan, terutama di malam hari.

Demikian pembahasan mengenai perbedaan lapar asli dan lapar emosional. Semoga bisa membantu diet menjadi lebih sukses ya, Ma.


Editorial Team