Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Pertama di Indonesia, Operasi MICS 3 Prosedur Berhasil pada Pasien Jantung ASD   .png
Dok. Heartology Cardiovascular Hospital

Intinya sih...

  • Rumah Sakit Jantung Heartology melakukan tindakan MICS dengan tiga prosedur sekaligus, yaitu Mitral Valve Repair, Atrial Septal Defect Closure, dan Tricuspid Valve Repair.

  • Diagnosis awal pasien dilakukan berdasarkan keluhan mudah lelah, jantung berdebar cepat, dan sesak napas yang semakin berat. Pasien ditemukan memiliki Atrial Septal Defect (ASD) yang memengaruhi fungsi dua katup jantung.

  • Penyakit jantung bawaan seperti ASD seringkali terlambat dideteksi karena gejalanya kurang terlihat di awal kehidupan. Deteksi dini melalui pemeriksaan kesehatan rutin sangat penting untuk mencegah komplikasi lan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sejarah baru dalam dunia medis Indonesia, tim dokter yang tergabung di Heartology Cardiovascular Hospital berhasil melakukan tindakan Minimally Invasive Cardiac Surgery (MICS) dengan tiga prosedur sekaligus.

Prosedur MICS yang dilakukan pada seorang pasien ini mengombinasikan Mitral Valve Repair (MVr), Atrial Septal Defect (ASD) Closure, dan Tricuspid Valve Repair (TVr). 

Menurut laporan jurnal medis internasional, hanya pernah terjadi dua kasus serupa di dunia. Hal ini menandai keberhasilan Indonesia menjadi negara ke-3 yang berhasil melakukan high-complexity MICS dengan tiga prosedur sekaligus. 

Diketahui tindakan ini dilakukan pada pasien dengan kondisi adanya Atrial Septal Defect (ASD) atau lubang pada sekat jantung, kemudian ditemukan komplikasi lanjutan setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Untuk itu, penting melakukan pemeriksaan kesehatan agar penyakit jantung dan komplikasi lainnya terdeteksi sehingga penanganannya cepat.

Yuk, simak informasi selengkapnya soal pertama di Indonesia, rumah sakit jantung ini lakukan MICS dengan tiga prosedur sekaligus yang telah Popmama.com rangkum berikut ini.

Diagnosis Awal Pasien yang Mendapat Tindakan MICS dengan 3 Prosedur

Dok. Heartology Cardiovascular Hospital

Tindakan MICS dengan tiga prosedur ini dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan menyeluruh yang dilakukan pasien bernama Nurfitriana asal Purwakarta. Kondisi pasien awalnya memiliki keluhan mudah lelah, jantung berdebar cepat, dan sesak napas yang semakin berat.

Saat dirujuk, pasien kemudian melakukan pemeriksaan dengan dokter spesialis penyakit jantung pembuluh darah dr. Radityo Prakoso, Sp. PK, dan ditemukan adanya Atrial Septal Defect (ASD) atau lubang pada sekat jantung yang menyebabkan aliran darah tidak normal antara atrium kanan dan kiri.

Pasien kemudian melakukan pemeriksaan ekokardiografi lanjutan dengan dr. BRM Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K) FIHA, FAsCC, dan hasil menemukan lubang pada sekat tersebut telah berukuran besar dan memengaruhi fungsi dua katup jantung, yakni mitral dan trikuspid. 

Dari hasil pemeriksaan tersebut, ditemukan bahwa pasien berusia 38 tahun tersebut memiliki komplikasi lanjutan akibat beban volume jangka panjang dan memerlukan tindakan bedah. 

“Saat kami melakukan pemeriksaan ekokardiografi, terlihat bahwa ada kebocoran di sekat jantung ternyata sudah berdampak pada kerja katup mitral dan trikuspid. Ini membutuhkan intervensi menyeluruh, bukan hanya menutup lubang di sekat. Diagnosis yang akurat di tahap ini menjadi kunci keberhasilan keseluruhan tindakan,” kata Dokter Ario dalam keterangan pers.

Pentingnya Deteksi Dini untuk Mengetahui Penyakit Jantung Bawaan

Dok. Heartology Cardiovascular Hospital

Penyakit jantung bawaan merupakan salah satu penyakit yang cukup banyak diderita di Indonesia dan sering kali terlambat dideteksi karena gejalanya kurang terlihat di awal kehidupan. Padahal, penyakit jantung bawaan yang tidak diobati dapat menyebabkan berbagai komplikasi.

“Satu per 100 bayi di Asia lahir dengan penyakit jantung bawaan dan dari semua penyakit jantung bawaan, ternyata ASD secundum merupakan penyakit jantung tersering nomor dua setelah VSD (Ventricular Septal Defect),” kata Dokter Radityo dalam konferensi pers yang dilakukan secara daring, Kamis (11/12/25).

Dokter lulusan Universitas Indonesia ini juga menjelaskan bahwa menurut data di Asia, setiap tahunnya lahir 5 juta bayi baru lahir di Indonesia, namun sebanyak 50.000 bayi menderita penyakit jantung bawaan dengan 8.500 bayi menderita penyakit jantung biru.

Keterlambatan deteksi dan diagnosis penyakit jantung saat bayi ini akan membuat penderitanya mengalami komplikasi lanjutan di kemudian hari. 

Menurut Dokter Radityo, keterlambatan deteksi penyakit serius di Indonesia ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari kurangnya jumlah dokter, akses transportasi menuju rumah sakit terbatas, jumlah dokter yang sekolah spesialis masih sedikit, masyarakat masih banyak percaya non medis dan ditambah dengan jaminan kesehatan yang belum merata. 

Gejala ASD Sulit Dideteksi, Perlu Pemeriksaan Rutin dan Berlanjut

Dok. Heartology Cardiovascular Hospital

Selain berbagai faktor eksternal yang membuat deteksi penyakit jantung cukup lambat, penyakit jantung ASD atau adanya lubang pada jatup jantung juga termasuk yang sulit dideteksi. Biasanya, gejala ASD akan timbul saat penderita memasuki usia dewasa.

“ASD secundum ini susah didiagnosis pada awal-awal. Kenapa? Karena lubangnya ini ada pada sistem aliran darah yang rendah sehingga gejalanya ini biasanya timbul pada dekade dua sampai dekade keempat. Mulai dari cepat lelah, capek, berdebar-debar. Kalo di anak-anak udah kelihatan sering batuk panas berulang,” ungkap Dokter Radityo.

Dokter yang berfokus pada intervensi non bedah untuk penyakit jantung bawaan ini juga menjelaskan jantung dengan kondisi ASD sebenarnya bisa menutup sendiri, namun jika ASD secundum yang ditemukan kurang dari 5 mm yang biasanya ditemukan pada anak usia kurang dari lima tahun. 

Jika deteksi pasien dewasa terlambat, berbagai komplikasi bisa terjadi di mulai dari adanya gangguan di katup sebelah kanan yang jika semakin parah akhirnya tidak bisa diobati.

“Pasien dengan ASD tadi salah satu masalahnya adalah peningkatan tekanan di paru, gagal jantung terutama jantung kanan. Jadi artinya kalau ada berbagai keluhan yang mengarah pada kecurigaan itu, cepat capek, mudah lelah, sesak napas, kaki mudah bengkak, kerning utamanya harus melakukan ekokardiografi yang bisa dilakukan pada semua kelompok umur,” tambah Dokter Ario, Kamis (11/12/25) dalam kesempatan yang sama.

Bedah Jantung dengan MICS di Indonesia Semakin Berkembang

Dok. Heartology Cardiovascular Hospital

Menurut jurnal tahun 2024, Dokter Ario mengungkapkan operasi jantung untuk jangka panjang menunjukan perkembangan yang lebih baik, namun ada penderitaan jangka pendek yang masih kerap diderita pasien.

Hal inilah yang harus dikurangi, salah satunya dengan prosedur MISC (Minimally Invasive Cardiac Surgery) . 

Prosedur MISC sudah semakin berkembang di Indonesia dan jadi salah satu prosedur yang disarankan agar penanganan pasien lebih optimal.

Prosedur ini juga disarankan dokter karena penyembuhan pasien bisa dilakukan lebih cepat, bekas operasi akan terlihat samar, risiko kehilangan darah juga semakin berkurang, dan risiko atau infeksi lanjutan setelah operasi sangat minim.

Recovery jauh lebih cepat, pasien bisa kembali seperti semula seperti sebelum dioperasi," ungkap dr. Dicky A. Wartono, Sp.BTKV(K), FIHA, FICA, FIATICS selaku dokter spesialis bedah jantung toraks dan pembuluh darah, Kamis (11/12/25).

Metode ini awalnya mulai diterapkan di Indonesia pada 2012-2013 namun dengan keterbatasan alat yang belum canggih. Namun saat ini setelah pandemi COVID-19, alat-alat sudah semakin canggih sehingga semua jenis operasi jantung bisa dilakukan dengan minimal invasi (MISC) dengan catatan pasien memenuhi syarat.

Pasien mungkin akan dirawat tiga sampai lima hari, kemudian bisa pulang kontrol satu minggu, biasanya di kontrol kedua, artinya setelah dua atau tiga minggu pasien sudah bisa beraktivitas seperti biasa tanpa larangan apapun. Namun, pada dua bulan pertama kita larang pasien untuk menggunakan tangan dengan berlebihan karena mengganggu penyembuhan di tulang dada,” tambahnya.

Cara Membedakan Gejala ASD dengan Kelelahan Biasa

Dok. Heartology Cardiovascular Hospital

Mudah kelelahan hingga sesak napas merupakan salah satu tanda adanya penyakit jantung, khususnya ASD. Namun, gejala ASD cukup sulit diketahui dan gejala ini bukan satu-satunya yang langsung mendeteksi pasien.

“Kalau yang disebabkan oleh jantung dia sesak napasnya lebih memberat pada saat dia berbaring daripada saat dia duduk. Jad butuh pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter jantung,” jelas Dokter Radityo.

Salah satu yang membedakan adalah penyakit jantung biasanya napasnya juga akan lebih berat saat berbaring. Jika disertai dengan gejala lainnya, sebaiknya lakukan pemeriksaan lebih lanjut agar bisa segera ditangani.

Itu dia penjelasan mengenai pertama di Indonesia, rumah sakit jantung ini lakukan MICS dengan tiga prosedur sekaligus.

Untuk penanganan yang lebih optimal, deteksi lewat pemeriksaan kesehatan rutin akan sangat membantu mendeteksi adanya penyakit jantung,, Ma!

FAQ Seputar ASD

Apa itu diagnosa ASD pada jantung?

Diagnosis ASD (Atrial Septal Defect) jantung adalah proses identifikasi adanya lubang pada dinding (septum) yang memisahkan serambi jantung (atrium) kiri dan kanan.

Apakah ASD bisa sembuh?

ASD (Atrial Septal Defect) atau lubang di sekat jantung bisa sembuh atau ditutup, terutama jika ukurannya kecil dan menutup sendiri saat anak tumbuh.

Apakah ASD bisa menutup sendiri?

Ukuran lubang atrial septal defect (ASD) bisa sangat bervariasi, dari yang sangat kecil hingga amat besar. Lubang yang kecil mungkin tidak akan menimbulkan masalah dan bahkan bisa menutup sendiri seiring dengan pertumbuhan anak.

Editorial Team