Kata Psikolog Soal Resolusi Tahun Baru, Haruskah Tercapai Semuanya?

Resolusi yang membebani diri sendiri ternyata tidak baik bagi kesehatan mental!

7 Januari 2024

Kata Psikolog Soal Resolusi Tahun Baru, Haruskah Tercapai Semuanya
Popmama.com/Krisnaji Iswandani

Banyak orang yang menjadi momen akhir tahun menjadi waktu untuk refleksi diri tahun tersebut. Ini dilakukan agar bisa menyusun resolusi tahun baru dengan baik dan sesuai target untuk dijalani ke depannya.

Lantas, seberapa penting menyusun resolusi ini dan pengaruhnya di kehidupan kita? Anna Deasyana, M. Psi., Psikolog dari Amanasa Indonesia menjelaskan soal resolusi ini kepada para penonton Youtube Popmama Talk. Dari sisi psikologis, ternyata ada perbedaan antara resolusi dan target tahun baru.

Selain itu, kecenderungan seseorang untuk bisa melaksanakan semua resolusi secara sempurna kadang menjadi tekanan. Anna juga berbicara mengenai hal ini!

Berikut Popmama.com rangkum informasi selengkapnya!

1. Membedakan antara resolusi dan target tahun baru

1. Membedakan antara resolusi target tahun baru
Popmama.com/Krisnaji Iswandani

Popmama Talk edisi Tahun Baru 2024 membahas mengenai resolusi yang biasa dilakukan banyak orang saat awal tahun. Tentu kata resolusi ini sudah tidak asing didengar.

Merujuk kepada KBBI, resolusi bisa diartikan sebagai pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tentang suatu hal. Kaitannya di awal tahun resolusi ini dijadikan patokan untuk menjalani berbagai hal yang dilakukan tahun tersebut.

Selain resolusi, ada pula istilah terkenal 'target tahun baru'. Apa bedanya antara resolusi dan target ini?

"Resolusi dan target ini mirip-mirip, kadang sama cita-cita orang bilangnya sama. Nah, sebenarnya target itu adalah tujuan besarnya. Resolusi itu adalah behavior-nya atau perilakunya," jelas Anna.

Editors' Pick

2. Resolusi adalah perilaku untuk mencapai target, ada standarnya?

2. Resolusi adalah perilaku mencapai target, ada standarnya
Pexels/Polina Kovaleva

Dari penjelasan Anna di atas, target adalah tujuan sementara resolusi ini merupakan cara mencapai tujuan tersebut. Dijelaskan olehnya, resolusi ini menjadi perilaku tertentu yang dikhususkan untuk mencapai target yang kita buat.

"Misal ingin kurus, resolusinya itu adalah apa? Olahraga, kemudian atur pola makan. Mau atur pola makan yang seperti apa? Mau banyak makan buah, sayur dan serat lalu mengurangi carbo atau bisa sebenarnya makan dibikin menu seimbang. Nah, seperti itu kita sebut dengan resolusinya. Jadi resolusi hasilnya itu," tutur Anna.

Ia menjelaskan lebih detail kalau resolusi itu adalah perilaku yang lebih spesifik dari satu target yang kita buat di satu tahun tersebut. Sehingga dari sini bisa terlihat kalau resolusi dan target adalah hal yang berbeda.

3. Tips membuat resolusi, apakah harus tercapai semua?

3. Tips membuat resolusi, apakah harus tercapai semua
Pexels/cottonbro studio

Beberapa orang membuat banyak resolusi setiap tahunnya, tetapi Anna menggaris bawahi soal apakah resolusi tersebut achievable atau bisa dilaksanakan? Pasalnya ia melihat ada banyak orang yang membuat resolusi tetapi justru menjadi beban untuk orang tersebut.

"Kita kadang suka terjebak dengan kalau menulis resolusi berarti harus tercapai semuanya. Nah, kadang kalau pas bikin kita lupa untuk ingat bahwa resolusi ini achievable tidak ya?," jelasnya.

Menurut Anna sebagai psikolog, untuk bisa membuat resolusi yang tidak membebani kuncinya melihat juga beberapa resolusi di tahun sebelumnya. Ini untuk menghindari resolusi yang 'terlalu ambisius' sehingga pada akhirnya tidak tercapai dan membebani orang tersebut.

"Jangan-jangan memang ambisius saja. Dan memang membuat kita jadinya merasa malah terbebani. Karena kalau kita sudah merasa terbebani itu semua berantakan.

Maka sebenarnya yang perlu kita lakukan itu adalah kita review dulu resolusi dari tahun sebelumnya, baru habis itu dibuat resolusi yang baru," tuturnya.

4. Refleksi dari resolusi tahun sebelumnya akan berguna

4. Refleksi dari resolusi tahun sebelum akan berguna
Popmama.com/Krisnaji Iswandani

Tahun baru, resolusi baru jadi frasa yang kerap didengar. Padahal menurut Anna sendiri tidak perlu seperti itu. Karena resolusi yang belum lengkap dari tahun sebelumnya juga bisa dimasukkan dan disempurnakan di tahun depan.

"Perlu melihat yang membuat kita tidak tercapai untuk melakukan resolusi ini di tahun 2023 itu apa. Mungkin bisa dibuat lagi di tahun 2024. Tapi mesti balik lagi, kira-kira masih relevan tidak ya? Terus tadi ada refleksi sebelumnya, ada 12 resolusi tapi hanya 6 poin yang tercapai. Kalau ingin dibawa ke tahun 2024 mesti dilihat masih relevan atau tidak?," jelasnya.

Hal terpenting dari menulis resolusi adalah tidak impulsif atau hanya ikut-ikutan orang lain. Misal, teman ingin keliling dunia di tahun 2024 ini. Ketika kita juga menjalankan resolusi itu di tahun yang sama apakah jatuhnya akan membebani diri sendiri?

"Artinya adalah ini kaitannya dengan membebani diri sendiri. Balik lagi seperti yang saya bilang kalau kita sudah merasa terbebani agak PR menjalankannya. Karena jadinya berat sekali. Sementara kita mungkin belum ada persiapan apapun. Ketika terhambat dan resolusinya itu tidak tercapai kita jadi merasa gagal. Ini yang bikin resolusi tidak pernah dikerjakan pada akhirnya. Istilahya, hanya jadi hiasan di jendela," terang Anna.

5. Alasan seseorang membuat resolusi, jangan hanya karena tren!

5. Alasan seseorang membuat resolusi, jangan ha karena tren
Pexels/Mikhail Nilov

Sebagai psikolog, Anna menyebut penting sekali menemukan alasan untuk menulis sebuah resolusi. Itu adalah pertanyaan mendasar yang sangat diperlukan. Jangan sampai menulis resolusi hanya karena ingin cepat terlaksana tanpa memahami esensinya.

"Kalau resolusi itu dianggap seseorang sebagai tujuan, maka itu jadi hal penting. Karena kalau kita itu hidup tanpa tujuan, itu sebenarnya sangat terombang ambing. Kembali lagi ke bagaimana nyamannya orang tersebut, karena setiap metode bisa berbeda-beda untuk masing-masing. Asal jangan sampai resolusi ini karena ikut-ikutan dan segala macam karena ini yang agak bahaya. Tekanan lingkungan jadinya lebih kencang ke diri kita," jelasnya.

Ketika tekanan itu sudah semakin kuat, dikhawatirkan ini yang akan mengganggu kesehatan mental orang tersebut. Sehingga intinya kembali lagi melihat resolusi ini sebagai apa.

"Kalau kita perlu menulis misalnya dan dirasa itu cukup misalkan. Karena kembali lagi adalah ke quality-nya, bukan ke quantity-nya. Dibandingkan punya banyak resolusi tapi akhirnya tidak dikerjakan lebih baik fokus ke quality-nya. Jadi kalau mama dan papa mau bikin resolusi ingat yang paling penting adalah quality bukan seberapa banyak," pungkasnya.

Itulah tadi kata psikolog soal resolusi tahun baru yang banyak orang lakukan di awal tahun. Semoga bisa menjadi guidance untuk mama dan papa menentukan resolusi tahun 2024 ini!

PODCAST POPMAMA TALK EP.7 - Anna Deasyana, M. Psi., Psikolog - Amanasa Indonesia 

Editor in Chief - Sandra Ratnasari 
Senior Editor - Novy Agrina
Editor - Onic Metheany
Host - Wahyuni Sahara
Content Writer - Putri Syifa Nurfadilah, Sania Chandra Nurfitriana & Ninda Anisya
Internship - Dewi Hanifah
Social Media - Irma Erdiyanti & Hashifah Dzati
Design - Aristika Medinasari
Photographer - Krisnaji Iswandani
Videographer - Krisnaji Iswandani & Hari Firmanto
Stylist - Putri Syifa Nurfadilah
Makeup Artist -  Putri Syifa Nurfadilah
Wardrobe - PWP (play with pattero) 

Baca juga:

Popmama Star

Popmama Talk: Anna Deasyana, M. Psi., Psikolog - Amanasa Indonesia
Popmama Star

Popmama Talk: Anna Deasyana, M. Psi., Psikolog - Amanasa Indonesia

Biar Resolusi Gak Jadi Halusinasi

The Latest