Pentingnya Melakukan Deteksi Kanker Hati Sejak Dini

Semakin dini penyakit ini ditemukan, maka peluang untuk sembuh semakin besar

29 September 2021

Penting Melakukan Deteksi Kanker Hati Sejak Dini
Pexels/Anna Tarazevich

Kanker hati disebut sebagai silent killer atau pembunuh dalam senyap. Pasalnya, kanker hati tidak menunjukkan gejala khas hingga stadium lanjut sehingga kebanyakan pasien kanker hati terlambat untuk mengobatinya karena penyakitnya sudah memburuk.

“Sebagian besar pasien kanker sel hati di Indonesia datang ketika sudah masuk stadium lanjut, sementara pilihan pengobatan yang ada sangat terbatas. Data menunjukkan selama 15 tahun (1998 - 1999 dibandingkan dengan 2013 - 2014) tidak ada perubahan angka kesintasan yang signifikan untuk pasien kanker hati,” ujar ujar Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI), Dr. dr. Irsan Hasan, SpPD-KGEH, FINASIM, dalam diskusi virtual tentang kanker hati yang diselenggarakan Roche Indonesia, Selasa (28/9/2021).

Simak informasi selengkapnya dari Popmama.comberikut ini.

1. Jika ada riwayat keluarga yang mengidap kanker, risiko kanker hati bisa naik 7 kali lipat

1. Jika ada riwayat keluarga mengidap kanker, risiko kanker hati bisa naik 7 kali lipat
Freepik/pch.vector

Banyak kasus kanker terjadi akibat gaya hidup tak sehat. Namun, untuk kasus kanker hati, lebih banyak terjadi karena faktor genetik atau keturunan.

Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) yang juga spesialis penyakit dalam dan Konsultan Gastroenterohepatologi, Dr. dr. Irsan Hasan, SpPD-KGEH, FINASIM, mengungkapkan bahwa pasien hepatitis B dan C yang keluarganya memiliki riwayat kanker, maka peluang terinfeksi kanker hati naik 7 kali lipat dibanding orang yang tidak mengidap hepatitis.

Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus. Hepatitis B disebabkan oleh virus epatitis B (HBV) dan hepatitis C oleh infeksi virus hepatitis C (HCV).

"Kalau ada keluarganya yang kanker, risiko itu meningkat jadi 7 kali. Jadi, kalau ada yang hepatitis, ada keluarganya yang kanker enggak, bapak ibu atau adiknya. Kalau ada, kita harus waspada atau hati-hati," ujarnya.

Ia menambahkan, kenyataan ini berbeda dengan pasien hepatitis yang keluarganya tidak punya riwayat atau keturunan kanker. Penyakit hepatitisnya untuk menjadi kanker hati risikonya tiga kali lipat daripada yang tidak mengidap hepatitis.

"Ini menunjukan besarnya risiko, genetik sangat memengaruhi," ucapnya.

2. Lebih dari 21 ribu penduduk Indonesia mengidap kanker hati

2. Lebih dari 21 ribu penduduk Indonesia mengidap kanker hati
Freepik/brgfx

Kanker hati merupakan kanker paling umum ke-6 di dunia. Data WHO pada 2020 menunjukkan lebih dari 900.000 orang di dunia didiagnosis menderita kanker hati.

Sementara di Indonesia, kanker hati adalah salah satu kanker yang paling tinggi menyebabkan kematian dengan jumlah kasus mencapai 21.392 orang pada 2020 (data WHO: Globocan atau Global Cancer Observatory 2020). Kanker hati juga merupakan penyebab kematian akibat kanker peringkat ke-4 di Indonesia dengan angka prevalensi lima tahun sebesar 22.530 kasus.

Dalam kesempatan yang sama, Spesialis Patologi Klinik RS Dharmais, Dr. dr Agus Kosasih, Sp.PK(K), MARS, mengatakan, sekitar 90 persen dari kasus kanker hati primer adalah kanker sel hati (Hepatocellular carcinoma/HCC).

Di dunia terdapat sekitar 750.000 orang per tahun terdiagnosis kanker sel hati dan umumnya sudah stadium lanjut. Di Indonesia, kasus kanker sel hati terjadi pada 13,4 per 100.000 penduduk.

Kanker hati berkembang pada pasien dengan penyakit hati kronis. Sekitar 80-90 persen kanker hati berkembang pada pasien sirosis (kerusakan hati kronis).

“15 persen dari HCC dikembangkan tanpa sirosis sebelumnya,” ujar Agus.

3. Pentingnya deteksi dini kanker hati

3. Penting deteksi dini kanker hati
Freepik

Publikasi yang dilakukan pada dua rumah sakit tersier (Rumah Sakit Umum Nasional Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Nasional Kanker Dharmais), antara Januari 2015 hingga November 2017 tercatat tingkat kematian pasien kanker sel hati sebesar 48,2% dimana diantaranya terdapat 23,4% pasien meninggal dalam rentang waktu 6 bulan setelah terdiagnosis.

Salah satu penyebab tingginya tingkat kematian ini adalah terlambatnya diagnosis sehingga sebagian besar pasien datang sudah dalam kondisi stadium lanjut. Tidak hanya itu, meskipun angka kejadian kanker sel hati tinggi, pasien dengan penyakit ini hanya memiliki pilihan yang terbatas untuk pengobatan yang berdampak pada tingkat kematian yang tinggi.

“Sebagian besar pasien kanker sel hati di Indonesia datang ketika sudah masuk stadium lanjut, sementara pilihan pengobatan yang ada sangat terbatas. Data menunjukkan selama 15 tahun (1998 - 1999 dibandingkan dengan 2013 - 2014) tidak ada perubahan angka kesintasan yang signifikan untuk pasien kanker hati,” ujar Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) yang juga spesialis penyakit dalam dan Konsultan Gastroenterohepatologi, Dr. dr. Irsan Hasan, SpPD-KGEH, FINASIM.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk melakukan pemeriksaan dini demi menanggulangi penyakit kanker hati. Tujuannya, agar lebih mudah diobati dan memperbesar peluang untuk sembuh.

Sebagian besar penderita mengetahui penyakitnya setelah memasuki stadium lanjut sehingga sulit diobati sepenuhnya dan memakan biaya besar.

"Semakin dini penyakit ini ditemukan, maka peluang pasien untuk sembuh pun semakin besar," kata Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Abdul Kadir.

Kadir mengatakan, kanker hati yang lebih banyak terjadi pada laki-laki, sering terjadi tanpa diketahui karena tidak ada gejala khas. Hal itu yang menyebabkan sebagian besar penderita baru memeriksakan diri ketika penyakitnya telah memburuk.

"Pada laki-laki di Indonesia, kanker paru ada di peringkat terbanyak sebesar 2,31 persen, kemudian kanker nasofaring, kanker hati di urutan ketiga terbanyak dengan 1,54 persen," ujarnya.

Itulah informasi mengenai kanker hati hingga pentingnya mendeteksi penyakit tersebut sejak dini. Nah, mulai sekarang terapkan selalu pola hidup sehat ya, di dalam keluarga agar tercegah dari penyakit kanker hati sejak dini apalagi di tengah pandemi seperti ini.

Baca juga:

The Latest