Kekerasan Verbal: Pengertian, Jenis, dan Dampaknya pada Korban

Ketahui apa yang harus dilakukan jika mengalami kekerasan verbal

17 Oktober 2022

Kekerasan Verbal Pengertian, Jenis, Dampak Korban
Freepik/KamranAydinov

Perilaku kekerasan bisa terjadi di mana saja, tanpa mengenal tempat. Namun, kebanyakan orang mendefinisikan kekerasan saat korban mengalami penyiksaan secara jasmain saja. Padahal, ada bentuk lain yang lebih berbahaya dan perlu diwaspadai selain kekerasan fisik, yaitu kekerasan verbal.

Seperti namanya, kekerasan verbal merupakan bentuk penyiksaan yang dilakukan melalui kata-kata. Korban yang mengalami kekerasan verbal akan merasa tidak percaya diri, mempertanyakan intelejensi, hingga merasa tidak punya harga diri.

Sayangnya, banyak korban kekerasan verbal yang masih tidak sadar bahwa hal tersebut termasuk bagian dari pelecehan dan tidak seharusnya dinormalisasi.

Jika sudah parah, efek kekerasan verbal bisa sama buruknya seperti kekerasan fisik, serta meninggalkan trauma pada korban.

Melansir dari Very Well Mind, berikut Popmama.com siap mengupas secara tuntas tentang kekerasan verbal.

1. Pengertian kekerasan verbal

1. Pengertian kekerasan verbal
Freepik/Jcomp

Kekerasan verbal merupakan jenis pelecehan yang menyerang emosional seseorang. Biasanya, pelaku akan menggunakan kata-kata tak pantas untuk menyerang, mendominasi, mengejek, memanipulasi, dan merendahkan korban.

Perbuatannya dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan psikologis orang yang diserang. Pelecehan verbal termasuk sarana untuk mengendalikan dan mempertahankan kekuasaan atas orang lain.

Ironisnya, banyak orang di luar sana yang sering mendapat kekerasan verbal, namun mereka tidak menyadari bahwa hal itu termasuk pelecehan.

Kekerasan verbal dapat terjadi dalam semua jenis hubungan, seperti hubungan romantis, hubungan orang tua-anak, hubungan keluarga, dan hubungan rekan kerja.

Editors' Pick

2. Tanda-tanda orang mendapat kekerasan verbal

2. Tanda-tanda orang mendapat kekerasan verbal
Freepik/freepik

Kekerasan verbal melibatkan penggunaan kata-kata dengan menyebut nama korban, menggertak, merendahkan, menakut-nakuti, mengintimidasi, atau mengendalikan orang lain.

Perilaku berteriak, menjerit, atau mengumpat kepada korban dilakukan sebagai bentuk upaya mendapatkan kekuasaan. Tujuan utamanya adalah untuk mengontrol dan mengintimidasi korban agar tunduk kepada pelaku.

Tentu perbuatan tersebut tidak bisa ditoleransi atau dimaafkan. Namun di sisi lain, ada kalanya kekerasan verbal juga bisa terjadi lebih halus. Sehingga, membuat korbannya seringkali mempertanyakan apakah yang dialaminya benar-benar wajar atau tidak.

Sebagai gambarannya, berikut beberapa tanda bahwa kamu mengalami kekerasan verbal:

  • Merasa takut pada pelaku.
  • Takut tampil di depan umum karena mengingat perkataan pelaku.
  • Merasa terancam.
  • Merasa seolah-olah terus-menerus dikecewakan tentang penampilan, pemikiran, tindakan, pakaian, atau pembicaraan sendiri.
  • Merasa rendah diri atau malu tentang siapa diri kamu sebenarnya.
  • Pelaku meneriaki kamu, tetapi kemudian ia akan mengatakan kamu terlalu sensitif atau tidak memiliki selera humor.
  • Pelaku bereaksi berlebihan terhadap masalah kecil dan kemudian menyalahkan kamu atas argumen yang dihasilkan.
  • Pelaku mengklaim dirinya sebagai korban dan membuat kamu merasa bersalah.
  • Pelaku dengan mudahnya menyembunyikan kekerasan verbal ketika kamu berada di sekitar orang lain, dan kembali menunjukkannya ketika kamu sendirian.

Kekerasan verbal juga dapat digunakan untuk melecehkan orang dengan mempermalukan, menghina, mengkritik, atau merendahkan mereka menggunakan kata-kata.

Kejadian tersebut sering digunakan sebagai cara untuk mengintimidasi atau menggertak orang dalam berbagai situasi, termasuk dalam hubungan romantis atau tempat kerja.

Pelaku berani melakukan kekerasan verbal karena berbagai alasan, mulai dari riwayat keluarga, pengalaman masa lalu, kepribadian, hingga adanya penyakit mental.

3. Jenis-jenis kekerasan verbal

3. Jenis-jenis kekerasan verbal
Freepik/master1305

Tahukah kamu? Silent treatment merupakan bentuk lain dari pelecehan verbal. Ketika hal tersebut terjadi, pelaku akan berusaha mengontrol dan menghukum korban dengan menolak untuk berbicara. Kekerasan verbal dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk:

  • Menyalahkan: Jenis ini membuat korban percaya bahwa mereka bertanggung jawab atas perilaku kasar yang dilakukan pelaku.
  • Merendahkan: Meskipun sering disamakan sebagai humor, komentar sarkastik yang bermaksud meremehkan dan merendahkan orang lain bisa menjadi bentuk kekerasan verbal.
  • Mengkritik: Melibatkan komentar kasar dan terus-menerus yang dimaksudkan untuk membuat korban merasa buruk tentang diri mereka sendiri. Komentar yang dilayangkan tidak bersifat membangun, melainkan menyakiti.
  • Gaslighting: Ini adalah jenis pelecehan emosional yang berbahaya, dan terkadang terselubung, di mana pelaku membuat target mempertanyakan nilai dari diri mereka sendiri.
  • Penghinaan: Ketika kamu dihina di depan umum oleh teman sebaya, teman kantor, anggota keluarga, atau pasangan itu bisa termasuk kekerasan verbal.
  • Menilai lewat pandangan negatif: Jenis pelecehan verbal ini melibatkan pelaku yang memandang rendah korban, tidak menerima apa adanya, atau memberikan korban harapan yang tidak realistis.
  • Manipulasi: Menggunakan kata-kata untuk memanipulasi dan mengendalikan orang lain juga merupakan jenis kekerasan verbal. Hal ini dapat mencakup membuat pernyataan seperti, "Jika kamu benar-benar mencintaiku, kamu tidak akan berbicara dengan orang lain tentang hubungan kita," atau menggunakan perasaan bersalah untuk membuat korban melakukan hal-hal tertentu.
  • Mengejek: Biasanya, orang yang kasar secara verbal akan membuat korban menjadi sasaran lelucon mereka. Ini dapat dilakukan secara pribadi atau secara langsung. Tetapi, jika kamu tidak menganggapnya lucu, maka itu tidak bisa dibiarkan. Terlebih lagi, orang yang kasar secara verbal biasanya memilih lelucon yang menyerang area rentan atau lemah korban.
  • Ancaman: Melibatkan pernyataan yang dimaksudkan untuk menakut-nakuti, mengendalikan, dan memanipulasi korban agar patuh. Ancaman tidak boleh dianggap enteng. Ketika orang membuat ancaman, mereka mencoba untuk mengontrol dan memanipulasi korban.
  • Memberikan penolakan: Jenis pelecehan verbal ini melibatkan penolakan untuk memberikan kasih sayang atau perhatian, termasuk berbicara, melihat, dan bahkan berada di ruangan yang sama dengan korban.

4. Dampak kekerasan verbal

4. Dampak kekerasan verbal
Freepik/freepik

Kekerasan verbal dapat memengaruhi setiap elemen kehidupan korban, mulai dari hubungan hingga kinerja di tempat kerja.

Sama seperti pelecehan atau bentuk intimidasi lainnya, kekerasan verbal memiliki konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang yang dialami korban, berupa:

  • Kecemasan.
  • Perubahan suasana hati.
  • Stres kronis.
  • Harga diri menurun.
  • Depresi.
  • Perasaan malu, bersalah, dan putus asa.
  • Gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
  • Mengisolasi diri.
  • Mengonsumsi zat-zat berbahaya.

Mereka yang mengalami kekerasan verbal kemungkinan akan mengalami perasaan tidak berharga, kesulitan mempercayai orang lain, dan masalah mengatur emosi.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami kekerasan verbal, baik di rumah atau pun oleh teman sebayanya di sekolah, berisiko lebih besar mengalami depresi dan kecemasan saat dewasa.

Tidak jarang orang yang dilecehkan secara verbal beranggapan tidak mampu, mengklaim diri sendiri sebagai orang bodoh, dan merasa tidak berharga. Kekerasan verbal bisa sangat membingungkan, karena perilakut muncul dan hilang oleh pelaku.

Akibatnya, ketika pelaku menunjukkan kasih sayangnya, korban bisa dengan mudahnya melupakan perilaku negatif yang pernah dibuat pelaku.

Pada akhirnya, korban mengabaikan pola kekerasan verbal dengan mengatakan bahwa pelaku hanya stres atau sedang mengalami masa-masa sulit.

5. Apa yang harus dilakukan jika mengalami kekerasan verbal?

5. Apa harus dilakukan jika mengalami kekerasan verbal
Freepik/freepik

Langkah pertama dalam menangani kekerasan verbal adalah mengenali pelecehan tersebut.

Jika kamu dapat mengidentifikasi segala jenis kekerasan verbal dalam hubungan, maka kamu pasti akan menyadari hal yang dialami termasuk pelecehan atau tidak.

Dengan bersikap jujur ​​tentang apa yang dialami, kamu dapat mulai mengambil langkah untuk mendapatkan kembali kendali diri. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan jika mengalami kekerasan verbal:

  • Tetapkan batas

Katakan dengan tegas kepada orang yang kasar secara verbal bahwa mereka tidak boleh lagi mengkritik, menghakimi atau mempermalukan, menyebut nama, mengancam, dan sebagainya.

Misalnya, beri tahu pelaku bahwa jika mereka berteriak atau memaki kamu, percakapan akan berakhir dan kamu tidak mau lagi mendengarkannya. Kuncinya adalah menindaklanjuti apa yang dilakukannya, jangan menetapkan batasan yang tidak ingin kamu pertahankan.

  • Menghindari orang-orang toksik

Jauhi orang-orang yang pernah melakukan kekerasan verbal, dan habiskan banyak waktu dengan orang-orang yang setia mendukungmu. Membatasi eksposur dengan pelaku dapat memberikan kamu ruang untuk mengevaluasi kembali hubunganmu.

Berada di antara keluarga atau orang-orang yang memang menyayangimu akan membantu membuat kamu tidak merasa kesepian. Mereka justru akan membantu mengingatkan definisi hubungan sehat sesungguhnya.

  • Mengakhiri hubungan

Jika pelaku secara terus menerus melakukan kekerasan verbal dan tidak ada niat untuk mengakhirinya, maka kamu perlu mengambil langkah untuk mengakhiri hubungan tidak sehat tersebut.

  • Mencari pertolongan kepada orang-orang terpercaya

Melakukan healing alias penyembuhan mungkin bukan sesuatu yang bisa dilakukan seorang diri. Dekati orang-orang terkasih yang terpercaya untuk memperoleh dukungan dan sekiranya bisa membantumu mengembangkan emosi yang sehat.

Begitu seseorang mengetahui lebih lanjut terkait kekerasan verbal, maka mereka ke depannya bisa menganalisa sekiranya hubungan mana yang sehat dan beracun. Mereka juga dapat belajar untuk menghadapi intimidasi verbal.

Semoga informasi ini membantu ya!

Baca juga:

The Latest