Popmama.com/Fx Dimas Prasetyo
Pengalaman Nirina Zubir juga mencerminkan bagaimana tekanan sosial sering membuat seseorang merasa awkward dalam mengekspresikan emosi yang sebenarnya di pemakaman.
"Biasanya kalau kita udah di titik itu, nggak lama kemudian hilang. Itu yang terjadi sama saya. Sebenarnya disesuaikan sama situasi dan kondisi," ungkap Nirina Zubir tentang bagaimana ia belajar menyesuaikan diri dengan situasi duka.
Nirina menjelaskan bahwa setiap situasi pemakaman memiliki konteks yang berbeda dan membutuhkan kepekaan untuk membaca situasi.
"Aku rasa kalau dia teman pasti melihat situasilah. Kalau misalnya aku lagi terpuruk banget yang nggak akan foto. Tapi kalau kita situasinya udah bisa ke-handle, terus teman-teman minta foto ya boleh," jelasnya.
Ia juga menyadari bahwa foto di pemakaman terkadang memiliki makna yang lebih dalam.
"Aku rasa sih karena kan juga ini ya memengabadikan momen kita hadir di saat ini, kita ada buat lo. Kadang-kadang ada gitunya juga kan, keep safe buat memori," ungkap Nirina tentang perspektif positif dari dokumentasi momen duka.
Pengalaman-pengalaman awkward ini membuat Nirina semakin memahami betapa pentingnya film Tinggal Meninggal. Terutama dalam mengangkat topik yang jarang dibicarakan secara terbuka dalam masyarakat.
Itulah rangkuman cerita soal momen awkward Nirina Zubir di pemakaman seperti karakter Gema. Melalui pengalaman personal ini, Nirina berhasil membawa autentisitas dalam perannya sebagai mamanya Gema.
Film Tinggal Meninggal membuktikan bahwa komedi bisa menjadi medium untuk membahas hal-hal yang tabu, namun sangat relatable dengan pengalaman hidup sehari-hari. Pengalaman awkward di pemakaman ternyata adalah sesuatu yang universal dan bisa dialami siapa saja.