Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Cara Nirina Zubir Berbagi Rasa Sedih dan Kehilangan pada Anak-Anaknya

nirina zubir
Instagram.com/nirinazubir_
Intinya sih...
  • Mama dari Nirina Zubir merupakan sosok pemendam, ia belajar dari hal tersebut.
  • Pentingnya memvalidasi perasaan apapun yang sedang kita alami.
  • Jarang bercerita, Nirina Zubir justru tahu keadaan sang Mama lewat berita di media sosial.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Menghadapi fakta dan menghadapi kehilangan orang terkasih bukanlah hal mudah, apalagi saat harus tetap tegar di depan anak-anak. Hal inilah yang dialami aktris Nirina Zubir ketika ditinggal kedua orangtua selama-lamanya.

Alih-alih menutupi kesedihan, Nirina justru memilih untuk terbuka dan berbagi rasa duka bersama anak-anaknya. Ia ingin anak-anaknya tahu bahwa perasaan duka dan sedih yang dirasakan setiap orang merupakan hal valid, jadi tidak perlu untuk ditutupi berlebihan. 

Untuk pembahasan selengkapnya, berikut Popmama.com siap membahas cara Nirina Zubir berbagi rasa sedih dan kehilangan pada anak-anak. 

1. Nirina belajar dari sang Mama yang banyak memendam emosi

nirina_popmama_talk_Agustus2025-1.jpg
Popmama.com/Hari Firmanto

Nirina Zubir bercerita sosok sang Mama sebagai pribadi yang selalu memendam masalahnya sendiri. Mamanya lebih suka membagikan cerita bahagia dibandingkan perasaan sedih yang dialaminya. 

“Satu hal yang aku pelajari adalah my mom was a person yang kalau ada masalah dia nggak pernah cerita. Tapi kalau ada kebahagiaan, semua orang harus dia bikin bahagia,” kata Nirina Zubir dalam sesi Popmama Talk edisi Agustus 2025. 

Nirina menganggap sifat tersebut sebagai sesuatu yang positif. Ia bisa memetik kebahagiaan dari sikap positif yang diaplikasikan oleh sang Mama. 

“Dulu aku melihat itu sebagai sesuatu yang bagus. Saya bisa memetik kebahagiaan itu dan mengaplikasikannya dalam kehidupan, karena menyenangkan banget kalau kita bisa mengaplikasikan kebahagiaan ke orang lain,” lanjutnya. 

2. Pentingnya memvalidasi perasaan apapun yang sedang kita alami

nirina_popmama_talk_Agustus2025-15501.jpg
Popmama.com/Hari Firmanto

Nirina Zubir mengungkapkan bahwa sang Mama dulu memilih untuk tidak membagikan masalah kepada anak-anaknya, dengan alasan mereka tak perlu tahu. Namun, setelah menjadi orangtua, Nirina melihat hal itu dari sudut pandang berbeda. 

Ia merasa bahwa anak juga perlu mengenal dan memahami emosi seperti kesedihan dan kehilangan. Baginya, perasaan itu tidak seharusnya diabaikan, karena jika terus dikesampingkan, rasa tersebut akan kembali datang di kemudian hari.

“Mama saya berpikir kalau misalnya ada masalah, mikirnya mereka nggak perlu tahu. Tapi setelah saya menjadi seorang ibu, saya perhatiin ini adalah sesuatu yang sebenarnya ‘kayaknya harus diceritakan deh ke anak’ supaya mereka juga mengerti bahwa ada rasa yang dinamakan kesedihan, kehilangan, itu kita harus rasakan, jangan dikesampingkan karena itu bakal kembali lagi,” ungkap Nirina Zubir. 

Nirina semakin menyadari betapa pentingnya memvalidasi perasaan sedih secara tuntas. Ia percaya bahwa lebih baik menghadapi dan menerima kesedihan daripada membiarkannya terpendam.

“Dikesampingkan gimana pun pasti rasa sedih itu akan datang lagi, lebih baik kita selesaikan rasa itu dan menerimanya, habis itu baru kita move on, saya mengajarkan itu kepada anak,” lanjutnya. 

3. Jarang bercerita, Nirina Zubir justru tahu keadaan sang Mama lewat berita di media sosial

nirina_popmama_talk_Agustus2025-1.jpg
Popmama.com/Hari Firmanto

Saking jarangnya bercerita mengenai hal sedih kepada anak-anaknya, Nirina Zubir baru mengetahui sang Mama sedang melewati permasalahan yang begitu sulit yakni melalui pemberitaan di media sosial. 

Momen itu juga semakin menyadarkan Nirina bahwa ada sisi kehidupan sang Mama yang penuh dengan tantangan, namun ia tak pernah mengungkapkannya kepada keluarga. 

“Dulu, karena mama nggak pernah ceritakan apa yang dia rasakan, saya nggak pernah tahu. Akhirnya, saya justru mengetahuinya dengan cara yang paling mengejutkan, yaitu melalui viral di media sosial (soal tanah yang diklaim orang lain),” cerita Nirina Zubir. 

Dulu, Nirina sempat menganggap sikap merahasiakan kesulitan sebagai hal yang baik, karena keluarga hanya akan mengetahui hal-hal yang menyenangkan saja. Namun, seiring berjalannya waktu, ia menyadari pentingnya berbagi rasa apapun yang sedang dirasakan.

“Dulu saya menganggap itu sebagai hal yang baik. Mama sering banget kalau lagi kesulitan justru dirahasiakan, jadi kita tahunya yang senang-senang aja. Tapi, perlu diigat, kita sebagai manusia pasti merasakan berbagai macam perasaan, bukan cuma senang aja, tetapi juga sedih dan perasaan lainnya,” sambungnya. 

4. Mengajarkan kepada anak bahwa emosi apapun yang dirasakan adalah valid dan wajar

nirina zubir 2.jpg
Instagram.com/nirinazubir_

Kini, Nirina Zubir memilih untuk menjadi sosok orangtua yang terbuka dalam mengekspresikan emosinya kepada anak-anak. Apa pun yang ia rasakan, entah sedih atau senang, ia akan ceritakan kepada dua anaknya. 

Menurutnya, penting bagi anak untuk memahami bahwa semua emosi adalah valid dan wajar dirasakan. Dengan begitu, anak-anak bisa belajar mengenali perasaan mereka sendiri tanpa merasa harus menutupinya.

“Jadi sekarang apa yang saya rasakan, saya berusaha kasih tau ke anak. Kalau lagi kesal, lagi marah, sedih, atau lagi ngerasa kecil apapun rasanya saya akan cerita ke anak biar mereka tahu kalau valid kita merasakan itu semua,” jelas Nirina Zubir. 

Bagi Nirina, tidak ada batasan usia tertentu untuk mulai berbagi perasaan dengan anak. Selama anak sudah bisa merespons apa yang kita utarakan, maka tidak ada salahnya untuk bercerita tentang apa yang kita rasakan. 

“Menurut saya, tidak ada patokan umur untuk menceritakan apa yang kita rasakan kepada anak. Tapi mungkin selama anak sudah ngomongnya lancar dan bisa merespons, saya rasa itu bisa diceritakan,” lanjutnya. 

5. Bangun komunikasi terbuka dengan anak, namun tetap harus memfilter apa yang diceritakan

nirina zubir 1.jpg
Instagram.com/nirinazubir_

Nirina Zubir percaya bahwa membangun komunikasi sejak dini akan membantu anak lebih terbuka dan mengerti tentang berbagai situasi yang terjadi di sekitarnya.

“Karena kita sering banget underestimate mereka sebagai anak kecil, sampai kapanpun orangtua juga pasti melihat anaknya sebagai anak kecil. Selama sudah bisa melakukan two way conversations dengan baik, saya rasa itu sudah cukup untuk membahas setidaknya hal-hal kecil yang bisa dibagikan,” ujar Nirina Zubir. 

Ia pun mulai terbuka tentang emosi yang dirasakan sejak anak menginjak usia sembilan tahun. Meski begitu, ia tetap mengingatkan pentingnya menyampaikan cerita dengan memfilternya terlebih dahulu. 

Bagaimana pun juga, apapun yang dikatakan orangtua akan membekas di hati anak. Jadi, cukup ceritakan hal-hal yang sekiranya perlu diketahui anak tanpa membebani pikiran mereka. 

“Anak saya dari umur sembilan tahun sudah mulai coba saya ceritakan. Soalnya kalau diceritakan saat mereka sudah dewasa, justru menurut saya itu sudah terlalu telat untuk bercerita. Tapi, tetap hati-hati untuk menyampaikan segala sesuatu karena bisa jadi nggak sengaja mendoktrin anak kita tanpa sadar, makanya perlu memfilter dan disampaikan melalui cara yang ringan saja,” pungkasnya. 

Demikian informasi seputar cara Nirina Zubir berbagi rasa sedih dan kehilangan pada anak-anak. Apakah Mama termasuk sosok orangtua seperti Nirina? 

POPMAMA TALK Agustus 2025 - Nirina Zubir

Aktris

Senior Editor - Novy Agrina   

Editor - Onic Metheany & Denisa Permataningtias  

Content Writer - Putri Syifa Nurfadilah & Sania Chandra Nurfitriana    

Script - Sania Chandra Nurfitriana   

Social Media - Irma Erdiyanti 

Photographer - Hari Firmanto 

Videographer - Hari Firmanto

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Putri Syifa N
EditorPutri Syifa N
Follow Us

Latest in Life

See More

Penuh Berkah, Ini Kumpulan Doa Akhir Tahun untuk Keluarga

05 Des 2025, 11:08 WIBLife