ilustrasi melahirkan (freepik.com/pch.vector)
Dalam penjelasannya, dr. Gia mengungkap bahwa peristiwa tersebut bermula dari proses persalinan yang ditangani oleh seorang paraji atau dukun bayi di sebuah daerah di Garut. Saat itu, sang paraji mendapati plasenta belum keluar dan berusaha menariknya secara paksa menggunakan tali pusar. Padahal, menurut dr. Gia, plasenta sebenarnya akan terlepas dengan sendirinya sekitar 15 menit setelah bayi lahir tanpa perlu tindakan apa pun.
“Tali pusar ditarik terus sampai akhirnya rahimnya ikut turun,” jelasnya.
Tindakan ceroboh tersebut justru berakibat fatal. Kondisi pasien pun langsung menurun drastis. Saat tiba di IGD, tekanan darahnya sudah nyaris nggak terdeteksi, yaitu 70/0. Setelah dilakukan operasi darurat, dokter menemukan rongga perut pasien penuh darah dan terdapat robekan panjang pada bagian usus yang tersangkut ligamen rahim.
Proses penyelamatan berlangsung menegangkan. Tim medis harus bekerja cepat untuk menghentikan pendarahan dan memperbaiki robekan pada organ dalam.
“Kami akhirnya panggil dokter bedah untuk bantu menangani bagian usus dan vagina,” tutur dr. Gia.
Setelah menjalani operasi besar dan mendapatkan dua kantong transfusi darah, pasien akhirnya dirawat intensif di ICU selama dua hari sebelum kondisinya mulai stabil. Beberapa hari kemudian, ia sudah cukup kuat untuk dipindahkan ke ruang perawatan umum.
Berkat penanganan cepat tim medis, perempuan tersebut berhasil selamat dan bahkan sempat menyampaikan rasa terima kasih kepada dr. Gia serta seluruh dokter yang menolongnya.