Pengolahan ASI Bubuk Viral di Media Sosial, Ini Kata Dokter!

Dokter sebut proses pengolahan ASI bubuk dapat merusak komponen ASI

8 Mei 2024

Pengolahan ASI Bubuk Viral Media Sosial, Ini Kata Dokter
Freepik.com/freepik

Belum lama ini pada Selasa (7/5/2024), konten kreator Natasha Surya membagikan pengalamannya mengolah ASI cair menjadi bubuk. Proses ini dilakukan dengan alat khusus, sehingga mampu mengubah tekstur ASI dari cair menjadi bubuk, yang kemudian bisa tahan hingga 3 tahun.

Menurut Natasha, hal ini merupakan inovasi baru di Indonesia, yang cukup membantunya dalam memperpanjang masa kedaluwarsa ASI. Terlebih saat menyusui anak keduanya yang bernama Zola, produksi ASI Natasha memang cukup banyak.

Namun di sisi lain, pengolahan ASI bubuk rupanya menuai pro dan kontra. Banyak ahli yang berpendapat bahwa, mengubah ASI dari cair ke bubuk berisiko menurunkan kandungan nutrisi. Sehingga hal tersebut tidak disarankan untuk dilakukan atau diberikan kepada bayi. 

Di bawah ini Popmama.com berikan penjelasan selengkapnya dari dokter mengenai pengolahan ASI bubuk yang viral di media sosial.

1. Viral ASI cair diolah menjadi bubuk

Konten kreator Natasha Surya pada Selasa (7/5/2024), membagikan sebuah video di Instagram yang berisi pengalamannya mengolah ASI dari tekstur cair ke bubuk. Ini merupakan kali pertama Natasha mencoba metode tersebut, dengan tujuan untuk memperpanjang masa ketahanan ASI-nya.

Menurut Natasha, ada banyak keuntungan mengubah ASI menjadi bubuk. Misalnya saja, ASI bubuk bisa diberikan sebagai tambahan nutrisi bagi anak pertamanya yang bernama Zach, serta memudahkannya saat harus bepergian membawa ASI.

Di sisi lain, Natasha juga menyebut kalau ASI bubuk memiliki ketahanan hingga 3 tahun lamanya. Di mana ia menganggap ini sebagai sesuatu yang menguntungkan, terlebih karena produksi ASI-nya cukup berlimpah.

2. Dokter tidak menyarankan mengolah ASI menjadi bubuk

Menanggapi viralnya pengolahan ASI bubuk, dokter Tan Shot Yen pun angkat bicara melalui media sosial Instagramnya @drtanshotyen pada Selasa (7/5/2024).  

Dokter sekaligus ahli gizi masyarakat ini menyebut jika ASI bukanlah susu, seperti yang kebanyakan orang tahu. Menurutnya, ASI merupakan cairan hidup yang memiliki komposisi dinamis, sehingga bisa menyesuaikan kebutuhan bayi.

“ASI BUKAN SUSU seperti yg kalian pahami. Tapi cairan hidup. Setiap saat berubah. Setiap waktu merupakan komposisi dinamis antara kebutuhan bayi dan sinyal ibu yang merespons,” kata Dokter Tan Shot Yen.

Karena ASI merupakan cairan hidup, dokter Tan pun menegaskan bahwa komponen penting dalam ASI akan mudah berubah atau bahkan mati. Terutama jika diolah dengan cara direbus atau bahkan dibuat menjadi produk ASI bubuk yang dilakukan Natasha Surya.

“Cairan hidup mengandung komponen hidup - yang mati tak guna jk direbus apalagi dibikin jadi PRODUK,” tambahnya.

3. Menyusui tak hanya sekedar memberi makan

3. Menyusui tak ha sekedar memberi makan
Freepik/freepik

Lebih lanjut, dokter Tan mengingatkan para Mama bahwa, menyusui tak hanya sekedar memberi makan. Di mana di dalamnya ada ada proses bonding yang tentunya bisa mendekatkan batin antara Ibu dan bayi.

Selain itu, saat menyusui juga dibutuhkan komitmen yang tinggi. Sebab meski menyusui merupakan proses alami, saat melakukannya Mama dan bayi akan sama-sama belajar.

“Menyusui tidak sama dengan sekadar memberi makan. Tapi ada bonding disitu. Ada komitmen disitu. Ada pembelajaran bagi ibu dan anak dalam setiap saat proses bayi menyusu,” jelasnya.

Dokter Tan pun mengingatkan untuk tidak melecehkan payudara perempuan atau menjadikannya sebagai industri ASI. Karena pada dasarnya payudara merupakan organ penting penghasil ASI, yang perlu dihargai.

“Payudara ibu jangan pernah dilecehkan jadi industri ASI. Hargai yg Tuhan beri, cari makna terdalamnya. Buat jadi seorang IBU,” tutupnya.

Itulah penjelasan selengkapnya dari dokter mengenai pengolahan ASI bubuk yang viral di media sosial.

Setiap Mama tentu memiliki banyak pilihan dalam memberikan ASI kepada bayi, baik melalui botol atau menyusui langsung (direct breastfeeding). Tapi tentu akan lebih bijak jika kita mengikuti rekomendasi pemberian ASI, sesuai dengan saran dan arahan dari dokter masing-masing.

Baca juga:

The Latest