Perubahan hormonal
Pada usia kehamilan sekitar 6–8 minggu, plasenta mulai berkembang dan memproduksi hormon penting yang berperan dalam menjaga kehamilan. Namun, pada fase awal ini kadar hormon progesteron bisa mengalami penurunan sementara.
Kondisi tersebut kadang menyebabkan timbulnya bercak atau perdarahan ringan yang mirip dengan menstruasi. Setelah kadar hormon progesteron kembali stabil, biasanya perdarahan akan berhenti dengan sendirinya, dan kehamilan dapat berjalan dengan normal dan sehat.
Aktivitas olahraga yang berlebihan
Aktivitas fisik yang terlalu berat juga bisa menjadi penyebab keluarnya darah saat hasil tes kehamilan sudah positif. Jika Mama masih rutin berolahraga dengan intensitas tinggi atau sering mengangkat beban berat, tubuh bisa mengalami kelelahan yang memicu perdarahan.
Tanda-tanda tubuh yang sudah terlalu lelah antara lain nyeri otot, sulit tidur, hingga mudah terserang flu. Jika mengalami hal ini, sebaiknya kurangi intensitas olahraga dan pilih aktivitas ringan yang lebih aman untuk kehamilan.
Polip serviks
Polip serviks termasuk penyebab yang cukup sering membuat ibu hamil mengalami perdarahan. Polip yang sudah terbentuk sebelum kehamilan bisa menjadi lebih sensitif akibat perubahan hormon dan aliran darah di sekitar leher rahim.
Hal ini membuat polip lebih mudah berdarah, terutama setelah hubungan seksual atau pemeriksaan kehamilan. Meski umumnya tidak berbahaya, kondisi ini tetap perlu dikonsultasikan dengan dokter.
Kehamilan ektopik
Salah satu penyebab serius keluarnya darah terus-menerus adalah kehamilan ektopik, yaitu ketika janin berkembang di luar rahim, biasanya di tuba falopi. Kondisi ini tidak hanya menimbulkan perdarahan berat, tetapi juga nyeri hebat di perut atau panggul, pusing, hingga pingsan.
Kehamilan ektopik merupakan kondisi darurat medis yang perlu segera mendapatkan penanganan untuk mencegah komplikasi yang lebih berbahaya bagi ibu hamil.
Keguguran
Perdarahan terus-menerus pada awal kehamilan, terutama sebelum usia kandungan 13 minggu, bisa menjadi tanda terjadinya keguguran. Kondisi ini biasanya disertai kram, nyeri punggung, hingga keluarnya gumpalan darah dari vagina.
Apabila Mama mengalami gejala tersebut, segera periksakan diri ke dokter agar bisa dipastikan kondisi rahim dan janin, serta mendapat penanganan yang sesuai.
Gangguan pada plasenta
Setelah memasuki usia kehamilan 20 minggu, perdarahan yang terus terjadi dapat mengindikasikan adanya masalah pada plasenta, seperti plasenta previa atau solusio plasenta.
Pada plasenta previa, posisi plasenta menutupi leher rahim, sehingga ketika serviks mulai membuka menjelang persalinan, area tersebut bisa robek dan menyebabkan perdarahan.
Sementara pada solusio plasenta, perdarahan muncul akibat plasenta yang terlepas dari dinding rahim sebelum waktu persalinan tiba. Kondisi ini sering kali disertai nyeri perut hebat dan muncul secara tiba-tiba.
Infeksi selama kehamilan
Infeksi seperti infeksi saluran kemih (ISK) atau infeksi menular seksual, misalnya klamidia, gonore, dan herpes, dapat menyebabkan perdarahan pada ibu hamil.
Gejalanya biasanya meliputi nyeri atau rasa terbakar saat buang air kecil, kram di perut bagian bawah, urine berbau tajam, dan warna urine yang keruh. Selain itu, cedera pada vagina, adanya tumor di sistem reproduksi, atau varises vagina juga bisa memicu perdarahan meski kasusnya jarang terjadi.