Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Lonjakan IMS di Australia, Picu Infertilitas hingga Risiko Keguguran
Freepik

Intinya sih...

  • Mgen adalah bakteri penyebab IMS yang sering tidak bergejala

  • Mgen kebal terhadap banyak antibiotik dan berisiko lebih besar bagi perempuan

  • Rendahnya angka tes dan kesadaran masyarakat menjadi tantangan dalam penanganan Mgen

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Infeksi menular seksual (IMS) masih menjadi masalah kesehatan yang perlu diwaspadai. Salah satunya adalah Mycoplasma genitalium atau Mgen, yaitu bakteri penyebab IMS yang belakangan ramai dibahas di Australia.

Dilansir dari Daily Mail melalui penjelasan Prof. Catriona Bradshaw dari Monash University, Mgen sering kali tidak bergejala namun dapat menyebabkan komplikasi serius, mulai dari nyeri genital, peradangan, hingga infertilitas dan risiko keguguran.

Lebih mengkhawatirkan lagi, infeksi ini sudah kebal terhadap banyak antibiotik, sehingga dikhawatirkan dapat menjadi kasus penyakit yang tidak terobati.

Untuk mengulik lebih jauh, beikut Popmama.com telah rangkumkan beberapa fakta yang membuat lonjakan IMS di Australia, picu infertilitas hingga risiko keguguran. Yuk, simak penjelasannya!

1. IMS yang belum banyak dikenal

Freepik/kjpargeter

Mgen menjadi salah satu jenis IMS yang pertama kali diidentifikasi pada 1981, namun sampai sekarang masih belum banyak orang yang mengetahuinya.

Infeksi ini menular lewat kontak seksual, baik vaginal yaitu hubungan melalui organ kewanitaan maupun anal yaitu hubungan melalui anus, terutama jika tidak menggunakan alat kontrasepsi. Bahkan, Mgen dapat ditularkan dari ibu ke bayi saat kehamilan.

Gejalanya mirip dengan klamidia, yaitu salah satu infeksi menular seksual yang cukup umum, misalnya rasa nyeri, gatal, atau keluar cairan dari alat kelamin.

Namun sebagian besar penderitanya tidak menunjukkan gejala sama sekali. Kondisi inilah yang membuat Mgen menyebar diam-diam tanpa disadari banyak orang.

2. Sudah kebal terhadap banyak antibiotik

Freepik/teksomolika

Dilansir dari Daily Mail, Prof. Catriona Bradshaw menjelaskan bahwa Mgen sangat mudah bermutasi karena genomnya yang kecil.

Genom merupakan keseluruhan informasi genetik yang menentukan bagaimana suatu organisme bekerja, dan karena Mgen tidak memiliki mekanisme perbaikan DNA, mutasi menjadi lebih sering terjadi.

Akibatnya, Mgen dengan cepat mengembangkan kekebalan terhadap berbagai antibiotik, termasuk azitromisin, makrolida, kuinolon, hingga doksisiklin. Padahal, obat-obatan tersebut selama ini digunakan sebagai terapi standar untuk infeksi menular seksual.

Kondisi ini membuat Mgen semakin sulit ditangani, bahkan disebut bisa menjadi IMS yang tidak dapat diobati jika kekebalan terhadap obat terus meningkat.

3. Risiko lebih besar bagi perempuan

Freepik/jcomp

Walau bisa menyerang laki-laki maupun perempuan, komplikasi jangka panjang Mgen lebih berat pada perempuan.

Infeksi ini bisa berkembang menjadi penyakit radang panggul atau pelvic inflammatory disease, yang memicu nyeri perut bagian bawah, perdarahan abnormal, dan nyeri saat berhubungan intim.

Menurut Prof. Catriona Bradshaw, kondisi ini berisiko menyebabkan infertilitas bahkan keguguran. Perempuan lebih rentan karena sistem reproduksinya lebih kompleks, sehingga dampak peradangan lebih luas dibanding laki-laki.

4. Rendahnya angka tes dan kesadaran masyarakat

Freepik

Dilansir dari Daily Mail, sebuah studi di Australia menunjukkan sekitar 2% populasi sudah terinfeksi Mgen, jumlahnya setara dengan hampir 550.000 orang. Walau angkanya besar, tes untuk mendeteksi penyakit ini masih jarang dilakukan.

Saat ini, Royal Australian College of General Practitioners baru menyarankan tes Mgen untuk orang yang kembali mengalami gejala setelah hasil tes klamidia dan gonore dinyatakan negatif.

Klamidia sendiri adalah infeksi menular seksual yang bisa menyebabkan nyeri dan keputihan tidak normal.

Hal serupa juga berlaku pada gonore, yaitu penyakit menular seksual yang bisa menimbulkan rasa sakit saat buang air kecil dan keluarnya cairan dari organ intim. Karena tesnya belum dilakukan secara luas, banyak kasus bisa saja terlewat.

Rendahnya kesadaran ditambah keterbatasan tes membuat Mgen berisiko menyebar lebih jauh tanpa disadari.

5. Tantangan berat pengobatan

Instagram.com/gpointstudio


Pengobatan Mgen biasanya menggunakan antibiotik dalam waktu dua minggu. Namun karena daya tahan bakteri terhadap obat, pasien sering kali membutuhkan lebih dari satu jenis antibiotik untuk bisa sembuh.

Dilansir dari Daily Mail, beberapa pasien bahkan merasakan efek samping serius, seperti gangguan irama jantung, kerusakan saraf, hingga alergi parah terhadap sinar matahari.

Hal ini membuat proses pengobatan terasa sanagat berat, hingga dalam beberapa kasus berakhir gagal ditangani. Dengan risiko kekebalan yang terus meningkat, tenaga medis menghadapi tantangan besar untuk mencari solusi yang lebih efektif.

Lonjakan IMS di Australia, yang memicu infertilitas hingga risiko keguguran diawali oleh penyebaran Mycoplasma genitalium yang sulit dideteksi dan sudah kebal terhadap banyak antibiotik.

Dilansir dari Daily Mail, Prof. Catriona Bradshaw menekankan perlunya kesadaran lebih tinggi karena infeksi ini berpotensi mengancam kesehatan reproduksi, khususnya pada perempuan.

Peningkatan tes, penelitian, dan edukasi publik menjadi langkah penting untuk mencegah dampak lebih besar di masa depan.

Editorial Team