Pengaruhi Hormon, Ini Dampak IVF pada Tubuh Perempuan

- Perubahan hormon yang signifikan, seperti peningkatan kadar estrogen dan gejala fisik serta emosional yang mungkin timbul
- Gejala setelah transfer embrio, termasuk efek samping dari tambahan hormon progesteron dan perubahan suasana hati
- Efek samping dari obat IVF, seperti HCG yang menimbulkan gejala sementara dan dampak emosional serta stres pada tubuh
In vitro fertilization (IVF) atau program bayi tabung adalah salah satu teknologi medis yang membantu pasangan untuk mendapatkan keturunan.
Proses ini dilakukan melalui beberapa tahapan, mulai dari stimulasi hormon, pengambilan sel telur, pembuahan di laboratorium, hingga transfer embrio ke dalam rahim.
Setiap tahapan tentu tubuh mama akan mengalami berbagai perubahan yang erat kaitannya dengan hormon yang bisa memengaruhi fisik maupun emosi, dan setiap tubuh merasakannya dengan cara yang berbeda.
Dengan mengenali pengaruhnya sejak awal, Mama bisa lebih memahami apa yang sedang dialami selama menjalani program IVF.
Dilansir dari GarbhaGudi, berikut Popmama.com telah rangkumkan dampak IVF pada tubuh perempuan yang menjalani IVF atau program bayi tabung untuk Mama ketahui. Yuk, simak penjelasannya!
1. Perubahan hormon yang signifikan

Salah satu perubahan paling awal yang tubuh perempuan rasakan saat IVF adalah peningkatan kadar estrogen. Hormon estrogen berfungsi mempersiapkan sel telur dan rahim agar siap untuk kehamilan.
Dalam salah satu rangkaian IVF, perempuan akan mendapat suntikan hormon sintetis berupa FSH follicle stimulating hormone dan LH luteinizing hormone.
FSH adalah hormon yang berperan merangsang pertumbuhan dan pematangan sel telur di ovarium, sedangkan LH berfungsi memicu ovulasi. Keduanya membuat ovarium menjadi lebih aktif dan menghasilkan estrogen dalam jumlah besar.
Kenaikan hormon ini bisa menimbulkan gejala fisik seperti perut terasa penuh atau kembung, payudara nyeri, hingga sakit kepala. Secara emosional, mungkin akan merasa lebih sensitif atau mudah tersinggung.
Bahkan mood swing bisa datang tanpa alasan jelas, karena tubuh beradaptasi dengan lonjakan hormon. Meski kadang membuat tidak nyaman, perubahan ini adalah bagian normal dari proses IVF.
2. Gejala setelah transfer embrio

Setelah transfer embrio, biasanya dokter akan memberikan tambahan hormon progesteron. Fungsinya adalah menjaga rahim tetap siap menerima dan mempertahankan embrio.
Namun, efek samping yang sering muncul meliputi rasa lelah, perut kembung, hingga suasana hati yang berubah-ubah. Gejala ini sering mirip dengan PMS, sehingga kadang bikin bingung.
Progesteron juga memengaruhi emosi, membuat Mama lebih mudah merasa down atau moody. Walau begitu, semua gejala ini sebenarnya tanda bahwa tubuh sedang bekerja keras untuk mendukung kehamilan.
3. Efek samping dari obat IVF

Dalam IVF, Mama juga akan mengenal hormon HCG (human chorionic gonadotropin) yang digunakan untuk memicu ovulasi. Hormon ini meniru kerja hormon LH alami yang memberi sinyal pada ovarium untuk melepaskan sel telur matang.
Setelah injeksi HCG, biasanya dalam 36 jam dokter akan melakukan pengambilan sel telur. Namun, HCG bisa menimbulkan efek samping sementara, seperti mual, sakit kepala, hingga perut terasa kembung.
Beberapa perempuan juga akan merasakan mood swing yang cukup intens pada fase ini. Gejala tersebut mirip dengan yang dialami saat ovulasi alami, hanya saja lebih kuat karena pengaruh stimulasi hormon.
Namun, perubahan ini sifatnya sementara dan biasanya reda setelah proses pengambilan sel telur selesai.
4. Dampak emosional dan stres

Tidak hanya obat, stres juga dapat memberi dampak besar pada tubuh saat IVF. Saat stres meningkat, tubuh akan melepaskan kortisol, yaitu hormon stres utama.
Kadar kortisol yang tinggi bisa mengganggu keseimbangan hormon reproduksi, termasuk estrogen dan progesteron. Akibatnya, Mama akan merasa lebih sulit tidur, nafsu makan berubah, hingga muncul rasa cemas berlebihan.
Kondisi ini wajar karena program IVF menjadi perjalanan yang penuh harapan sekaligus ketidakpastian sehingga wajar akan menimbulkan stres.
Cobalah relaksasi sederhana, seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam, agar stres bisa lebih terkendali. Dengan begitu, tubuh lebih siap mendukung program IVF.
5. Cara mengelola perubahan hormon selama IVF

Walaupun perubahan hormon ini tidak bisa dihindari, Mama tetap bisa mengelolanya dengan baik. Salah satunya adalah komunikasi terbuka dengan dokter, terutama jika Mama merasa ada efek samping yang mengganggu.
Dokter bisa menyesuaikan dosis atau memberi saran lain yang lebih nyaman. Selain itu, pola makan sehat dengan gizi seimbang juga membantu menjaga energi dan mendukung fungsi hormon.
Istirahat cukup juga penting, karena tidur yang berkualitas bisa memulihkan tubuh dan menenangkan emosi. Jangan ragu juga untuk meminta dukungan dari pasangan, keluarga, atau teman dekat.
Dampak IVF pada tubuh perempuan dapat dirasakan dari perubahan hormon, gejala fisik, hingga dampak emosional. Meski kadang membuat tidak nyaman, semua ini adalah bagian dari proses menuju kehamilan.
Dengan menjaga pola hidup sehat, istirahat cukup, serta dukungan dari pasangan dan keluarga, Mama dapat lebih siap menghadapi setiap tahapannya. Pemahaman dan persiapan yang baik akan membantu tubuh tetap kuat selama menjalani IVF.



















