Kadang saat menjalani intermittent fasting, kita jadi terlalu fokus mengikuti aturan sampai lupa mendengarkan tubuh sendiri. Padahal dikutip dari Cleveland Clinic, fleksibilitas justru lebih penting dibanding memaksakan jadwal puasa yang terlalu ketat, apalagi untuk perempuan yang hormon dan energinya berubah mengikuti siklus menstruasi.
Artinya, kalau di satu hari kamu merasa lebih lelah, sedang PMS, atau butuh makan lebih cepat, itu wajar dan kamu boleh menyesuaikan jam makan tanpa merasa gagal. Pendekatan yang fleksibel ini terbukti lebih sustainable dalam jangka panjang karena membantu tubuh tetap seimbang, stres lebih rendah, dan hormon tetap stabil.
Jadi, jadikan intermittent fasting sebagai gaya hidup yang bisa kamu sesuaikan, bukan aturan kaku yang harus diikuti tanpa kompromi. Yang paling penting adalah konsistensi pelan-pelan dan rasa nyaman saat menjalaninya.
Pada akhirnya, intermittent fasting bisa jadi metode yang membantu perempuan merasa lebih sehat, lebih bertenaga, dan lebih selaras dengan tubuhnya, asal dijalani dengan cara yang lembut, sadar, dan fleksibel.
Nggak ada aturan yang harus kamu paksakan sampai tubuh merasa tertekan. Jadi, nikmati prosesnya dan tetap sayangi tubuhmu, ya.